18 research outputs found

    KARAKTERISTIK WILAYAH, DEMOGRAFI, DAN MOTIVASI PEMELIHARAAN AYAM RAS PETELUR DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA

    Get PDF
    The business of laying hens in Konawe Regency, Southeast Sulawesi, has a very large opportunity, an area that is known as an agriculture-based area as well as a food support area for Kendari City as the provincial capital. This study aims to examine regional characteristics, demography of laying hen breeders, and motivation to raise livestock. This research is a qualitative research with a descriptive aim to describe certain conditions or phenomena. Information selection was carried out by purposive sampling, required to have experience in raising laying hens for 2 years and snowball sampling. Data collection was carried out by direct interviews and observations at plantation business locations. During the Covid-19 Pandemic visits to informants carried out strict health protocols. Some additional information for matters deemed important is confirmed and re-validated by telephone. The topography of the land in Konawe Selatan Regency generally has an undulating and hilly land surface. The height of the land above sea level ranges from 0-1000 meters, dominantly at an altitude of 100-500 meters which reaches 39%, with a land slope between 0-36 degrees, the soil type is dominated by grumosol, podzolic and latosol, between these hills, land stretches which are potential areas for the development of the agricultural and livestock sectors. The distribution of land use in South Konawe Regency is as much as 24% (1008.21 km2) which has the potential to be used as agricultural land and livestock. The average temperature, humidity, wind speed, air pressure, and solar radiation in South Konawe Regency throughout 2020 are as follows 26.79°C, 85.25%, 1 m/s, 1009.57 mb, and 47.33%. The main business of laying hens is 76.92% as breeders, the average age of breeders is 49.00 ± 16.65 years with farming experience of 7.49 ± 7.41 years. The education of breeders was dominated by high school graduates (46.15%) and university graduates (38.46%). In general, the motivation to raise laying hens is 92.31% as the main business and 7.69% as a side business

    FERTILITAS, DAYA HIDUP EMBRIO, DAYA TETAS DAN BOBOT TETAS TELUR AYAM RAS HASIL INSEMINASI BUATAN DENGAN AYAM TOLAKI

    Get PDF
    Ayam tolaki merupakan ayam kampung yang dikembangkan di Sulawesi Tenggara yang memiliki postur tubuh yang kecil dan produksi telur yang rendah. Oleh karena itu dibutuhkan upaya untuk meningkatkan performans produksi dan reproduksi ayam tolaki. Salah satu upaya tersebut adalah menerapkan sistem kawin silang menggunakan metode inseminasi buatan. Pada penelitian ini dilakukan inseminasi semen ayam tolaki ke saluran reproduksi ayam petelur untuk menghasilkan telur/ayam silangan. Parameter yang diukur pada penelitian meliputi fertilitas, daya hidup embrio, daya tetas dan bobot tetas. Penelitian ini dilaksanakan di kandang Pembibitan Unggas Fakultas Peternakan Universitas Haluoleo selama tiga bulan (Juni-Agustus 2012). Penelitian ini menggunakan 12 ekor ayam ras petelur dan 4 ekor ayam tolaki. Semua data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan fertilitas telur hasil persilangan yaitu 50,54%, daya hidup embrio, daya tetas dan bobot tetas masing-masing 92,18%, 59,56% dan 39,83 g. Kesimpulan akhir dari penelitian ini menyatakan fertilitas telur, daya hidup embrio, daya tetas dan bobot tetas telur masih sangat rendah. Rujukan selanjutnya perlu dilakukan persilangan ayam ras petelur jantan dengan ayam tolaki betina.Kata kunci : Ayam tolaki, Fertilitas, daya hidup embrio, daya tetas, Inseminasi buatan

    MEMBRAN PLASMA UTUH SPRMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING PERRANAKAN ETTAWA DALAM NATRIUM KLORIDA DENGAN KONSENTRASI BERBEDA

    Get PDF
    ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya tahan membran plasma spermatozoa kambing Peranakan Etawa (PE) dalam larutan NaCl dengan konsentrasi berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, pada bulan Juni 2013 sampai November 2013. Epididimis dikoleksi dari rumah pemotongan dan spermatozoa dikoleksi dari epididimis menggunakan metode penyayatan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan. Perlakuan tersebut terdiri dari NaCl 0.7% (T1), NaCl 0.8% (T2), NaCl 0.9% (T3), NaCl 1.0% (T4) dan NaCl 1.1%. Evaluasi membran plasma utuh spermatozoa menggunakan Hypo-osmotic Swelling Test (HOS-test). Data hasil penelitian ditransformasi kedalam arcsin sebelum dianalisis menggunakan analisis varian, perbedaan antara perlakuan dianalisis dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian ini menunjukan rata-rata membran plasma utuh berbeda sangat nyata (P>0,01), yaitu T3 (87.92%), T4 (87.60%), T2 (85.17%), T1 (78.53%), dan T5 (75.79%). konsentrasi larutan NaCl 0.9% merupakan medium terbaik untuk mempertahankan keutuhan membrane plasma spermatozoa epididimis kambing PE.Kata Kunci: Kambing PE, Spermatozoa Epididimis, Membran Plasma Utuh

    PENGARUH KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN KEBUNTINGAN DI KECAMATAN GEDANGAN KABUPATEN MALANG JAWA TIMUR

    Get PDF
    Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang-Sub Dinas Unit Pelaksana Teknis IB Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Malang sebagai salah satu sentra peternakan rakyat sangat bergantung pada teknik Inseminasi Buatan tersebut. Dengan teknik ini sangat dimungkinkan untuk menghasilkan keturunan sapi yang memiliki daging unggul dengan harga jual yang lebih tinggi daripada sapi lokal, keadaan ini pada akhirnya akan membantu peningkatan ekonomi peternak. Selama pelaksanaan penelitian, input data berupa hari pelaksanaan IB, waktu birahi sapi betina dan waktu pelaksanaan IB. Metode yang digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan IB ini menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian evaluasi pelaksanaan IB di Kecamatan Gedangan menunjukkan bahwa IB yang dilakukan pada awal birahi memiliki tingkat keberhasilan sebesar 51,3%, pelaksanaan IB pada rentang waktu pertengahan birahi memiliki tingkat keberhasilan 100%, sedangkan pada  tahap akhir birahi memiliki kemungkinan terjadinya konsepsi sebesar 30%. Setelah dilakukan analisa dan penghitungan presentase, maka angka keberhasilan IB di Kecamatan Gedangan adalah 57,37% dan angka ketidakberhasilan IB mencapai 42,63%. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat pengaruh  ketepatan waktu IB terhadap tingkat keberhasilan kebuntingan di Kecamatan Gedangan  Kabupaten Malang. Faktor-faktor penentu keberhasilan IB dalam hubungannya dengan ketepatan waktu IB adalah: kelainan anatomi saluran reproduksi, kelainan ovulasi, sel telur yang abnormal, sperma yang abnormal, dan kesalahan pengelolaan reproduksi.Keywords: artificial insemination, conception rate, estrus, standing hea

    Pengaruh Lama Thawing yang Berbeda pada Suhu 25 oC Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Ongole

    Get PDF
    ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama thawing yang berbeda pada suhu 250C untuk mendapatkan kualitas spermatozoa semen beku sapi ongole yang optimal. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Kanjuruhan Malang. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial. Setiap perlakuan thawing diberikan ulangan sebanyak 10 sampel semen beku sapi ongole. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan lama thawing 7, 15, 30 detik pada suhu 25oC memberikan perbedaan pengaruh yang sangat nyata (p<0.01) pada motilitas, viabilitas dan abnormalitas spermatozoa semen beku sapi ongole. Motilitas tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 dengan rata-rata sebesar 40,8%, viabilitas tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 dengan rata-rata sebesar 82,39%, sedangkan abnormalitas terendah diperoleh pada perlakuan P3 dengan rata-rata sebesar 11,95%. Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa thawing pada suhu 25oC dengan lama waktu 30 detik memberikan kualitas spermatozoa yang paling baik sehingga disarankan untuk melakukan thawing pada suhu 25oC dengan lama waktu 30 detik. Kata kunci: abnormalias, mortalitas, ongole, thawing, viabilitasABSTRACT This study aims to determine the effect of different thawing time at 250C to get the sperm quality of frozen semen ongole bull. Research conducted at the Laboratory of Animal Husbandry Faculty Kanjuruhan University of Malang. The method of study by using Completely Randomized Design (CRD) factorial. Any treatment given repeated thawing of frozen samples of 10 times. The study show that treatment with time thawing 7 (P1), 15 (P2), 30 (P3) seconds at 25oC gives a very significant difference (P<0.01) on motility, viability and abnormalities of ongole Bull sperm. The highest motility and viability were obtained at P3 (40,8%) and (82,39%), while the lowest abnormalities obtained on P3 (11,95%). Based on this research it can be concluded that thawing at 25oC with 30 seconds to give the best quality sperm that is recommended for thawing. Keywords: abnormality, motility, ongole, thawing, viabili

    Kualitas Post Thawing Spermatozoa Kambing Peranakan Etawa (PE) pada Suhu 37oC dengan Waktu yang Berbeda

    Get PDF
    ABSTRAKPenelitian ini dilakukan di laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Kanjuruhan. Materi Penelitian yang digunakan adalah semen kambing PE beku yang didapatkan dari Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari Kabupaten Malang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan dengan rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan thawing menggunakan air dengan suhu 37°C selama 7, 15, dan 30 detik dengan 10 kali ulangan. Variabel yang diamati yaitu motilitas, viabilitas, dan abnormalitas spermatozoa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motilitas dan viabilitas perlakuan pencairan waktu 30 detik pada 37°C (P3) memberikan hasil terbaik adalah motilitas tertinggi 35%, viabilitas tertinggi 65,88%, dan abnormalitas terendah dengan pencairan 30 detik pada 37°C (P3) 18,392% . Namun, perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0,05) pada motilitas dan viabilitas tetapi memberikan perbedaan yang sangat signifikan pada abnormalitas (P0,05) on motility and  viability but it gave highly significant different on abnormality (P<0,01). The conclusion of this research is that the treatment of time thawing influence motility, viability and increase abnormality.Keywords: abnormality, etawa filial, goat, motility, sperm, viabilit

    PENGARUH UMUR LEPAS SAPIH DAN UMUR INDUK TERHADAP PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN (PFH)

    Get PDF
    Penelitian ini dilaksanakan di Pujon Kabupaten Malang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh umur lepas sapih dan umur induk terhadap produksi susu sapi perah PFH. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 27 ekor induk sapi perah PFH dengan kelompok umur 3-4 tahun, 5-6 tahun dan 7-8 tahun sebanyak 9 ekor dari berbagai kelompok umur. Metode yang dipakai adalah studi kasus dengan teknik pengambilan data secara observasi dan wawancara dengan pemilik. Data yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah produksi susu dalam waktu 30 hari, umur induk dan umur pedet saat penyapihan. Analisis data menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur induk 5-6 tahun menghasilkan produksi susu yang terbaik sebesar 12,72±0,77 liter, kemudian dari kelompok umur 7-8 tahun sebesar 11,31±1,75 liter  dan yang terakhir umur 3-4 tahun memberikan produksi susu yang terendah  sebesar 10,94±0,41 liter. Rata-rata produksi susu umur lepas sapih 1 bulan sebesar 13,00±0,38 liter. Rata-rata produksi susu umur lepas sapih 2 bulan sebesar 11,77±0,72 liter. Rata-rata produksi susu umur lepas sapih 3 bulan sebesar 10,96±0,50 liter. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh umur induk terhadap produksi susu sapi perah PFH, umur induk 5-6 tahun memberikan produksi tertinggi yaitu 12,72±0,77 liter. Umur lepas sapih tidak memberikan  pengaruh terhadap produksi susu sapi perah PFH kemudian tidak terdapat interaksi antara umur induk dan umur lepas sapih terhadap produksi susu.Kata Kunci: produksi susu, peternak, sapi pra

    Motilitas dan Vabilitas Spermatozoa Ayam Kampung pada Suhu 5°C Menggunakan Pengencer dan Lama Simpan yang Berbeda

    Get PDF
    ABSTRAKPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui motilitas dan viabilitas spermatozoa ayam kampung pada suhu 5oC menggunakan pengencer dan lama simpan yang berbeda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian laboratorium menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan pengencer ringer lactat solution, air kelapa dan tanpa pengencer serta lama simpan 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, masing-masing diulang 10 kali. Variabel yang diamati yaitu motilitas dan viabilitas spermatozoa. Analisa data yang digunakan adalah analisis varian. Hasil analisis data menunjukkan bahwa motilitas dan viabilitas spermatozoa menggunakan pengencer ringer lactat solution lebih tinggi (P<0,01) serta dapat bertahan sampai lama simpan 24 jam dibandingkan air kelapa dan tanpa pengencer. Adapun nilai motilitas ringer lactat solution, air kelapa dan tanpa pengencer pada lama simpan 24 jam masing-masing sebesar 43,5±17,17%; 8±4,83%; 6,5±2,4%, sedangkan nilai viabilitasnya sebesar 83,2±7,25%; 64,6±3,20%; dan 63,1±2,33%. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah ringer lactat solution lebih baik dibandingkan air kelapa dan tanpa pengencer dalam mempertahankan kualitas semen ayam kampung pada suhu simpan 5oC sampai lama simpan 24 jam.Kata Kunci : air kelapa, ayam kampung, motilitas, spermatozoa, viabilitas  ABSTRACTThis study was conducted to determine the motility and viability of spermatozoa of Native chickens at 5oC using different diluents and time storage. The method used in this study was laboratory research using Factorial Completely Randomized Design with ringer lactate solution, coconut water and without diluent at 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30 hours of time storage each repeated 10 times. The variables observed were motility and viability of sperm. Data analysis used is variance analysis. The results of data analysis showed that the motility and viability of spermatozoa using ringer lactate solution diluents was higher (P <0.05) than coconut water and without diluents. The motility values of ringer lactat solution, coconut water and without diluents were 43,5±17,17%; 8±4,83%; 6,5±2,4% respectively, while the viability values were 83,2±7,25%; 64,6±3,20% and 63,1±2,33%. The conclusion of this study is that ringer lactat solution is better than coconut water an without diluents in maintaining the quality of Native chicken semen at a storage temperature of 5oC until 24 hours.Keywords: coconut water, motility, native chicken, sperm, viabilit

    Sinkronisasi Estrus dan Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Cair Hasil Sexing pada Sapi Bali Induk Yang Dipelihara dengan Sistem yang Berbeda (Oestrus Syncronization and Artificial Insemination using Sexing Semen from Bali’s Cattle with Different Management System )

    Get PDF
    Sinkronisasi estrus umumnya diterapkan dalam program inseminasi buatan untuk memicu  terjadinya  estrus  sekelompok    sapi  disinkronkan  dalam  efektifitas  time.The  sama PGF2α  dalam  sinkronisasi  estrus  dan  kemampuan  sperma  bergender  untuk  menginduksikehamilan pada sapi bali dievaluasi dalam hal ini belajar. Empat puluh ekor sapi digunakan dimana 20 ekor sapi yang disimpan di bawah managementwhile intensif yang lain 20 sapi yang disimpan di bawah manajemen semifinal intensif. Semen dikumpulkan dari banteng bali dan sexing sperma menggunakan metode Colum albumin dilakukan untuk menghasilkan sperma bergender.   semen   segar   dan   sperma   bergender   dievaluasi   sebelum   inseminasi   untuk menginduksi kehamilan pada sapi bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% dari sapi menunjukkan estrus tanda dengan kualitas estrus berkisar antara 2,84 untuk sapi di bawah manajemen yang intensif dan 2,88 untuk sapi di bawah manajemen semi intensif. Tingkat tidak kembali juga tinggi yaitu 95% untuk sapi di bawah manajemen intensif dan 80% untuk sapi di bawah manajemen semi intensif. Sementara layanan per konsepsi hanya 1,15 untuk sapi di bawah manajemen intensif dan 1,20 untuk sapi di bawah manajemen semi intensif. Akhirnya, disimpulkan bahwa semua sapi memiliki respon yang baik untuk PGF2α untuk memicu estrus dan 95% dari sapi di bawah manajemen intensif  dan 80% dari sapi di bawah manajemen setengah intensif diprediksi pregnantbased pada tingkat non pulang pada hari 21 setelah inseminasi buatan dengan baik S / C.Kata kunci: sinkronisasi, sexing, sapi bali, intensif, semi intensi
    corecore