14 research outputs found

    Effectiveness of Inorganic Fertilizer and Biofertilizer Application on Maize Yield and Fertilizer Use Efficiency on Inceptisol from West Java

    Get PDF
    The study about the effectiveness of inorganic fertilizer and bio-fertilizer application on maize yield and fertilizer use efficiency has been carried out in the greenhouse using Inceptisol from Dukuh Village, Cibungbulang District, Bogor Regency. Inorganic fertilizers used were Urea, SP36 and KCl, the biofertilizer used consisted of Azospirillum sp., Azotobacter sp., Bacillus sp., and Lactobacillus sp.. The study was arranged in a Randomized Block Design consisting of seven treatments and six replications. The treatments consisted of various dosages of inorganic fertilizers combined with bio-fertilizer, namely 1) Control (without fertilizer), 2) 100% recommended NPK level, 3) Biofertilizer, 4) 25% recommended NPK level+Biofertilizer, 5) 50% recommended NPK level+Biofertilizer, 6) 75% recommended NPK level + Biofertilizer, 7) 100% recommended NPK level + Biofertilizer. The results showed that the application of inorganic NPK ferttilizers and biofertilizer on maize cultivation on Inceptisol from Dukuh Village, Cibungbulang District, Bogor Regency resulted in an increase of maize yield compared to the recommended level of inorganic fertilizers (100% NPK). The treatment of NPK (50% recommended level)+Biofertilizer resulted in the highest biomass dry weight, yield of corn and value of RAE (Relative Agronomic Effectiveness). The shoot dry weight was 138.09 g pot-1, corn yield was 190.87 g pot-1, and RAE value was 113.44%. The optimum doses of NPK fertilizers were 200 kg Urea ha-1, 60 kg SP-36 ha-1 and 45 kg KCl ha-1 combined with 4 L ha-1 biofertilizer

    UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT SISWA KELAS VIIB SMP PGRI KASIHAN

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan subjek penelitian yaitu siswa kelas VIIB SMP PGRI Kasihan tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 25 siswa. Sedangkan objek penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus dimana setiap siklusnya dilaksanakan dalam 3 pertemuan. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa, angket aktivitas siswa, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah analisis data deskreptif kualitatif dan deskreptif kuntitatif. Berdasarkan hasil lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada siswa kelas VIIB SMP PGRI Kasihan dapat disimpulkan bahwa: (1) rata-rata aktivitas belajar siswa siklus I yaitu 65,8% (katagori sedang) meningkat menjadi 73,875% (katagori tinggi) pada siklus II; (2) Rata-rata nilai tes hasil belajar siswa adalah 44,67 pada pra tindakan, kemudian meningkat menjadi 73,2 pada siklus I, dan 77,76 pada siklus II; (3) Persentase skor tes hasil belajar matematika siswa juga mengalami peningkatan. Pada pra tindakan 0%, pada siklus I 52%, dan pada siklus II 76%

    Pengaruh Mikroba Konsorsia Azotobacter sp. dan Pseudomonas sp. Terhadap Hasil Caisim Pada Tanah Masam Ultisol Jasinga

    Get PDF
    Tingkat produktivitas lahan masam umumnya rendah, kendala yang dihadapi diantaranya pH rendah, keracunan Al, Mn atau Fe serta kekahatan unsur-unsur hara penting seperti N, P, Ca, dan atau Mg. Upaya untuk meningkatkan produktivitas dan kesuburan tanah masam telah dilakukan, diantaranya pemupukan, penggunaan bahan organik, dan pengapuran. Demikian pula upaya untuk mengatasi kesuburan tanah dengan menggunakan jasad renik telah banyak dilakukan, diantaranya dengan memanipulasi jasad renik dalam tanah dan proses metaboliknya untuk mengoptimumkan produktivitas pertanaman. Penggunaan pupuk mikroba dapat meningkatkan efisiensi pemupukan, karena dapat sebagai penyedia hara, penghasil hormon, dan zat anti patogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas mikroba Azotobacter sp. dan Pseudomonas sp. Pupuk hayati dengan formula mikroba Azotobacter sp. dan Pseudomonas sp. telah diuji keefektifannya pada tanaman caisim (Brassica sp.). Mikroba pada pupuk tersebut dapat menambat N, melarutkan P, dan memacu pertumbuhan tanaman. Pengujian efektivitas terhadap tanaman caisim dengan berbagai kombinasi tingkat pemupukan N (Urea), P (SP36), dan K (KCl) menunjukkan bahwa 1). Aplikasi konsorsia mikroba menunjukkan pengaruh yang sama terhadap NPK standar pada pertumbuhan tanaman caisim di tanah Ultisol Jasinga. 2). Relative Agronomy Effectiveness (RAE) konsorsia mikroba Azotobacter sp. dan Pseudomonas sp. sebesar 0.66% apabila tidak dikombinasikan dengan pupuk NPK, 3). Hasil caisim tertinggi dicapai pada perlakuan 3/4 NPK + AP yaitu sebesar 175 g/tanaman dengan nilai RAE sebesar 199,45%

    Pemberdayaan Sumber Daya Hayati Tanah Mendukung Pengembangan Pertanian Ramah Lingkungan

    Full text link
    Pemberdayaan sumber daya biotik maupun abiotik tanah dapatmeningkatkan efisiensi sistem produksi pertanian. Sumber dayabiotik tanah meliputi flora dan fauna tanah. Pengelolaan sumberdaya biotik tanah dengan mengurangi asupan dari luar dapatmencegah Perubahan ekosistem yang ekstrem. Dalam rangkamelestarikan sistem produksi yang mandiri dan ramah lingkungan,penetapan parameter lingkungan harus jelas dan terukur denganmemerhatikan produktivitas yang akan dicapai dan konservasisumber daya. Penggunaan lahan harus sesuai daya dukungnya,neraca hara seimbang, mencegah erosi tanah pada level di bawahtolerable soil loss, dan menekan emisi CO2 di bawah ambang batastoleransi. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara hayatisehingga mencegah cemaran polutan pada produk maupun hasilsamping di bawah ambang batas. Selain itu, pelaku daur ekosistemtanah lengkap (produsen, konsumen, dan pengurai) dan tidak terjadigangguan lingkungan. Populasi fauna tanah yang terancam akibatsistem pertanian intensif perlu dipulihkan dengan memberikanbahan organik sebagai sumber hara dan energi, sehingga dapatberperan dalam konservasi bahan organik tanah dan memperbaikisifat fisik tanah. Penggunaan pupuk anorganik, organik, dan hayatisecara terpadu, menghindari pestisida sintetis, dan adanya cacing tanahendogaesis merupakan indikator pertanian ramah lingkungan

    PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA HAYATI TANAH MENDUKUNG PENGEMBANGAN PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN

    Get PDF
    Pemberdayaan sumber daya biotik maupun abiotik tanah dapatmeningkatkan efisiensi sistem produksi pertanian. Sumber dayabiotik tanah meliputi flora dan fauna tanah. Pengelolaan sumberdaya biotik tanah dengan mengurangi asupan dari luar dapatmencegah perubahan ekosistem yang ekstrem. Dalam rangkamelestarikan sistem produksi yang mandiri dan ramah lingkungan,penetapan parameter lingkungan harus jelas dan terukur denganmemerhatikan produktivitas yang akan dicapai dan konservasisumber daya. Penggunaan lahan harus sesuai daya dukungnya,neraca hara seimbang, mencegah erosi tanah pada level di bawahtolerable soil loss, dan menekan emisi CO2 di bawah ambang batastoleransi. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara hayatisehingga mencegah cemaran polutan pada produk maupun hasilsamping di bawah ambang batas. Selain itu, pelaku daur ekosistemtanah lengkap (produsen, konsumen, dan pengurai) dan tidak terjadigangguan lingkungan. Populasi fauna tanah yang terancam akibatsistem pertanian intensif perlu dipulihkan dengan memberikanbahan organik sebagai sumber hara dan energi, sehingga dapatberperan dalam konservasi bahan organik tanah dan memperbaikisifat fisik tanah. Penggunaan pupuk anorganik, organik, dan hayatisecara terpadu, menghindari pestisida sintetis, dan adanya cacing tanahendogaesis merupakan indikator pertanian ramah lingkungan

    Teknik Aplikasi Pupuk Hayati Untuk Efisiensi Pemupukan Dan Peningkatan Produktivitas Lahan Sawah

    Get PDF
    Lahan pertanian merupakan salah satu sumberdaya alam yang penting untuk dipelihara, dilindungi, diperbaiki kualitas dan kapasitas produksinya. Keanekaragaman mikroba yang hidup di dalamnya secara berkesinambungan mentransformasi hara dari residu tanaman menjadi sumber hara N, P dan hara lainnya yang dapat digunakan oleh tanaman. Eksplorasi potensi fungsi mikroba penyubur tanah dan tanaman serta perombak bahan organik hingga diperolehnya mikroba terpilih telah dilakukan guna memperoleh pupuk mikroba yang cocok diberikan pada lahan sawah. Pupuk Hayati Mikroflora Tanah Multiguna (MTM) merupakan konsorsia mikroorganisme yang mampu meningkatkan ketersediaan hara dan kesehatan tanah. Penggunaan MTM pada lahan sawah di Pusakaratu, Subang mampu menunjang keberlanjutan produktivitas tanah. Mikroflora Tanah Multiguna (MTM) yang digunakan terdiri dari dekomposer MDec, biofertilizer BioNutrient (bentuk serbuk dan granul, dikombinasikan dengan Rhizobia Pemacu Tumbuh Tanaman (RPTT). Mdec yang diaplikasikan pada jerami hasil panen tanaman sebelumnya yang ditebar di permukaan lahan sawah dan telah diinkubasi 2 minggu. Pupuk hayati BioNutrient diaplikasikan sebelum tanam, dan RPTT setelah tanam (1MST, anakan, primordia). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok, tiga ulangan dengan sembilan perlakuan, yakni: 1) NPK, 2) NPK + Jerami sisa tanaman + MDec, 3) Perlakuan 2 + BioNutrient, 4) Perlakuan 2 + RPTT, 5) Pemupukan P (tanpa N dan K) + BioNutrient Serbuk, 6) Pemupukan P (tanpa N dan K) + RPTT, 7) Pemupukan P (tanpa N dan K) + BioNutrient Granul 50 kg/ha, 8) Jerami disemprot Mdec + Bio Nutrient + pupukkan dang Sapi, dan 9) Jerami disemprot Mdec + hasil fermentasi mikroorganisme lokal (MOL). Hasil gabah tertinggi dicapai pada perlakuan NPK + Jerami disemprot Mdec + BioNutrient yaitu sebesar 7,60 t/ha, meskipun tidak berbeda nyata dengan dosis rekomendasi NPK dan tanpa BioNutrient. Perlakuan pembenaman jerami yang disemprot MDec dan pencelupan bibit padi pada BioNutrient sesaat sebelum tanam memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil jerami dan hasil gabah dibanding hanya dengan pemupukan NPK saja, diikuti dengan kenaikan yang nyata pada kandungan N dan K tanah. Sedangkan pembenaman jerami dan pupuk kandang yang disemprot Mdec dan pencelupan bibit padi pada BioNutrient sesaat sebelum tanam memberikan pengaruh tertinggi pada kandungan N dan K. Pemberian kombinasi jerami dan pupuk kandang yang dikombinasikan dengan dekomposer MDec dan NPK sesuai kebutuhan plus biofertilizer BioNutrient dapat meningkatkan kandungan hara N, P, dan K tanah yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas lahan sawah. Pemupukan pada lahan sawah sayogyanya dilakukan secara terpadu antara pupuk hayati, organik, dan NPK

    Land Suitability Study in Ultisols for Soybean Based on Soil Fauna

    Get PDF
    Evaluation of land suitability for soybean by involving the presence and biodiversity of soil fauna has been conducted. The research was done on thecenter of soybean plantations in Ultisols soils in Banten, Lampung, and Lahat (south Sumatera) Provinces. The objective of research was to determine the interaction between soil fauna diversity in Ultisols soil and productivity of soybean. The research used a Survey Method. Every location was divided into three categories of vegetation performance, such as, less vegetation, average vegetation, and very fertile vegetation with two replicates. The chemical, physical, and biological properties of soils from every unit sampling were analyzed. The results showed that nutrient and chemical properties of soil which directly influenced the growth and production of soybean was P-potential, P-available, K-available, B (Boron), Ca and pH; the physical properties were pores drainage, pores rapid drainage, soil water content, and soil permeability. The presence of earthworm did not have direct effect to soybean, except as the 3th between variables, meaning that the presence of earthworms affected soil physical properties, soil physical properties affected nutrient availability, nutrient availability affected the biomass and yield of soybean

    Land Suitability Study in Ultisols for Soybean Based on Soil Fauna

    Get PDF
    Evaluation of land suitability for soybean by involving the presence and biodiversity of soil fauna has been conducted. The research was done on thecenter of soybean plantations in Ultisols soils in Banten, Lampung, and Lahat (south Sumatera) Provinces.  The objective of research was to determine the interaction between soil fauna  diversity in Ultisols soil and productivity of soybean. The research used a Survey Method.  Every location was divided into three categories of vegetation performance, such as, less vegetation, average vegetation, and very fertile vegetation with two replicates.  The chemical, physical, and biological properties of soils from every unit sampling were analyzed. The results showed that nutrient and chemical properties of soil which directly influenced the growth and production of soybean was P-potential, P-available, K-available, B (Boron), Ca and pH; the physical properties were pores drainage, pores rapid drainage, soil water content, and soil permeability. The presence of earthworm did not have direct effect to soybean, except as  the 3th between variables, meaning that the presence of earthworms affected soil physical properties, soil physical properties affected nutrient availability, nutrient availability affected the biomass and yield of soybean.Keywords: Earthworm, land suitability, soil fauna,  soybeans, Ultisol [How to Cite: Anwar EK, R Nurlaily, Sarmah and J Purwani. 2013. Land Suitability Study in Ultisols for Soybean Based on Soil Fauna. J Trop Soils 18 (3): 231-239. Doi: 10.5400/jts.2013.18.3.231][Permalink/DOI: www.dx.doi.org/10.5400/jts.2013.18.3.93]REFERENCESAlexander M. 1977. Introduction of Soil Microbiology. John Wiley and Sons, New York-Chichester-Brisbane-Toronto-Singapore, 467 p.Anwar EK.  2007. Pengaruh Inokulan Cacing Tanah dan Pemberian Bahan Organik terhadap Kesuburan dan Produktivitas Tanah Ultisols. J Trop Soils 12: 121-130 (in Indonesian).Anwar EK, RDM Simanungkalit, E Santoso and Sukristiyobubowo. 2010. Population density and distribution in wetland earthworm organic farming  systems, semi organic and conventional. Biota, J Biol Sci 15: 113-117.Ayuke FO,L Brussard, BVanlauwe, J Six, DK Lelei, CN Kibunja and MM Pulleman. 2011. Soil fertility management: Impacts on soil macrofauna, soil aggregation and soil organic matter allocation. Appl Soil Ecol 48: 53-62.Balai Penelitian Tanah.  2005.  Petunjuk Tekniks Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk.  Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.  Bogor, 136 p. (in Indonesian).Dayan A, 1979. Introduction Methods Statistik. Jilid I, LP3ES, Jakarta (in Indonesian).Djaenudin D, H Marwan, H Subagjo and A Hidayat. 2003. Technical Guidelines for Agricultural Land Evaluation. Research Institute for Soil, Puslitbangtanak, Agricultural Research Agency,  154p.Djaenudin D, H Marwan, H Subagyo, A Mulyani and N Suharta. 2003a. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Versi 3. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor (in Indonesian)Drapper N and H Smith 1976. Applied Regression Analysis, Second Edition. WileyIntersciencea division of John Wiley & Sons. Inc. 605 Third Avenue, New York N.10158Edwards CA and JR Lofty. 1977. Biology of Earthworms. A Boo Halsted Press, John Wiley & Sons, New York. 333 p.Giller KE, MH Beare, P Lavelle, AMB Izac and MJ Swift. 1997. Agricultural Intensification, Soil Biodiversity, and agroecosystem function. Appl Soil Ecol 6: 3-16.ICALRRD [Center for Agricultural Land Resources Research and Development]. 2006. Soil Physical Properties and Methods of analysis. Agency for Agricultural Research and Development Department of Agriculture. 282p.ICALRRD [Center for Agricultural Land Resources Research and Development].  2007. Soil Biology Analysi Methods. Agency for Agricultural Research and Development Department of Agriculture. Kilowasid MLH, TS Syamsudin, FX Susilo and E Sulistyawati. 2012. Ecological Diversity of Soil Fauna as Ecosystem Engineers in Small-Holder Cocoa Plantation in South Konawe. J Trop Soils 17: 173-180.Lal R. 1995. Sustainable Management of Soil Resources in the humic Tropics. United Nations University Press, Tokio-New York-Paris, pp. 25-29.Rao S. 1994. Soil microorganisms and plant growth. Publisher University of Indonesia, 354 p.Soil Survey Staff. 1998. Keys to Soil Taxonomy. 8th Edition. USDA Natural Resources Conservation Service. Washington DCSubowo G,  I Anas, G Djajakirana, A Abdurachman and S Hardjowigeno. 2002. Pemanfaatan cacing tanah untuk meningkatkan produktivitas Ultisols lahan kering. J Tanah Iklim 20: 35-46 (in Indonesian).Subowo G. 2010. Peranan biologi tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan pertanian kawasan mega diversity tropika basah. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. J Sumberdaya Lahan 4: 93-102 (in Indonesian).Subowo G. 2011. Penambangan Sistem Terbuka Ramah Lingkungan dan Upaya Reklamasi Pasca Tambang untuk Memperbaiki Kualitas Sumberdaya Lahan dan Hayati Tanah. J Sumberdaya Lahan 5: 83-94 (in Indonesian).Zangarle A,  A Pando and P Lavelle. 2011. Do earthworms and roots cooperate to build soil macroaggregates? Geoderma 167-168: 303 -309

    Prospek Dan Tantangan Pengembangan Biofertilizer Untuk Perbaikan Kesuburan Tanah

    Full text link
    . As mega-biodiversity country, Indonesia should empower soil biological resources to improve soil tillage efficiency and sustainable crop production. The empowerment can be done by the enrichment of the soil with species and population of soil organisms through the application of biofertilizer in the form of a single organism or consortia. In line wih the heterogeneity of agricultural land, the development of biofertilizer production should be done taking into account the presence of specific functional native organisms that have been exist in the field. The selection of consortia biofertilizer formulation is the functional types of organisms that have a high compatibility and kinds of carriers that is able to maintain its functional value. In addition to having the ability to increase the availability of N, P and K, the functional microbes should have the ability to provide essential micronutrients to support of quantity and quality production. Challenges in biofertilizer application are the determination of criteria for C-organic content, nitrogenase and soil phosphatase enzymes. This determination needs to be made as a reference to the making of “soil biotest kit" so that it is effective and valuable in the implementation
    corecore