28 research outputs found
PENGAMBILAN GALAKTOMANAN DARI BUAH NIPAH DENGAN METODE EKSTRAKSI
AbstrakNipah (Nypa fruticans W) merupakan tumbuhan dari suku palma (Arecaceae) yang tumbuh dikawasan hutan mangrove. Pemanfaatan nipah di Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan khususnya buah nipah. Daging buah nipah mengandung galaktomanan yang merupakan polisakarida dengan rantai penyusun manosa dan galaktosa. Galaktomanan banyak digunakan pada berbagai industri makanan dan obat – obatan. Selain itu galaktomanan memiliki sifat antioksidan dan antimikroba untuk pelapisan bahan makanan Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari kondisi optimum rasio jumlah bahan pengendap dengan bahan baku serbuk nipah (35:1; 30:1; 25:1; 20:1) dan waktu ekstraksi (2 jam dan 3 jam) terhadap yield galaktomanan. Variabel tetap yang digunakan adalah jenis agen pengendap (metanol), konsentrasi pengendap (95%), rasio pelarut dengan jumlah serbuk nipah, suhu ekstraksi (50OC), dan kecepatan pengadukan. Prosedur kerja dilakukan dengan menghancurkan buah nipah menggunakan blender kemudian dijemur hingga kering dan dihaluskan. Serbuk nipah selanjutnya diekstraksi menggunakan air pada suhu 50OC dengan variabel waktu tertentu. Larutan hasil ekstrasi selanjutnya disaring dan ditambahkan metanol untuk memisahkan galaktomanan dengan air kemudian hasil dikeringkan. Hasil ekstraksi ini kemudian diuji FTIR dimana menunjukkan adanya karakteristik ikatan eter ( CH2 -O- CH2) yang muncul pada 875,04 cm1. Dari gugus yang terindentifikasi dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil isolasi merupakan senyawa galaktomanan. Pengujian analisa luff shocrll menunjukan adanya endapan merah yang berarti memiliki kandungan galaktomanan. Uji statistik menunjukkan bahwa kombinasi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap yield yang dihasilkan. Hasil kombinasi perlakuan terbaik didapatkan pada rasio agen pengendap : serbuk buah Nipah 20 :1  dan waktu pencampuran 2 jam, hasil yield tertinggi yaitu sebesar 31,25%.
PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN SUHU TERHADAP KARAKTERISTIK CARBOXY METHYL CELLULOSE DARI SABUT KELAPA MUDA
Melimpahnya produksi kelapa di Indoonesia berpotensi menghasilkan limbah sabut kelapa yang dapat berdampak pada pencemaran lingkungan. Sabut kelapa yang memiliki kandungan selulose 43,44% dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku carboxy methyl cellulose (CMC). CMC dapat dibuat dari sellulose melalui reaksi alkalisasi dan eterifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi NaOH (15, 20, 25, 30 dan 35%) dan suhu reaksi (45 dan 550C) terhadap karakteristik CMC yang meliputi kelarutan, viskositas, pH dan derajat substitusi (DS). Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi NaOH dan suhu reaksi berpengaruh terhadap kelarutan, viskositas dan derajat substitusi, namum tidak berpengaruh terhadap pH. Hasil terbaik diperoleh pada perlakuan kadar NaOH 35% dan suhu reaksi 550C.Kata Kunci : sabut kelapa, alkalisasi, eterifikasi, CMC
ETANOLISIS MINYAK SAWIT DENGAN KATALISATOR KALIUM HIDROKSID DAN PENAMBAHAN UREA DALAM SEBUAH REAKTOR ALIR TANGKI BERPENGADUK DITINJAU DARI SEGI KINETIKA = Kinetics of Ethanolysis of Palm Oil Using Potassium Hydroxide ...
ABSTRACT
Several research works have been done to increase the conversion of ethanolysis of fatty oil by displacing the equilibrium to the right. However, some more improvements might be required. In this study, urea was added to the reaction mixture to bind the glycerol formed, so that the reversible reaction could be shifted to the right.
Ethanolysis of palm oil was initiated with heating the palm oil in the reactor. At the same time, ethanol containing a certain amount of potassium hydroxide was heated in another vessel. As soon as the desired reaction temperature was reached, the two reactants and urea were mixed quickly in the reactor. Afterwards, the palm oil, urea, and the ethanol containing potassium hydroxide were introduced into the reactor continuously and the product flowed out of the reactor through an overflow system. The glycerol contents of the products were determined with a refractometer, and then with Gas Chromathograpy.
The experimental data showed that the rate of ethanolysis of palm oil was controlled by chemical reaction. The heterogeneous reaction model was more suitable to describe the kinetic of the reaction. The addition of urea to the reaction mixture increased the conversion 17 % compared to that without urea. The highest conversion (82,05%) was reached at temperature of 348 K, stirring speed of 800 rpm, the addition of 1 % potassium hydroxide, and 5 % urea. The property of ester produced approached the specification of diesel oil except for its viscosity.
Keyword : Ethanolysis, palm oil, kinetics of ethanolysis, urea, continuous
PENGARUH PENAMBAHAN BEESWAX DAN GLISEROL TERHADAP KARAKTERISTIK POLIBLEND GLUKOMANAN – POLIVINIL ALKOHOL (PVA)
Poliblend glukomanan–PVA dengan penambahan beeswax dan gliserol berpotensi menjadi alternatif bahan pengemas biodegradable. Pada penelitian ini, gliserol dan beeswax ditambahkan pada poliblend glukomanan–PVA rasio 1:2, diikuti pemanasan suhu 80oC selama 30 menit.. Tujuan dari penambahan beeswax dan gliserol adalah untuk memperbaiki karakteristik poliblend yang dihasilkan. Oleh karena itu, pada penelitian ini dipelajari pengaruh penambahan beeswax (0g;0.03g;0.06g;0.09g;0.12g) dan gliserol (5ml,10 ml,15ml) terhadap karakteristik film kemasan meliputi ketebalan, kuat tarik, kemuluran, laju transmisi uap air, presentase kelarutan dalam air dan morfologi. Dari hasil penelitian diperoleh ketebalan film kemasan terbaik pada penambahan beeswax 0.12 gram dan gliserol 15 ml. untuk hasil uji kuat tarik dan persen elongasi terbaik pada penambahan beeswax 0.06 gram dan gliserol 5ml. Pada uji permeabilitas uap air hasil terbaik diperoleh pada penambahan beeswax 0,12 gram dan gliserol 5ml, untuk hasil presentase kelarutan dalam air terbaik diperoleh pada penambahan beeswax 0.12 gram dan 5 ml gliserol.
Kata kunci : Film kemasan, beeswax, gliserol, poliblend, glukomanan, PV
Pembuatan Kertas Seni dari Eceng Gondok di Kwt Sekar Melati dan I Boni
Kecamatan Banyubiru merupukan Kecamatan yang terletak dekat dengan Danau Rawa Pening dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan yang lain. Di Kecamatan Banyubiru ada beberapa Kelompok Tani Wanita, dua di antaranya adalah KWT "Sekar Melati" dan "I" Boni. KWT "Sekar Melati" yang terletak di Dusun Sukondono, Desa Kebumen dan KWT "I" Boni terletak di Dusun Desa Rowokasum, Rowoboni. Kegiatan kedua kelompok tani wanita tersebut masih terbatas sebagai pencari eceng air, pengering eceng gondok, kolektor, dan pengayam eceng (produk setengah jadi untuk kerajinan) dan belum mampu mengolah eceng gondok menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi sehingga pendapatan anggota KWT masih rendah. Dalam program IbM ini dilakukan beberapa kegiatan: (1) persiapan peralatan, (2) proses konseling pembuatan kertas dari enceng gondok, (3) Workshop Enterpreneurshi, (4) pembuatan kertas pelatihan, dan 5) monitoring
REGENERASI MINYAK JELANTAH SECARA ADSORBSI MENGGUNAKAN AMPAS PATI AREN DAN BENTONIT PADA BERBAGAI VARIASI ADSORBEN
Kerusakan senyawa-senyawa esensial dalam minyak goreng akibat pemakaian secara berulang pada suhu tinggi  dapat mempengaruhi mutu dan nilai gizi makanan yang digoreng dandapat memicu berbagai macam penyakit. Untuk mereduksi resiko kesehatan karena penggunaanminyak jelantah perlu dilakukan regenerasi minyak goreng bekas untuk meningkatkankualitasnya. Pada penelitian ini telah dipelajari kemampuan bioadsorben ampas pati aren (APA)dan bentonit (B) untuk meregenerasi minyak jelantah pada berbagai rasio APA:B = 4:0, 3:1,1:1, 1:3, 0:4. Regenerasi minyak dilakukan dengan mengkontakkkan minyak jelantah dancampuran bioadsorben pada suhu 100°C selama 20 menit. Selanjutnya minyak disaring dandiamati perubahan bilangan asam (BA), bilangan peroksida (PV), dan kejernihan warnanya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan BA dan PV terbesar dihasilkan pada rasio APA: B = 1 : 1, masing-masing dengan persentase penurunan sebesar 30,89 % dan 71,83%,sedangkan penurunan warna terbesar diperoleh pada rasio APA : B = 0 : 4 dengan persentasepenurunan sebesar 25,38 %.Kata kunci : ampas pati aren, bentonit, minyak jelantah, regeneras
KAJIAN KETAHANAN BIOPLASTIK PATI JAGUNG DENGAN VARIASI BERAT DAN SUHU PELARUTAN POLIVINIL ALKOHOL
AbstrakBioplastik merupakan teknologi kemasan yang terus dikembangkan untuk mengganti plastik sintesis yang bersifat non – biodegradable. Polivinil alkohol (PVA) adalah salah satu bahan baku yang biasa digunakan dalam pembuatan bioplastik, sebab PVA memiliki sifat dapat membentuk film yang baik, tidak beracun, biodegradable, dan biokompatibel. Akan tetapi PVA memiliki kelemahan bersifat hidrofilik sehingga ketahanan terhadap air rendah. Oleh karena itu pada penelitian ini dikaji penggunaan PVA dalam pembuatan bioplastik pati jagung terhadap ketahanan air, biodegradasi serta morfologi bioplastik pati jagung. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan variabel berat PVA yang ditambahkan (0; 1; 1,5; 2; 2,5; 3 gram) dan suhu pelarutan PVA (60oC; 70oC; 80oC). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah penambahan PVA dan suhu pelarutan PVA mempengaruhi ketahanan bioplastik. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh ketahanan air terbaik yaitu 50% pada penambahan 2 gram PVA dan suhu pelarutan 70oC, biodegradasi terbaik selama 5 hari pada penambahan ≤2 gram PVA dengan suhu pelarutan 70oC dan morfologi terbaik pada penambahan ≥ 2,5 gram PVA dengan suhu pelarutan 70oC . Sehingga dari penelitian ini dapat disarankan untuk penggunaan PVA dalam pembuatan bioplastik yang memiliki kandungan amilopektin tinggi maksimal 2 gram dengan suhu pelarutan 70oCKata kunci : Biodegradasi; Bioplastik; Ketahanan air; Pati jagung; Polivinil alkoho
Produksi Poli Asam Laktat Dari Limbah Ampas Pati Aren
Poli asam laktat (PLA) yang dibuat pada penelitian ini menggunakan asam laktat dari bahan baku limbah ampas pati aren. Polimerisasi asam laktat menjadi poli asam laktat (PLA) dilakukan dengan metode ring opening polymerizaton pada suhu 170â—‹C dan tekanan 152 mmHg. Variabel pada proses polimerisasi adalah katalis Sn (II) Oct sebanyak 3%, 4%, 5% dan waktu reaksi 45 menit, 60 menit, 90 menit. Kristal PLA diperoleh dengan diendapkan menggunakan metanol dan selanjutnya dilakukan analisis termal dan yield. PLA hasil penelitian memiliki karakteristik termal (melting temperature dan glass transition temperature) tertinggi diperoleh pada katalis Sn (II) Oct 5% dan waktu reaksi 90 menit, berturut-turut yaitu 149â—¦C dan 61â—¦C. Jumlah poli asam laktat terbanyak diperoleh dari perlakuan penambahan katalis 5% dan waktu polimerisasi 90 menit, yaitu dengan yield 26,77%
Rekayasa Proses Produksi Asam Laktat Dari Limbah Ampas Pati Aren Sebagai Bahan Baku Poli Asam Laktat
Proses pembuatan asam laktat dari limbah ampas pati aren diawali dengan perlakuan pendahuluan hingga diperoleh serbuk ampas pati aren. Proses selanjutnya adalah hidrolisis selama 54 jam dengan penambahan mikrobia selulotik dari ekstrak rayap sebanyak 40%. Hasil hidrolisis adalah glukosa dengan kadar gula reduksi sebesar 31,99%. Fermentasi glukosa menjadi asam laktat dilakukan pada suhu 30oC dengan penambahan Lactobacillus casei sebanyak 10%, 20%, 30% dan waktu inkubasi 10 jam, 12 jam, 14 jam, 16 jam, 18 jam, 20 jam. Berdasarkan uji statistik analisis varian disimpulkan bahwa ada beda sangat nyata antar perlakuan kombinasi jumlah Lactobacillus casei dan waktu fermentasi. Kadar asam laktat tertinggi diperoleh pada penambahan Lactobacillus casei sebanyak 30% dan waktu fermentasi 20 jam, yaitu sebesar 0,91 g/L