79 research outputs found
Upaya Meningkatkan Perancangan Pembelajaran Di Sekolah Dasar denganImplementasi Model Perkuliahan Cooperatif Learning
Education serves to develop skills and form the character and civilization of the nation's dignity in the framework of the nation's intellectual life (UU no. 20 in 2003). While the purpose of education according to UU No. 20 in 2003 for the development of potential learners in order to become a man faithful and devoted to God Almighty, noble, healthy, knowledgeable, capable, creative, independent, and become democratic citizens and accountable.Elementary school teachers have a status as a classroom teacher. Classroom teacher will teach a range of subjects. Because a variety of lesson, teachers will prepare to teach a variety of forms decidedly. Learning math is not the same as learning science, social studies, or the Indonesian language. This has prompted researchers to conduct this discussion.Based on the background, the formulation of the problem in this study are (1) How PGSD lectures in according tothe students? (2) How the students design learning in primary schools by implementing cooperative learning?This research use an approach of Research and Development (R & D) described by Borg and Gall (2003: 571) to adapt.Research will be conducted over four months. Place-making research data in S1 Studies Teacher Education Program Elementary School (PGSD) IKIP PGRI Semarang Jalan Lontar No.1, Semarang. Locations were chosen on PGSD because the students will become elementary school teachers. So, this is a precise object as a field of research.Efforts to improve the skill of making lesson plans on four semesters to regular students is to practice making lesson plans. freshman make 50% correct learning porpose for the work of RPP I. This data was obtained from a sample of 10% students of class 4A, 4C, 4D, 4E, and 4F. The result of RPP II data analysis which has satisfied increase is the model selection but it still need a special attention for the learning porpose formulation. Development of indicators with C1, 2, 3, Affective and Psychomotor also not satisfactory. Making questions with three question types is good, making LKS is good enough.Based on that data it can be concluded that the manufacture of RPP can increase due to implementation of the model learning. However, this research is still necessary advice for the perfect RPP creation for Students PGSD. The suggestions can be submitted are (1) Expand the indicators pulled exercise with multiple domains (2) formulate goals with the right condition. (3) Improving the writing worksheets that conditionate the process of finding something on the students
ANALISIS KESULITAN GURU DALAM INTERNALISASI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PROGRAM BELAJAR DARI RUMAH: STUDI KASUS DI SDN 3 KLALING KUDUS
Kesulitan guru dalam internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter pada program belajar dari rumah. Latar belakang yang mendorong penelitian ini adalah sistem pembelajaran baru pada program belajar dari rumah yang diberlakukan saat adanya kondisi Covid-19, terkait dengan internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter. Focus penelitian ini adalah kesulitan guru SDN 3 Klaling Kudus dalam internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan subjek guru kelas III, IV, V, dan kepala sekolah serta siswa SDN 3 Klaling Kudus. Data yang diperoleh menggunakan angket, wawancara, dan dokumentasi. Hasil analisis dari data yang dideskripsikan yaitu pola kesulitan guru dalam internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter pada program belajar dari rumah. Kecedrungan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran jarak jauh (online) salah satu kesulitannya penyampaian materi yang terkait dengan adanya nilai karakter karena guru tidak tatap muka secara langsung. Dapat disimpulkan bahwa guru belum sepenuhnya menginternalisasikan nilia-nilai pendidikan karakter pada program belajar dari rumah arena kesulitan atau keterbatasan guru dalam penyempaian materi nilai karakter saat proses kegiatan pembelajaran. Pola atau gambaran kesulitan guru dalam internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter di SDN 3 Klaling Kudus, antara lain: a) mata pelajaran, b) bahan ajar, c) seleksi dan keterkaitan dengan aspek nilai karakter, d) internalisasi nilai pendidikan karakter pada proses BDR dan penugasan, e) sikap yang tampak dalam internalisasi nilai pendidikan karakter, f) kesulitan guru dalam internalisasi nilai pendidikan karakter, g) kesulitan internalisasi nilai pendidikan karakter di SDN 3 Klaling Kudus, h) faktor kesulitan internalisasi. Saran yang dapat disampaikan peneliti adalah terkait dengan bagaimana guru mengelolah pelaksanaan pembelajaran, termasuk penugasan dengan mengaitkan peristiwa sekitar secara langsung dan dalam kegiatan pembelajaran guru perlu mengembangkan media pembelajaran yang aktif dan interaktif yang tidak lai sebagai objek dalam internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter siswa
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPS TERPADU BERBASIS LINGKUNGAN SEKITAR
SARI?é?áIt must be recognized that the subjects belonging to the education of Social Sciences (IPS) in Indonesia have not recognice from the public. There are some indications to justify this statement. First, the national exam originally did not include exams that must be tested. Second, parents are more proud if his son has high score in mathematic, despite he has low score of sosial studies.. Third, social study learning did less seriously or carelessly. Less respect for social studies in schools is determined by several factors. First, the myth that believe only those who pursue science lesson was the one who will be successful in life. Although in fact they are not. Second, the sosial studies material that is too big has less relevance to the real world of students. Third, unprofessional social studies teacher also determines the student disinterest. ?é?áApart from that problem, social studies education has a strategic significance to increase student?óÔé¼Ôäós personality so that they can become a good members of the public. It must be received that social studies is needed to give the students a balance of thinking, so that the right brain and left brain can function optimally so that it can succeed in the midst of modern society that has full of change. The question is whether today's social studies education has been able to those function? If it?óÔé¼Ôäós not, so how the strategy to restore the function of learning social studies in order to have benefits for students, especially elementary school and the community? Keywords: sosial sudies Integrated Learning, Environmen
REKONSTRUKSIONISME-FUTURISTIK DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua manusia. Karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia. Sebagai upaya pencapaian tujuan pokok, rekonstruksionisme berupaya mencari kesepakatan antar sesama manusia agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya. Maka proses dan lembaga pendidikan dalam pandangan rekonstruksionisme perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru. Maka diperlukanlah kerja sama antar umat manusia. Ilmu-ilmu sosial, seperti antropologi, ekonomi, sosiologi, sains politik, dan psikologi merupakan landasan kurikuler yang amat membantu kalangan rekonstruksionis untuk mengidentifikasi lingkup persoalan utama kontroversi, konflik, dan inkonsistensi. Peran pendidikan adalah mengungkapkan lingkup persoalan budaya manusia dan membangun kesepakatan seluas mungkin tentang tujuan-tujuan pokok yang akan menata umat manusia dalam tatanan budaya dunia. Teori belajar rekontstruksi merupakan teori-teori yang menyatakan bahwa peserta didik itu sendiri yang harus secara pribadi menemukan dan menerapkan informasi kompleks, mengecek informasi baru dibandingkan dengan aturan lama dan memperbaiki aturan itu apabila tidak sesuai lagi. Kemudian mengenai dimensi-dimensi pembelajaran, rekonstruksionisme yang integratif dengan pandangan?é?á futurisme diartikan dengan memadukan antara pembelajaran rekonstruksionisme dengan pandangan futurisme yang bertujuan membantu menyiapkan warga dalam hal ini generasi muda untuk merespon perubahan dan membuat pilihan-pilihan cerdas mengingat umat manusia bergerak ke masa depan yang memiliki lebih dari satu konfigurasi. Sehingga filsafat rekonstruksionisme-futuristik bertujuan mengembangkan masa depan yang lebih menyenangkan melalui pendidikan. Kata Kunci: rekonstruksionisme, futurisme, pendidika
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS SITUS SEJARAH LOKAL DI SMA NEGERI KABUPATEN TEMANGGUNG
Teaching Learning model is the basis for learning practices that are designed based on the analysis of the implementation of the curriculum and its implications at the operational level in the classroom. There is a conceptual framework that describes a systematic procedure of organizing learning experiences to achieve the learning objectives. History study is a combination of learning and teaching activities that studying past events which closely related to the present. It is expected that the use of historical sources including local historical sites in the study of history, can improve the quality of students learning process which can be seen from the motivation and learning achievement. Based on the results of this study, it can be concluded that (1) The Development of Teaching learning model of history study based on local history sites can improve the quality of learning (2) local historical sites can be used as one of the effective teaching materials.  Key words: learning history, historical sites, high school  Model Belajar Mengajar adalah dasar dalam praksis pembelajaran yang dirancang berdasarkan analisis pelaksanaan kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Ada kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis mengorganisir pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Mempelajari sejarah adalah kombinasi dari belajar dan mengajar kegiatan yang mempelajari peristiwa masa lalu yang berkaitan erat dengan saat ini. Diharapkan bahwa penggunaan sumber-sumber sejarah termasuk situs sejarah lokal dalam studi sejarah, dapat meningkatkan kualitas proses belajar siswa yang dapat dilihat dari motivasi dan prestasi belajar. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa (1) Pengembangan model pembelajaran studi Pengajaran sejarah berdasarkan situs sejarah lokal dapat meningkatkan kualitas pembelajaran (2) situs sejarah lokal dapat digunakan sebagai salah satu bahan ajar yang efektif. Kata kunci: belajar sejarah, situs sejarah, SMA  </p
Mempertahankan Integritas Bangsa Indonesia Melalui Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural sebagai proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah masyarakat plural. Dengan pendidikan multikultural, diharapkan adanya kekenyalan dan kelenturan mental bangsa menghadapi benturan konflik sosial, sehingga persatuan bangsa tidak mudah retak. Multkulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengagungkan perbedaan budaya, atau sebuah keyakinan yang mengakui dan mendorong terwujudnya pluralisme budaya sebagai suatu corak kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat menjadi pengikat dan jembatan yang mengakomodasi perbedaan-perbedaan termasuk perbedaan kesukubangsaan dan suku bangsa dalam masyarakat multikultural. Dalam konteks Indonesia, yang dikenal dengan muatan yang sarat kemajemukan, maka pendidikan multikultural menjadi sangat strategis untuk dapat mengelola kemajemukan secara kreatif, sehingga konflik yang muncul sebagai dampak dari transformasi dan reformasi sosial dapat dikelola secara cerdas dan menjadi bagian dari pencerahan kehidupan bangsa ke depan
KEEFEKTIFAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING BERBANTU PENDEKATAN SCIENCE, TECHNOLOGY, ENGINEERING, ART, MATHEMATICS DALAM PENANAMAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK USIA DINI
Anak usia dini harus diupayakan memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang baik dimasa mendatang. Guru TK hendaklah mampu meningkatkan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak salah satunya adalah dalam berbahasa. Realitas di lapangan menunjukkan bahwa masih ada anak yang mengalami kesulitan perkembangan Bahasa. Adanya kenyataan tersebut, maka diperlukan suatu strategi belajar yang baru. STEAM adalah metode yang menekankan pada pembelajaran aktif dan mampu merangsang anak-anak untuk memecahkan masalah. Anak dilatih untuk fokus pada solusi, membangun logika dan sistematis cara berpikir dan meningkatkan pemikiran kritis mereka. Experiential Learning adalah suatu model ini,pembelajaran dimana siswa tidak hanya belajar tentang konsep materi belaka, hal ini dikarenakan siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran untuk dijadikan sebagai suatu pengalaman. Sehingga akan memudahakan anak untuk bisa mendeskripsikan apa yang telah mereka pelajari secara nyata. Karena hal itulah peneliti tertarik untuk meneliti apakah metode eksperential learning berbantu STEAM efektif dalam meningkatkan bahasa ekspresif anak usia dini di TK Merpati Menjangan Kecamatan Subah Kabupaten Batang pada semester 1 Tahun Ajaran 2020/2021. Data diperoleh dari siswa kelompok A yang berjumlah 20 anak dan 1 orang Guru.Data kemudian dianalisis dengan SPPS versi 19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode eksperential leraning terbukti efektif dalam meningkat kan kemampuan bahasa ekspresif anak.Kata Kunci: Eksperential Learning, STEAM, Bahasa Ekspresif, Anak Usia Din
Analisis Kesiapan Guru dalam Menghadapi Asesmen Kompetensi Minimum (Studi Kasus di SD Negeri Gemah Satuan Pendidikan Kecamatan Pedurungan Kota Semarang)
The dynamics of the development of national education in the Republic of Indonesia always experiences policy changes. Indonesia has at least experienced more than ten changes in curriculum development since the beginning of independence The National Assessment as a substitute for the National Exam has the aim of producing information about students, then the student information is used by educators to improve the quality of teaching and learning activities. This study used a descriptive qualitative approach, collecting data using interviews, observation and documentation. The primary data source was interviews with teacher informants and the secondary sources were observation and documentation. Based on the results of the study, namely: 6 (six) of the teachers at SDN Gemah, 4 (four teachers) were ready to face AKM. This can be seen from: Knowledge about AKM, Ability to identify AKM questions, teacher's understanding of the IKM concept; Activeness in education and training, making strategies and learning methods for the independent curriculum and supporting learning media, implementing AKM materials for students. Meanwhile, 2 (two) teachers were not ready to face AKM. This can be seen from: Lack of knowledge about AKM, Lack of ability to identify AKM questions, Lack of teacher understanding of the AKM concept; There is no initiative to take part in AKM training and training, less able to make independent curriculum learning strategies and methods, lack of mastery of using IT, unable to make learning media for independent curriculum and unable to implement AKM material to students
HABITUASI MEMBACAKAN BUKU CERITA UNTUK KEAKSARAAN AWAL ANAK USIA DINI
TK Muslimat NU Masyithoh 04 Kergon Kota Pekalongan yang merupakan lembaga PAUD di Kota Pekalongan yang mempunyai Program kegiatan membacakan buku cerita untuk anak sebagai gerakan keaksaraan awal. Pembelajaran pembiasaan membacakan buku cerita untuk anak sudah diprogramkan dan dilaksanakan oleh guru dan orang tua sejak tahun 2016, namun untuk yang membacakan buku cerita oleh orang tua belum maksimal dan belum dilaksanakan secara rutin karena kesibukan orang tua, membacakan buku cerita anak dikembalikan lagi kepada sekolah. Program pembiasaan ini dilaksanakan setiap pagi yang dilakukan oleh masing-masing guru kelas, tetapi pembiasaan membacakan buku cerita belum berjalan secara optimal karena hanya 1 minggu sekali, pendidik kurang dalam menekuni dalam pembiasaan membacakan buku cerita untuk anak. Maraknya teknologi dan pembelajaran daring sehingga anak sering menggunakan handpone, dan menonton televisi yang ada media gambar bergerak dengan bermacam warna. Salah satu upaya yang dilakukan oleh TK Muslimat NU Masyithoh 04 Kergon adalah dengan kegiatan habituasi atau pembiasan membacakan buku cerita untuk keaksaraan awal pada anak usia dini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis habituasi membacakan buku cerita untuk keaksaraan awal anak usia dini. Tempat Penelitian adalah di TK Muslimat NU Masyithoh 04 Kergon Jalan Sulawesi Gg 3 No. 15 Kelurahan Bendan Kergon Kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan. Waktu pelaksanaan penelitian adalah bulan April – Juni 2022. Subyek yaitu pendidik yang berjumlah 5 dan 1 kepala sekolah. Penelitian ini yang diteliti adalah aktivitas guru dalam habituasi membacakan buku cerita untuk keaksaraan awal anak usia dini bagaimana. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologsi yaitu melihat fenomena yang terjadi dan tindakan apa yang dilakukan untuk kegiatan tersebut. Teknik pengumpulan data mengumpulkan data adalah dengan menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Habituasi membacakan buku cerita dari pendidik kepada anak didiknya dalam penelitian ini dilakukan secara rutin setiap hari pada pagi hari sebelum pembelajaran inti dengan durasi kurang lebih 30-45 menit. Terdapat pojok-pojok baca di setiap ruangan kelas. Adanya program sedekah buku setiap 1 bulan sekali dari wali murid. Habituasi membacakan buku cerita menambah ketertarikan dan minat baca akan buku sehingga untuk mengenalkan keaksaraan awal anak usia dini disamping itu juga bisa mengembangkan aspek perkembangan bahasa anak dengan baik. Kosa kata anak bertambah, pengenalan literasi dan kegiatan membaca dari kebiasaan yang distimulus oleh pendidik menjadikan keterampilan anak bertambah
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN MEDIA WAYANG KARTUN PADA SISWA KELAS III SD NEGERI SAMBAN 01 KABUPATEN SEMARANG
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya keterampilan bercerita siswa dan rendahnya proses pembelajaran bercerita. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan bercerita siswa dengan menggunakan media wayang kartun. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas III SD Negeri Samban 01 Kabupaten Semarang, berjumlah 29 siswa yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes, observasi, dan angket. Penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus. Prosedur penelitian tiap siklus terdiri dari empat tahap yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media wayang kartun mampu meningkatkan proses pembelajaran bercerita yang ditunjukkan dengan meningkatnya keaktifan siswa melakukan tanya-jawab, siswa memperhatikan penjelasan guru, siswa antusias dalam kegiatan bercerita, dan siswa berani bercerita di depan kelas. Skor rata-rata yang diperoleh pada siklus I sebesar 13,04 dan pada siklus II meingkat menjadi 17,03. Penggunaan media wayang kartun juga mampu meningkatkan keterampilan bercerita siswa yang ditunjukkan dengan meningkatnya aspek-aspek keterampilan bercerita yaitu pelafalan, pilihan kata, kelancaran, gaya/ ekpresi, penghayatan, dan penguasaan cerita. Pada siklus I keterampilan bercerita siswa memperoleh skor rata-rata 19,09, dan pada siklus II meningkat menjadi 25,15. Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan media wayang kartun mampu meningkatkan keterampilan bercerita pada siswa kelas III SD Negeri Samban 01 Kabupaten Semarang. Saran yang dapat disampaikan peneliti adalah supaya media wayang kartun dapat digunakan sebagai salah satu media alternatif guru dalam meningkatkan keterampilan bercerita siswa.Kata Kunci: Keterampilan bercerita, media wayang kartun, Bahasa IndonesiaÂ
- …