23 research outputs found

    THE EFFECT OF PLIEK U ON FISH FEED FOR GROWTH AND SURVIVAL RATE OF LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

    Get PDF
    Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan pliek u pada pakan terhadap laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele Dumbo (Clarias Gariepenus).Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Pada perlakuan PO Tanpa pliek u, perlakuan P1 diberikan pliek u 10%, perlakuan P2 diberikan pliek u 15%, dan perlakuan P3 diberikan pliek u 20%. Hasil pengamatan diperoleh bahwa Perlakuan terbaik dari Survival Rate adalah pada P0 yaitu 72,50 %, pertumbuhan panjang terbaik adalah P3 10,17 , pertumbuhan berat terbaik adalah pada P0 4,9 dan perlakuan terbaik pada Fe Adalah 3,24 % Hasil analisis sidik ragam yang dilakukkan pertumbuhan panjang, pertumbuhan berat memiliki pengaruh yang sangat nyata sedangkan SR memiliki pengaruh yang nyata dan akan tetapi EP dan SGR memiliki pengaruh yang tidak nyata terhadap ikan lele dumbo (Clarias graipinus).The purpose of this study was to determine the effect of adding pliek u to the feed on the growth rate and survival of African catfish (Clarias Gariepenus). The method used in this study was a completely randomized design method with 4 treatments and 4 replications. In the PO without plic u treatment, P1 treatment was given a plic u of 10%, P2 treatment was given a plic u of 15%, and P3 treatment was given a 20% pli c. The results of the observation showed that the best treatment of survival rate was at P0, namely 72.50%, the best length growth was P3 10.17, the best weight growth was at P0 4.9 and the best treatment for Fe was 3.24%. which carried out long growth, weight growth had a very significant effect while SR had a significant effect and however EP and SGR had no significant effect on African catfish (Clarias graipinus)

    PELATIHAN ENRICHMENT DAPHNIA UNTUK MENINGKATKAN KECERAHAN WARNA IKAN CUPANG (Betta sp.)

    Get PDF
    ABSTRAKPermasalahan yang dihadapi mitra adalah rendahnya kualitas warna ikan cupang yang mitra peroleh dari agen, sehingga harga jual ikan cupang juga rendah. Setelah mengetahui permasalahan mitra, tim menawarkan solusi yaitu pelatihan enrichment Daphnia untuk memanipulasi pigmen warna ikan cupang. Tujuan dari pengabdian ini adalah memberikan pelatihan kepada pemuda dan para penggiat ikan cupang di Gampong Teungoh, Kota Langsa tentang enrichment Daphnia sebagai pakan ikan cupang yang dapat meninngkatkan kecerahan warna ikan cupang. Metode yang digunakan adalah sosialisasi dan penjaringan mitra, pemberian materi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecerahan warna ikan cupang serta teknik enrichment pakan ikan cupang dan pelatihan teknik enrichment pakan ikan cupang. Mitra yang mengikuti kegiatan ini adalah pemuda gampong dan penggiat ikan cupang di Gampong Teungoh yang berjumlah 25 orang. Evaluasi keberhasilan pelatihan dihitung berdasarkan kepahaman para peserta terhadap materi pelatihan. Hasil yang dicapai dari pelatihan ini yaitu adanya peningkatan ketrampilan para pemuda dan penggiat ikan cupang dalam meningkatkan warna ikan cupang dan juga adanya peningkatan harga jual ikan yang telah diberikan pakan Daphnia yang telah di enrichment. Kata kunci: astaxhantin; daphnia; ikan cupang; kecerahan warna; pakan alami. ABSTRACTThe problem faced by partners is the low quality of betta fish colors that partners get from agents, so the selling price of betta fish is also low. After knowing the partners' problems, the team offered a solution, namely Daphnia enrichment training to manipulate betta fish color pigments. The purpose of this service is to provide training to youth and betta fish activists in Gampong Teungoh, Langsa City on the enrichment of Daphnia as betta fish food that can increase the brightness of the color of betta fish. The methods used were socialization and partner networking, providing material about the factors that affect the color brightness of betta fish and betta fish feed enrichment techniques and training on betta fish feed enrichment techniques. Partners who participated in this activity were village youth and betta fish activists in Teungoh Village, totaling 25 people. The evaluation of the success of the training is calculated based on the participants' understanding of the training material. The results achieved from this training are an increase in the skills of young people and betta fish activists in increasing the color of betta fish and also an increase in the selling price of fish that have been given enrichment Daphnia feed. Keywords: astaxhantin; daphnia; betta fish; color brightness; natural foo

    PEMANFAATAN HASIL TANGKAP UDANG GALAH SEBAGAI BUDIDAYA UDANG GALAH DENGAN SISTEM BIOFLOKS DI DESA BAYEUN KECAMATAN BIREM BAYEUN KABUPATEN ACEH TIMUR

    Get PDF
    ABSTRAKUdang galah (Macrobrachium rosenbergii) merupakan salah satu biota perikanan air tawar yang sangat berpotensi untuk dibudidayakan secara komersial. Desa Bayeun merupakan salah satu wilayah yang cocok bagi pertumbuhan Udang galah karena memiliki topografi dataran rendah yang dilalui oleh Sungai Alur Itam dengan kondisi air sungai yang berarus sedang dan terdapat perairan tawar. Hasil tangkapan udang galah rata-rata 10 kg per hari dengan berbagai tipe ukuran, yaitu buah 1,2, dan 3. Hasil tangkapan tersebut langsung didistribusikan ke agen dan konsumen dengan variasi harga yang berbeda berdasarkan ukuran, harga tertinggi udang galah tipe buah 1 (Rp. 140.000,-) dan terendah tipe buah 3 (Rp. 65.000,-), namun banyak hasil tangkapan nelayan yang ukurannya di bawah tipe buah 3 yang menyebabkan tidak sesuainya permintaan pasar terhadap udang galah tersebut. Tujuan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah memberi solusi kepada nelayan setempat dengan melakukan pemilahan ukuran udang yang masih kecil untuk dibudidayakan kembali dengan sistem bioflok agar nantinya udang galah dapat layak di pasarkan sesuai tipe untuk mendapatkan harga jual yang sesuai dan menambah penghasilan bagi nelayan. Metode pengabdian yang digunakan yaitu survei pendahuluan mengenai masalah mitra, sosialisasi, pembuatan bioflok, pelatihan dan pendampingan pada mitra KUB KATEUKA JAYA yang anggotanya berjumlah 15 orang. Hasil dari PKM ini adalah adanya peningkatan hardskill mitra dalam mengelola udang galah hasil tangkapan yang ukurannya kecil dan nilai jual udang galah yang berhasil dibesarkan dan dibudidayakan pada kolam bioflok meningkatkan pendapatan mitra. Kata kunci: bayeun; bioflok; budidaya; nilai tambah; udang galah ABSTRACTGiant prawns (Macrobrachium rosenbergii) is one of the freshwater fisheries biota that has the potential to be cultivated commercially. Bayeun Village is a suitable area for the growth of giant prawns because it has a lowland topography that is traversed by the Alur Itam River with moderate river water conditions and fresh water. The catch of giant prawns is an average of 10 kg per day with various types of sizes, namely fruit 1, 2 and 3. The catch is directly distributed to agents and consumers with different price variations based on size, the highest price for giant prawns is fruit type 1 (Rp. 140,000,-) and the lowest is fruit type 3 (Rp. 65,000,-), but many fishermen's catches are below fruit type 3 which causes the market demand for these giant prawns to be inappropriate. The purpose of this Community Service activity is to provide a solution to local fishermen by sorting the size of the shrimp that are still small to be re-cultivated with the biofloc system so that later the giant prawns can be marketed according to the type to get the right selling price and increase income for fishermen. The service method used is a preliminary survey regarding partner issues, socialization, biofloc making, training and mentoring for KATEUKA JAYA KUB partners whose members total 15 people. The result of this PKM is an increase in partners' hard skills in managing giant prawns caught which are small in size and the selling value of giant prawns that are successfully raised and cultivated in biofloc ponds increases partner income. Keywords: bayeun; biofloc; cultivation; value added; giant shrim

    The Effect of Soaking Zeolite Stones and Activated Charcoal on the Survival of Red Tilapia (Oreochromis sp.) Raised in Oil Palm Plantation Wastewater (Elaeis guineensis)

    Get PDF
    Ikan nila merah merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki tingkat toleransi lingkungan yang luas, termasuk pada lingkungan dengan toksisitas tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi pengaruh perendaman batu zeolit dan arang aktif terhadap kelangsungan hidup ikan nila merah yang dipelihara di air limbah perkebunan kelapa sawit. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan perendaman yang digunakan adalah P1 tanpa dosis/kontrol/10 L air limbah, P2 dengan takaran zeolit dan arang aktif dengan perbandingan 50 gr : 50 gr/10 L air limbah, P3 dengan takaran zeolit dan arang aktif. arang dengan perbandingan 100 gr:100 gr/10 L air limbah, dosis P4 zeolit dan arang aktif dengan perbandingan 150 gr:150 gr/10 L air limbah. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji Anova dan Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman pada batu zeolit dan arang aktif berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan nila merah. Kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan P3 dengan hasil 90±10b, disusul P4 dengan hasil 83,33±5,77b, kemudian disusul P2 dengan hasil 76,67±5,77b, dan kelangsungan hidup terendah terdapat pada P1 dengan hasil 76,67±5,77b. hasil 66.67±5.77a.Kata Kunci: Nila merah, kualitas air, zeolit, arang aktif, kelangsungan hidup

    OPTIMALISASI FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN KEONG BAKAU (Telescopium telescopium) TERHADAP PERTUMBUHAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata)

    Get PDF
    Pertumbuhan merupakan salah satu indicator dalam budidaya perikanan yang dilakukan dalam suatu kurun waktu, didalam budidaya perikanan terdapat syarat-syarat budidaya yang harus terpenuhi dengan baik, diantaranya adalah lingkungan perairan yang baik (kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan ikan yang dibudidayakan), pakan yang diberikan sesuai, dan ikan yang dibudidayakan. Kepiting bakau (Scylla Serrata) merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis penting dan bernilai tinggi baik di pasaran. Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan budidaya kepiting adalah ketersediaan pakan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui frekuensi pemberian pakan yang optimal terhadap pertumbuhan kepiting bakau (Scylla Serrata). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Pada perlakuan 1 dengan frekuensi 2x sehari, perlakuan 2 dengan frekuensi 3x sehari, pada perlakuan 3 dengan frekuensi 4x sehari, pada perlakuan 4 dengan frekuensi 5x sehari.  Hasil dari perlakuan tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, pertambahan berat mutlak, pertambahan panjang mutlak, sedangkan untuk parameter sintasan menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata. Laju pertumbuhan harian tertinggi terdapat pada perlakuan 3 sebesar 12,47%, Pertambahan berat mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan 3 sebesar 3,00 gr. Selanjutnya pada parameter pertambahan panjang mutlak yang tertinggi juga pada perlakuan 1 sebesar 4,22 cm. Kemudian pada parameter efisiensi pakan menunjukkanhasil yang paling baik adalah pada perlakuan 2 dengan EP sebesar 61,70. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa frekuensi pemberian pakan, memberikan pengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan kepiting bakau (Scylla Serrata)

    APLIKASI METODE PENANGKARAN INDUK RAJUNGAN SEBAGAI UPAYA RESTOCKING DI ALAM MELALUI SISTEM RUMÔH BIENG RENJONG

    Get PDF
    ABSTRAKRajungan merupakan komoditas ekspor yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, tingginya penangkapan rajungan menyebabkan hasil tangkapan yang diperoleh nelayan semakin menurun. Kurangnya pemahaman masyarakat terkait teknologi penangkapan yang ramah lingkungan dan teknik penangkaran telah memperparah penurunan stok dialam. Model penangkaran rajungan yang berkelanjutan diketahui dapat dilakukan untuk mengatasi penurunan stok rajungan dialam. Adapun metode teknis pelaksanaan utama dalam kegiatan ini, yaitu (1) Kegiatan pengelolaan induk mulai dari penampungan dan penerimaan induk bertelur yang tertangkap dari nelayan pemeliharaan bak induk, seleksi induk khususnya yang sudah bertelur, pakan dan pengelolaan kualitas air induk, pengeraman (inkubasi) induk  serta penetasan  telur rajungan.  (2)  Pengelolaan  kualitas  air  agar diperoleh kelulushidupan crablet yang tinggi. (3) Pencegahan hama dan penyakit, hama dan penyakit yang sering menyerang seperti ektoparasit dan jamur. Hasil PKM ini merupakan solusi alternatif dalam kegiatan ini dengan membuat sistem RUMÔH BIENG RENJONG dapat memudahkan nelayan dalam memahami konsep ini dibuat sesederhana mungkin, sehingga diperoleh peningkatan stok di alam dari hasil restocking secara mandiri oleh masyarakat nelayan secara berkelanjutan yang nantinya dapat meningkatkan hasil tangkapan dan meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir, khususnya pelaku usaha perikanan rajungan. Kata kunci: induk; penangkaran; rajungan; restocking ABSTRACTBlue swimming crab is an export commodity that has high economic value, the high crab catch causes the catches obtained by fishermen to decrease. The lack of public understanding regarding environmentally friendly fishing technologies and captive breeding techniques has exacerbated the decline in natural stocks. It is known that sustainable crab breeding models can be used to overcome the decline in natural crab stocks. The main implementation technical methods in this activity are (1) broodstock management activities starting from sheltering and receiving egg-laying broodstock caught from fisherman maintenance of brood tanks, selection of broodstock especially those that have laid eggs, feed and broodstock water quality management, incubation (incubation) of broodstock and hatching crab eggs. (2) Management of water quality in order to obtain high crablet survival. (3) Prevention of pests and diseases, pests and diseases that often attack such as ectoparasites and fungi. The results of this PKM are an alternative solution in this activity by making the RUMÔH BIENG RENJONG system easier for fishermen to understand this concept. Make it as simple as possible, so that an increase in stocks in nature is obtained from the results of independent restocking by fishing communities in a sustainable manner which can later increase catches and increase fish stocks. the economy of coastal communities, especially crab fisheries business actors. Keywords: broodstock; crab; restockin

    STRUKTUR KOMUNITAS MAKROBENTOS KRUSTASEA DI VEGETASI MANGROVE KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG

    Get PDF
    Hutan mangrove mempunyai arti yang sangat penting bagi berbagai jenis biota (ikan, cacing, kepiting, udang, siput, kerang, dan biota lainnya) yang hidup di kawasan mangrove maupun di perairan sekitarnya (Hogarth, 2007). Menurut Saenger (2002), secara fisik, mangrove mampu berperan sebagai penahan abrasi, erosi, gelombang, angin kencang bagi wilayah daratan, pengendali intrusi air laut dan pembangun lahan melalui proses sedimentasi. Penelitian yang dilaksanakan pada Bulan Desember 2009 - November 2010 ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas makrobentos Krustasea di vegetasi mangrove KelurahanTugurejo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-eksploratif. Untuk penentuan titik lokasi penelitian menggunakan purpossive sampling dan pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode survei contoh (survey sampling methods). Krustasea yang ditemukan terdiri dari 21 jenis, 8 famili yang masuk kedalam 3 infraordo yaitu terdiri dari 14 jenis Brachyura, 4 jenis Macrura dan 3 jenis Anomura. Kelimpahan Krustasea di lokasi penelitian rata-rata berkisar 227-316 ind./100m² dan yang tertinggi sebesar 316 (ind./100m2) pada stasiun penelitian A (tepi sungai). Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) berkisar antara 2,46–3,16 sehingga termasuk dalam kategori sedang kecuali Stasiun D yang termasuk dalam kategori tinggi, sementara nilai Indeks Keseragaman (e) berkisar antara 0,82–0,86 dan masuk kategori tinggi. Indeks Dominansi (C) berkisar antara 0,14–0,23 dan secara umum menunjukkan tidak adanya dominasi jenis. Pola sebaran di lokasi penelitian menunjukkan pola sebaran yang mengelompok/clumped (52,38%), dan sisanya (47,61%) menunjukkan pola sebaran acak/random. Nilai Indeks Kesamaan Komunitas secara umum termasuk kategori rendah (28,57%), sedang (31,5-57,14%) dan kategori tinggi (69,57-88,89%)

    Analisis Kelayakan Budidaya Perikanan Air Payau Berdasarkan Analisis Kualitas Air Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir Alue Kumba, Kabupaten Aceh Timur

    Get PDF
    Wilayah Aceh Timur sebagian besar merupakan kawasan pesisir, dengan potensi perikanan air payau dan laut khususnya produksi perikanan budidaya adalah terbesar di Provinsi Aceh, oleh karena itu diperlukan pengelolaan secara tepat dan berkelanjutan dalam pengelolaan wilayah pesisir di kabupaten tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan budidaya ikan air payau berdasarkan analisis kualitas air di wilayah pesisir. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode analisis spasial Sistem Informasi Geografis (SIG), sampel parameter perairan dikumpulkan dari 5 titik sampling di perairan tambak. Kualitas air pada perairan tambak yang diukur meliputi 5 parameter yang sangat berpengaruh terhadap komoditas tambak, diantaranya : salinitas; pH; oksigen terlarut; kecerahan air dan kandungan nitrat. Data parameter kualitas air yang diukur pada lokasi penelitian dan kemudian dianalisis dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis dengan metode overlay untuk menghasilkan peta tambak dalam pengembangan budidaya air payau di pesisir Alue Kumba, Kecamatan Rantau Selamat, Kabupaten Aceh Timur. Hasil penelitian pemetaan tambak diwilayah pesisir Alue Kumba, Kabupaten Aceh Timur berdasarkan analisis kualitas air sebagai upaya pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan, maka berdasarkan hasil pengamatan dan analisis sampel kualitas air sebagaimana digambarkan dalam peta pada hasil penelitian diketahui bahwa dari hasil kajian tersebut pada pengambilan sampel kualitas didapatkan hasil kelayakan dalam usaha budidaya perikanan air payau di pesisir Alue Kumba, dalam hal ini memenuhi syarat sesuai standar baku mutu kualitas air dalam usaha budidaya perikanan air payau

    Kondisi Vegetasi Hutan Mangrove Kuala Langsa Kota Langsa, Aceh

    Get PDF
    Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi sampai ke Papua (Spalding et al., 2010). Mangrove adalah tumbuhan berkayu yang hidup diantara daratan dan lautan daerah pasang surut, kondisi tanah berlumpur dan salinitas tinggi di daerah tropis dan subtropis (Duke et al., 2007). Ekosistem Mangrove merupakan suatu ekosistem khas pada daerah pantai yang memiliki produktivitas tinggi dan berperan sebagai fungsi fisik, ekologis dan ekonomis. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui kondisi vegetasi hutan mangrove di Kuala Langsa, Kota Langsa. Metode pengambian sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara Purposive Sampling. Pengamatan terdiri atas 3 stasiun, pada tiap stasiun ditentukan 3 transek/plot. Transek dimulai dari arah laut menuju ke daratan dan tegak lurus garis pantai. Pengukuran dilakukan terhadap pohon (20mx20m), pancang (5m x5m), dan semai (2m x2m) yang meliputi inventarisasi jenis, jumlah individu, diameter dan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vegetasi di hutan mangrove Kuala Langsa didominasi jenis R.apiculata, baik pada tingkat semai, pancang dan pohon. Selanjutnya pada kawasan hutan magrove Kuala Langsa diperoleh 5 jenis mangrove sejati dan 2 jenis komponen mangrove ikutan
    corecore