34 research outputs found

    Development of Pratylenchus Coffeae in Biochar Applied Soil, Coffee Roots and Its Effect on Plant Growth

    Get PDF
    Biochar improve physical, chemical and biological properties of soil. It may also be used as botanical pesticides. The experiment was aimed to determine the effect of biochar on population development of parasitic nematode Pratylenchus coffeae. The experiment was carried out in Nematology Laboratory and in a greenhouse of Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute (ICCRI), Jember, Indonesia. The experiment was arranged according to completely randomized design with six treatments of biochar concentrations, i.e. 4%; 3%; 2%; 1%; 0.5% and 0% dry weight of soil. Research results revealed that biochar application of 4.0% was effectively killed 74.5% of P. coffeae, while the lowest mortality level of 37.5% at biochar 0.5% treatment. In the greenhouse trial, application of biochar 4.0% was the most effective in suppressing the population of parasitic nematode in coffee seedlings. Application of biochar was also able to increase the growth and biomass of coffee seedlings

    Abundance of Pollinator Insect (Forcipomyia Spp .) of Cocoa Under Some Shade Trees

    Get PDF
    Cocoa production is affected by cocoa flowering and fruiting. The factor affects fruit seeting is pollinator agent such as Forcipomyia spp. Until now, information concerning population dynamics of Forcipomyia in some models of cocoa shading trees remains limited. This research was studied to observe the population dynamics of Forcipomyia spp. in some models of cocoa shading trees, namely lamtoro (Leucaena sp.), krete (Cassia surithensis) and areca nut (Areca catechu) in two main season of rainy and dry seasons. The research was conducted in Kaliwining research station of Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute (ICCRI), Jember, by surveying the existing cocoa under different types of shading trees as mentioned above. The insects were observed using modified sticky trap method, whilst micro climate condition was also observed. The highest population was in January (rainy season) under Leucaena spp. shade tress and the lowest population was in October under all type of the shading trees. There was no relationship between microclimate condition under cocoa trees (temperature, RH and light intensity) and Forcipomyia spp. population (r = 0.08 and 0.04)

    Kajian Sifat Sensoris, Fisik Dan Kimia Pound Cake Substitusi Tepung Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Termodifikasi Asam Laktat

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung labu kuning termodifikasi asam laktat terhadap sifat sensoris,fisik dan kimia pound cake. Sifat sensoris yang diteliti meliputi parameter warna, rasa, tekstur dan overall. Sifak fisik meliputiwarna (kecerahan dan ºHue), kekerasan dan tingkat pengembangan. Sedangkan sifat kimianya meliputi kadar air, kadar β-karotendan kadar serat kasar. Rancangan percobaan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktoryaitu variasi substitusi tepung labu kuning termodifikasi asam laktat yang dilakukan dengan dua kali ulangan sampel dan dua kaliulangan analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pound cake dengan substitusi tepung labu kuning termodifikasi asam laktatmasih diterima oleh panelis hingga presentase substitusi sebesar 30%. Semakin tinggi substitusi tepung labu kuning dapatmenurunkan tingkat pengembangan pound cake, teksturnya semakin keras, menurunkan kecerahan pound cake, meningkatkanintensitas warna merah, meningkatkan kadar air, kadar betakaroten serta kadar serat kasar dari pound cake

    Analisis Residu Pestisida Organoklorin Pada Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica) Secara M Spektrofotometri Ultraviolet Visibel

    Get PDF
    Ultraviolet-visible spectrophotometry can be used for determination of organochlorin in turmeric rhizome. This method is based on its complex formation between iron (III) dan thiocyanate ions and the absorption was monitored at 455.5 nm. The aim of this research is to know the validity of UV-Vis spectyrophotometry methods to determinate in turmeric rhizome. The result of analysis was mean organochlorin content in turmeric rhizome is 461.3 ppm. Result of validation analysis standard deviation (SD), coefficient variation (CV) and correctness of appliance at precesion test appliance are 2.4835.10-3, 0.778% and 99.9922% respectively. Method accuration test are recovery and systematically error are 108.984% and 8.984% respectively. For linearity test the equation of standard curve linear regression y=0.00345x + 0.127. Limit detection and limit quantitation are 21.565 ppm and 71.884 ppm respectively. Keywords: organochlorin, turmeric rhizome, spektrophotometry UV-Vis

    Analisis Residu Pestisida Organofosfat Pada Simplisia Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) Dengan Metode Spektrofotometri Visibel

    Full text link
    Temulawak merupakan salah satu jenis tanaman obat yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya residu pestisida organofosfat pada simplisia temulawak dan melakukan validasi metode analisis residu organofosfat dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode destruksi basah, sampel yang diambil adalah simplisia temulawak yang diambil dari pasar Wage. Sampel kemudian ditambah asam nitrat pekat. Pengujian kadar organofosfat pada simplisia temulawak dilakukan dengan alat Spektofotometer UV-Vis Merk Shimadzu pada panjang gelombang 722 nm. Berdsarkan hasil penelitian pada simplisia temulawak terdeteksi adanya pencemaran organofosfat dengan kadar (72,678 g/g) dan hasil validasi analisis yang dilakukan didapat harga standard deviation (SD), relative standard deviation (RSD), dan ketelitian alat pada uji presisi alat pada sampel sebesar 1,4219 x 10-6; 0,2440% dan 99,997%. Nilai persen perolehan kembali (Recovery) rata-rata dan kesalahan sistemik pada uji akurasi sampel sebesar 87,72 % dan 12,28 % Uji linieritas didapatkan harga intersep sebesar 9,325.10-4, slope sebasar 0,020, koefisien korelasi (r) sebesar 0,9907 sehingga didapatkan persamaan regresi linier kurva baku y = 0,0429x + 0,0105 dengan limit deteksi dan limit kuantitasi 2,1468 ppm dan 7,1142 ppm. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada metode analisis identifikasi residu organofosfat pada simplisia temulawak menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis adalah valid. Kata kunci: Organofosfat, Spektrofotometri, Simplisia Temulawak, Pasar Wage

    Perbandingan Daya Antioksidan Ekstrak Metanol Daun Tembakau (Nicotiana Tabacum L) Dengan Rutin Terhadap Radikal Bebas 1,1-diphenil-2-pikrilhidrazil (Dpph)

    Full text link
    An experiment was done to compare the antioxidant activity of methanolic extract of tobacco leaves and rutin. This experiment was conducted by extracting methanolic extract of tobacco leaves with soxhletation method with methanol and measuring the absorbance of DPPH using spectrofotometry UV- Vis in λ 517 nm. The obtained data was analized by t-test with the confidence level 95%. The result showed that methanolic extract of tobacco leaves extract and rutin have the different of antioxidant activity. Key word: Antioxidant, 1,1-diphenil-2-pikrilhidrazil, methanolic extract of tobacco leafes, rutin

    Pengaruh Fungi Mikoriza Arbuskula Dan Abu Kotoran Ayam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Cabai Merah Pada Tanah Gambut

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh FMA dan Abu Kotoran Ayam terhadap pertumbuhan dan hasil cabai merah pada tanah gambut, mengetahui dosis Abu kotoran Ayam yang terbaik terhadap pertumbuhan danhasil cabai merah pada tanah gambut, dan mengetahui interaksi antara FMA danAbu Kotoran Ayam terhadap pertumbuhan dan hasil cabai merah pada tanahgambut. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas PertanianUniversitas Tanjungpura Pontianak, dari tanggal 17 Maret 2014 sampai dengan tanggal 9 Juni 2014. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap(RAL) yang terdiri dari 2 faktor, yaitu faktor Mikoriza Arbuskula (M) dan Abu Kotoran Ayam (A). Faktor Mikoriza Arbuskula yaitu m0 (Tanpa mikorizaarbuskula) dan m1 (Dengan mikoriza arbuskula). Faktor Abu Kotoran Ayam yaitua1= dengan abu kotoran ayam 551,50 g/polibag, a2= dengan abu kotoran ayam 875,00 g/polibag, a3 = dengan abu kotoran ayam 1.198,00 g/polibag, dan a4 =dengan abu kotoran ayam 1.521,50 g/polibag. Variabel pengamatan dalam penelitian ini meliputi : volume akar (cm3), persentase akar terinfeksi (%), beratkering tanaman (g), tinggi tanaman (cm), umur berbunga (hst), persentase bungamenjadi buah (%), jumlah buah pertanaman, dan berat buah pertanaman (g). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fungi mikoriza arbuskula tidak memberikanpengaruh pada hasil tanaman cabai merah, abu kotoran ayam memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah, dan Interaksiantara inokulasi FMA dan abu kotoran ayam dosis 1.198,00 g/polybagmenunjukkan persentase akar terinfeksi dan tinggi tanaman minggu ke-3 dan ke-4 tanaman cabai merah yang terbaik pada tanah gambut

    Minyak Atsiri, Perbandingan Kadarnya Pada Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) Yang Dikeringkan Dengan Metode Sinar Matahari Dan Oven Beserta Profil Kromatografi Gas Spektrometri Massa (Kgsm)

    Full text link
    Curcuma xanthorrhiza Roxb is a crop from Zingiberaceae family that historically has enough wide traditional use in around of Indonesian people. One of the important process in preparation of simplicia Curcuma xanthorrhiza Roxb. rhizome is drying process, where the process influence the quantity or quality volatile oil level of Curcuma xanthorrhiza Roxb. rhizome. The aim of this research was to find out the volatile oil level on Curcuma xanthorrhiza Roxb. rhizome by oven and drying sunshine. Result of volatile oil of Curcuma xanthorrhiza Roxb. rhizome at drying sunshine was 0.14% v/w whereas at drying oven was 0.28% v/w. Obtained result from t test analysis indicated the existence of mean difference, this indicated from t value more than t table. Later perform qualitative analysis of volatile oil with Gas Chromatography Mass Spectrometer with helium as mobile phase and phenyl metil syloksan as stationary phase. This research result indicated that volatile oil of Curcuma xanthorrhiza Roxb. from solar drying consist of 28 chemical constituents. The top five components of the essential oil were cineole, camphor, alpha curcumin, androsta, dan alpha chamigren. Volatile oil from oven drying consists of 33 chemical constituents. The top five components of the essential oil were camphor, alpha curcumin, androsta, germacron and alpha chamigren. Key word : essential oils, Curcuma xanthorrhiza Roxb. rhizome, drying, GCMS

    Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Pertumbuhan Fusarium Verticillioides Bio 957 dan Produksi Fumonisin B1

    Full text link
    Fusarium verticillioides adalah spesies yang dominan dalam memproduksi fumonisin pada produk-produk pertanian. Fumonisin B1 (FB1) merupakan fumonisin yang paling banyak ditemukan di alam dan paling toksik dibandingkan jenis fumonisin lainnya. Faktor ekstrinsik utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi FB1 adalah suhu dan kelembaban. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh suhu dan kelembaban terhadap pertumbuhan Bio 957 dan produksi FB1 pada media jagung dan kedelai. Jagung dan kedelai yang telah diiinokulasi dengan suspensi Bio 957 diinkubasi pada suhu 20, 30 dan 40 °C dengan kelembaban 70, 80 dan 90% selama 14 hari. Pengamatan pertumbuhan dilakukan dengan penimbangan massa sel dan analisis konsentrasi FB1 dilakukan dengan HPLC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan Bio 957 pada jagung dan kedelai paling tinggi terjadi pada suhu 30 °C dan kelembaban 90%, berat massa selnya yaitu 904,5 dan 885,5 mg per 20 g masing-masing jagung dan kedelai. Konsentrasi FB1 paling tinggi pada jagung dan kedelai masing-masing yaitu 374 dan 67 ppb, pengamatan pada suhu 30 °C pada jagung dan 20 °C pada kedelai, keduanya pada kelembaban yang sama (90%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bio 957 mampu tumbuh dengan baik dan menghasilkan konsentrasi FB1 paling tinggi pada jagung dan kedelai pada suhu 20 dan 30 °C dengan kelembaban 90%. Pada suhu 40 °C dengan kelembaban 70, 80 dan 90%, Bio 957 tidak menunjukkan adanya pertumbuhan, sehingga pembentukan FB1 dapat dihindari
    corecore