5 research outputs found
LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SEMESTER KHUSUS TAHUN 2016 PENGEMBANGAN DATABASE SUMBER DAYA MANUSIA DAN SARANA PRASARANA KEOLAHRAGAAN SE KABUPATEN SLEMAN
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah mata kuliah wajib tempuh bagi mahasiswa kependidikan sebagai sarana untuk mengabdikan dan mempraktikkan ilmu yang diperoleh selama kuliah di lembaga pendidikan yang sebenarnya. Melalui PPL, mahasiswa mengasah diri sesuai kompetensi program studi dan jurusan masing-masing dalam hal mengembangkan pengetahuan tentang jalannya suatu manajemen di sebuah kantor atau lembaga, juga memberi kesempatan mahasiswa untuk mengamati, mempelajari dan memberikan solusi permasalahan-permasalahan yang ada di Dinas.
Kegiatan PPL di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman dilaksanakan pada tanggal 15 Juli sampai dengan 15 September 2016. Pada kegiatan PPL ini mahasiswa membuat program yang berjudul “Pengembangan Database Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasarana Keolahragaan se Kabupaten Sleman menggunakan Microsoft Excel”. Tujuan dari program ini adalah membantu pengelolaan database tentang sumber daya manusia dan sarana prasarana keolahragaan se Kabupaten Sleman untuk memudahkan pemberian informasi dalam memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan.
Dalam pelaksanaan program, dibagi menjadi tiga tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Tahap persiapan dibagi menjadi beberapa kegiatan, diantaranya koordinasi dengan staff seksi olahraga, pembuatan format untuk pendataan. Pada tahap pelaksanaan dibagi menjadi beberapa kegiatan yaitu pengumpulan data, mengentry data kedalam format database, pengecekan data yang telah dientry dengan data mentah, pengolahan data. Kemudian pada tahap evaluasi dibagi menjadi beberapa kegiatan yaitu menyajikan hasil program, mengevaluasi program, dan tindak lanjut hasil program.
Hasil dari program Praktik Pengalaman Lapangan ini adalah database mengenai sumber daya manusia dan sarana prasarana keolahragaan se Kabupaten Sleman dapat diketahui lebih rinci serta dapat memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan
Two Versions of Lah Bako Dance: Representing Agricultural Working Class and Identity Creation
This article discusses the politics of identity in dance representations. Lah Bako dance is one of the Jember icons that was created to build an image of the tobacco farmers' culture. This dance is performed by women who represent the tobacco production process. However, the practical needs that are framed through aesthetic motions present a new form of how women are positioned in agricultural societies. In this context, the Lah Bako dance becomes an instrument to create new meanings for women and also becomes an imaginary space for tobacco farming. The article discusses two main points: first, the Lah Bako dance became an integral part of government’s project to construct mass memories in the relations of production in the tobacco sector, and the second is women as subjects representing a farmer’s spirit which is formed as a new figuration that fluid and changeable as political image that transcended existing experimental conditions. An addition point highlighted in this article was the emergence of Islamic values in a dance version which is accomodated the elite interest of Jember’s identity slogan formation. Reseachers use Stuart Hall’s cultural representation and ethnography method to narrate the identity. This research found that the Lah Bako dance is constructed in dominant cultural formations that are legitimized by the structure of the regional government bureaucracy. Furthermore, it is crucial to criticize the space for voicing farmers’ subjectivity and class politics, which has been muddled from the elite network. The problem appears as a paradox for creating aesthetic reality through art, where the symbolic form can be enjoyed without touching inequality that continually arises
Two Versions of Lah Bako Dance: Representing Agricultural Working Class and Identity Creation
This article discusses the politics of identity in dance representations. Lah Bako dance is one of the Jember icons that was created to build an image of the tobacco farmers' culture. This dance is performed by women who represent the tobacco production process. However, the practical needs that are framed through aesthetic motions present a new form of how women are positioned in agricultural societies. In this context, the Lah Bako dance becomes an instrument to create new meanings for women and also becomes an imaginary space for tobacco farming. The article discusses two main points: first, the Lah Bako dance became an integral part of government’s project to construct mass memories in the relations of production in the tobacco sector, and the second is women as subjects representing a farmer’s spirit which is formed as a new figuration that fluid and changeable as political image that transcended existing experimental conditions. An addition point highlighted in this article was the emergence of Islamic values in a dance version which is accomodated the elite interest of Jember’s identity slogan formation. Reseachers use Stuart Hall’s cultural representation and ethnography method to narrate the identity. This research found that the Lah Bako dance is constructed in dominant cultural formations that are legitimized by the structure of the regional government bureaucracy. Furthermore, it is crucial to criticize the space for voicing farmers’ subjectivity and class politics, which has been muddled from the elite network. The problem appears as a paradox for creating aesthetic reality through art, where the symbolic form can be enjoyed without touching inequality that continually arises
STRATEGI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SE-KECAMATAN SEDAYU KABUPATEN BANTUL
This study aims to describe: (1) strategies to improve the quality of
education in Vocational High School (VHS) at Sedayu sub-district, (2) factors that
influence in improving the quality of education in Vocational High School (VHS)
at Sedayu sub-district
This research used descriptive qualitative approaches. The subjects of this
research are principal, teacher, head of administration, school committee, and
students. This research was conducted at SMK Darma Bhakti Sedayu, SMK Santo
Paulus 1 Sedayu, and SMK Negeri 1 Sedayu. Techniques of data collection by
interview, observation, and documentation. The validity of the data by
triangulation of sources and techniques. Techniques of data analysis use an
interactive model by Miles and Hubberman.
The result of the research. 1) Strategy to improve the quality of education
in VHS at Sedayu sub-district are (a) empower the potential of learners, (b)
optimize the MGMP, (c) improve the professionalism of teachers, (d) cooperate
with parents, committees, and society, (e) improve academic and non academic
achievement, and (f) implementation of character education. 2) Factors that
influence in improving the quality of education in VHS at Sedayu sub-district are:
(a) headmaster leadership, (b) educators and education personnel, (c) student’s,
(d) curriculum, (e) finance, (f) facilities and infrastructure, and (g) school
environment’s
Strategi Peningkatan Mutu Berbasis Kemitraan antara Sekolah dengan Industri pada SMK di Kabupaten Bantul.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi, upaya sekolah, cara mengatasi hambatan, dan model hipotetik strategi peningkatan mutu berbasis kemitraan antara sekolah dengan industri pada SMK di Kabupaten Bantul.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian dilakukan pada SMK di Kabupaten Bantul yakni SMK Negeri 1 Sedayu dan SMK Negeri 1 Sanden. Subjek penelitian terdiri atas dua kepala sekolah, dua wakil kepala sekolah bidang hubungan masyarakat dan hubungan industri (humashubin), dua ketua kompetensi keahlian, serta dua guru. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Keabsahan data menggunakan metode triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Teknik analisis dilakukan dengan menggunakan model interaktif dari Miles & Hubberman.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut. (1) Strategi dalam peningkatan mutu berbasis kemitraan antara sekolah dengan industri pada SMK di Kabupaten Bantul adalah (a) menyelaraskan kurikulum sekolah dengan kebutuhan di industri, (b) meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, (c) meningkatkan mutu dalam serapan lulusan, (d) meningkatkan mutu dalam sarana prasarana, (e) meningkatkan mutu dalam penilaian pendidikan, (f) meningkatkan mutu dalam hal akademik dan non akademik. (2) Upaya sekolah dalam implementasi strategi peningkatan mutu berbasis kemitraan antara sekolah dengan industri pada SMK di Kabupaten Bantul antara lain: (a) mengimplementasikan budaya mutu industri di sekolah, (b) menjaga komunikasi dengan mitra industri. (3) Cara mengatasi hambatan dalam implementasi strategi peningkatan mutu berbasis kemitraan antara sekolah dengan industri pada SMK di Kabupaten Bantul antara lain: (a) terbatasnya dana diatasi melalui musyawarah dengan wali siswa, (b) jangkauan mitra yang jauh diatasi dengan menyesuaikan waktu dan tempat, (c) memaksimalkan peran bidang hubungan masyarakat dan hubungan industri. (4) Model hipotetik strategi peningkatan mutu berbasis kemitraan antara sekolah dengan industri pada SMK yang ditemukan yaitu kerja sama kemitraan tidak lepas dari regulasi kebijakan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Strategi peningkatan mutu berbasis kemitraan meliputi aspek kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, serapan lulusan, sarana prasarana, penilaian pendidikan, serta akademik dan non akademik. Strategi tersebut apabila dilaksanakan akan menghasilkan sekolah yang bermutu, serta dampaknya akan meningkatkan serapan lulusan yang ada di sekola