21 research outputs found
Ice Cream Cup Production Using Purple Sweet Potato (Ipomoea batatas L. Poir) as a Substitute Ingredient
AbstractThis study aimed to define the proportion of purple sweet potato addition as a substitute ingredients of the ice cream edible cup and to reduce its baking time. This study was designed using Central Composite Design (response surface method) with 2 factors, i.e. the proportions of purple sweet potato powder and the baking time with water content, cup resistance, and fracturability as the responses. The main component of purple sweet potato ice cream cup is starch and cellulose as shown by the characteristic of the functional group which are C-H of alkene, C= C of alkyna, C = O of aldehyde/ketone/carboxylic acid/ester, C-C group of aromatic ring, C-O alcohol/ether/carboxylic acid/ester, C-H of aromatic ring and C-H of alkene. The result of the study showed that the the optimum proportion of purple sweet potato powder was 75% and the baking time was 45 minutes with the water content of 4.37%, cup resistance of 253.64 minutes, fracturability of 0.2125 N, protein content of 4.79%, and carbohydrate content of 4.66%. Based on the consumer’s acceptance aspect, purple sweet potato ice cream cup was the mostly liked because of its texture and flavor, meanwhile its color and aroma was the mostly disliked.Keywords: baking, central composite design, ice cream cup, purple sweet potatoes AbstrakTujuan penelitian untuk menentukan proporsi penambahan ubi jalar ungu sebagai substitusi pada pembuatan edible cup es krim serta lama waktu pemanggangannya. Penelitian dirancang dengan menggunakan Metode Respon Permukaan Desain Komposit Terpusat (response surface method) dengan 2 faktor berupa proporsi tepung ubi jalar ungu serta lama pemanggangan dengan 3 respon yaitu terhadap kadar air, ketahanan cup, dan daya patah. Komponen utama penyusun cup es krim ubi jalar ungu adalah pati dan selulosa yang ditunjukkan oleh gugus fungsi karakteristik yaitu gugus C-H alkane, C= C alkuna, C = O aldehid/keton/asam karboksilat/ester, gugus C-C cincin aromatik, C-O alkohol/eter/asam karboksilat/ester, C-H cincin aromatik serta C-H alkena. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cup es krim terpilih pada proporsi optimal tepung ubi jalar ungu 75% dan lama pemanggangan 45 menit dengan kadar air sebesar 4,37%, ketahanan cup sebesar 253,64 menit, daya patah sebesar 0,2125 N, kadar protein sebesar 4.79%, dan kadar karbohidrat sebesar 4,66%. Penerimaan konsumen cup es krim ubi jalar ungu yang terbaik adalah disukai pada tekstur dan rasa, sedangkan warna dan aroma tidak disukai.Kata kunci: cup es krim, desain komposit terpusat, pemanggangan, ubi jalar ungu
Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Jeruk Purut (Citrus hystrix DC) terhadap Klebsiella pneumoniae ATCC
Abstrak
Tujuan penelitian adalah membandingkan aktivitas antibakteri minyak atsiri ranting, kulit buah dan daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) terhadap bakteri Klebsiella pneumoniae DC, serta mengetahui pengaruh konsentrasi minyak atsiri jeruk purut (Citrus hystrix DC) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae DC. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak tersarang (nested design) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah jenis minyak atsiri (ranting, kulit buah dan daun jeruk purut). Faktor kedua adalah konsentrasi (100 µl/ml, 300 µl/ml dan 500 µl/ml). Diulang sebanyak 3 kali. Ethanol 95% sebagai kontrol positif dan aquades steril sebagai kontrol negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri yang berasal dari kulit buah jeruk purut memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae ATCC lebih kuat dari pada yang berasal ranting dan daun. Jumlah minyak atsiri kulit buah jeruk purut, ranting maupun daun jeruk purut tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan Klebsiella pneumoniae ATCC.
Kata kunci: antibakteri, jeruk purut (Citrus hystrix DC), Klebsiella pneumoniae ATCC, minyak atsiri
Abstract
The objective of the study was to compare the antibacterial activity of essential oil of twigs, kaffir lime peels and leafs (Citrus hystrix DC) to Klebsiella pneumoniae DC bacteria, and to know the effect of citrus hystrix DC in limiting the growth of Klebsiella pneumoniae DC bacteria. The experimental design used was a nested design with two factors. The first factor is the type of essential oil (twigs, kaffir lime peels and leaves). The second factor is concentration (100 ÎĽl / ml, 300 ÎĽl / ml and 500 ÎĽl / ml). Repeated 3 times. Ethanol 95% as positive control and sterile aquades as negative control. The results showed that the essential oil derived from the kaffir lime peels has the ability to inhibit the growth of Klebsiella pneumoniae ATCC stronger than that derived from twigs and leaves. The amount of essential oil of kaffir lime leaves, twigs and leaves of kaffir lime has no effect on the growth of Klebsiella pneumoniae ATCC.
Keywords: antibactery, essential oil, kaffir lime (Citrus hystrix DC), Klebsiella pneumoniae ATC
Substitusi Sari Kacang Merah dengan Susu Sapi dalam Pembuatan Yogurt
AbstrakPenelitian ini bertujuan mendapatkan proporsi susu sapi dan sari kacang merah yang tepat dalam pembuatan yogurt untuk meningkatkan kualitas yogurt. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu rancangan acak kelompok (RAK) dengan dua faktorial. Faktor pertama yaitu proporsi susu sapi dengan sari kacang merah dan faktor kedua yaitu konsentrasi stater yang digunakan Analisis data yang digunakan analisis organoleptik yang meliputi rasa, warna dan aroma dengan uji Hedonic dengan menggunakan 30 panelis semi-ahli. Hasil data uji organoleptik dianalisis menggunakan uji Friedman, hasil perlakuan terbaik diuji kandungan kimia meliputi kadar protein, kadar lemak, kadar abu, kadar air, pH dan total bakteri asam laktat (BAL). Berdasarkan hasil uji organoleptik, nilai kesukaan rasa berpengaruh nyata (ɑ = 0,05), sedangkan nilai kesukaan yang tidak berpengaruh nyata (ɑ = 0,05) adalah aroma dan warna. Perlakuan terbaik yakni pada proporsi susu sapi dan sari kacang merah 60:40 dengan konsentrasi stater 5% serta kandungan protein sebesar 3,31%, lemak 1,53%, kadar abu 0,92%, kadar air 77,97%, total bakteri asam laktat (BAL) 0,74 x 109 dan tingkat keasaman (pH) 3,62.Kata kunci: yogurt, susu sapi, sari kacang merah, stater AbstractThe aim of this study is to get the proportion of cow’s milk and red bean extract for the product yogurt to improve the quality of yogurt. Research design was a randomized block design (RAK) with two factor. The first factor is the proportion of cow’s milk with red bean extract and the second factor is the concentration of starter. The result was analyse of organoleptic include taste, color and aroma with Hedonic test using 30 panelists semi-skilled and the results of the test data organoleptic using the Friedman test and the best treatment tested was being chemical analyse include protein, fat, ash, water, pH and total lactic acid bacteria (BAL). Based on the results of organoleptic tests the value that was not significant (ɑ = 0,05) in aroma and color and the taste of yogurt that significant. The best treatment was proportion of milk and red bean extract 60:40 with 5% stater with a protein 3,31%, fat 1,53%, ash 0,92%, water 77,97%, total lactic acid bacteria (BAL) 0,74 x 109 and acidity (pH) 3,62.Keywords: yogurt, cow’s milk, red bean extract, state
Penentuan Umur Simpan Pia Apel dengan Metode ASLT (Studi Kasus Di UMKM Permata Agro Mandiri Kota Batu)
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui umur simpan pia apel dengan metode Accelerated Shelf Life Testing berdasarkan persamaan Arrhenius. Pia apel yang digunakan dalam penelitian didapatkan dari UKM Permata Agro Mandiri Kota Batu. Umur simpan ditentukan dengan menggunakan metode Accelerated Shelf Life Testing dengan persamaan Arrhenius. Percobaan dilakukan pada suhu 25o C±2, 35o C±2, dan 45o C±2 selama 30 hari. Setiap lima hari sekali, dilakukan tes kadar air, aktivitas air (aw), dan organoleptik (rasa, aroma, dan kenampakan). Umur simpan pia apel dengan metode ASLT adalah 164 hari (5 bulan 14 hari) pada suhu 25o C, 117 hari (3 bulan 27 hari) pada suhu 35o C, dan 92 hari (3 bulan 2 hari pada suhu 45o C).Kata kunci: Accelerated Shelf Life Testing (ASLT), Kota Batu, pia apel Abstract The aim of this study was to get shelf life of apple pia with Accelerated Shelf Life Testing method depend on Arrhenius equation. Apple pia that used have taken from Permata Agro Mandiri’s SMEs (Small and Medium Enterprise) at Batu town. Shelf life was determined using Accelerated Shelf Life Testing (ASLT) with Arrhenius equation. Experiment was conducted at temperature of 25o C±2, 35o C±2, and 45o C±2 for 30 days. Once in every five days, the tests of water percentage, water activity (aw), and organoleptic (flavor, smell, and appearance) are conducted. The shelf life of apple pia using ASLT method was 164 days (5 months 14 days) on 25o C, 117 days (3 months 27 days) on 35o C , and 92 days (3 months 2 days on 45o C).Keywords: Accelerated Shelf Life Testing (ASLT), Batu Town, apple pi
Rancang Bangun Alat Pengasin Telur Puyuh (Coturnix coturnix) Berbasis Dehidrasi Osmosis Bertekanan Statis
Abstrak
Pengasinan merupakan salah satu metode pengawetan telur puyuh yang membutuhkan waktu sekitar 14 hari jika dilakukan secara konvensional. Penelitian ini bertujuan merancang alat pengasin telur puyuh yang mampu mengurangi waktu pembuatan telur puyuh asin. Metode yang digunakan yaitu pembuatan rancang bangun alat pengasin telur puyuh berbasis dehidrasi osmosis bertekanan statis serta pengujian alat pengasin dan telur puyuh yang dihasilkan. Parameter alat yang diuji adalah kebocoran tekanan dan tekanan maksimum. Parameter telur puyuh hasil pengasinan yang diamati adalah kerusakan fisik, kandungan kadar air, kadar garam dan kadar lemaknya untuk mengetahui pengaruh pemberian larutan garam dan lama perendaman yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan alat pengasin telur puyuh berbasis dehidrasi osmosis bertekanan statis dibuat dengan diameter 22 cm dan tinggi 20 cm. Kapasitas tampung alat sebanyak 330 butir atau sekitar 3,5 kg telur puyuh. Terjadi kebocoran tekanan pada alat sebesar 0,05 bar setiap 15 menit dari total tekanan 1 bar yang digunakan dengan Maximum Allowable Working Pressure (MAWP) dari alat sebesar 5,56 bar. Alat pengasin telur mampu mengasinkan telur puyuh dengan waktu 30-90 menit dengan kadar garam terendah 1,63% dan kadar garam tertinggi 2,3%. Telur puyuh asin yang dihasilkan telah memenuhi SNI 01-4277-1996 mengenai standar telur asin yang mengharuskan telur asin memiliki kadar garam minimum sebesar 2,0%.
Kata kunci: garam, pengawetan, pengujian, perancangan
Abstract
Salting is one method of preserving quail eggs that requires around 14 days of conventional process. This study aims to design a quail egg salting appliance that can make salted quail eggs faster. The method used is salted quail egg appliance design, based on static pressure osmosis dehydration and testing of the salting appliance and quail eggs produced. The parameters of the salting appliance are maximum pressure and pressure leaks. Parameters of quail egg salting results observed were physical damage, moisture content, salt content and fat content to determine the effect of giving salt solutions and different immersion times. The results showed that quail egg salting appliance based on static pressure osmosis dehydration was made with a diameter of 22 cm and a height of 20 cm. The capacity of the appliance is 330 quail eggs or about 3.5 kg of quail eggs. There is a pressure leak on the appliance of 0.05 bar every 15 minutes from the total pressure of 1 bar used with the Maximum Allowable Working Pressure (MAWP) of the tool at 5.56 bars. Egg salting appliance can marinate quail eggs with 30-90 minutes with the lowest salt content of 1.63% and 2.3% highest. Salted quail eggs produced have met SNI 01-4277-1996 regarding the standard of salted eggs which require salted eggs to have a minimum salinity of 2.0%.
Keywords: design, preservation, salt, testin
EVALUATION OF THE BLACK GARLIC FERMENTATION CHRACTERISTIC USING CAMION (BLACK GARLIC FERMENTATION MACHINE)
This study was to determine how the effect of fermentation time affected characteristics of black garlic using CAMION with a fermentation period of 10-20 days with an interval of 2 days and a temperature of 70 ± 1?C and a humidity of 70 ± 1%. The study used a Randomized Block Design (RCBD) with one factor, namely the fermentation time. There were 6 levels used in this study, namely 10 days, 12 days, 14 days, 16 days, 18 days, and 20 days with 3 repetitions. Dependent variables were water content, yield, physical color test, organoleptic, and e-nose. Data were analyzed using Microsoft Office Excel 2010, SPSS, if the significance value was significantly different, then the LSD test was performed at 5%. Organoleptic data were analyzed using the Friedman test, while electronic nose results were analyzed using the Minitab15 Statistical Software. Based on the results of the study, the fermentation time significantly affected the yield, water content, brightness color (L), reddish color (a *), yellowish color (b*). The fermentation time does not significantly affect the aroma of black onions, but it does have a significant effect on the color, texture, and taste of black onions. The scent that results from the analysis of the electronic nose showed that there was a difference in aroma between CAMION black onions and samples already on the market.
Inovasi teknologi produksi gula sirup dan gula serbuk palma (kelapa,siwalan dan aren) sebagai penyangga kebutuhan gula di daerah tertinggal.
Gula pasir merupakan salah satu kebutuhan pokok yang hingga kini masih menjadi masalah serius, untuk memenui kebutuhan gula pasir setiap tahun harus didatangkan dari luar negeri (Litbang Deptan, 2006 ) pada tahun 2003 mencapai 45,59% (Susilo dan Yudanto, 2004), sedangkan pada 2007 meningkat menjadi 52% (Dadang dkk, 2008). Salah satu alternatif terbaik adalah pengembangan argoindustri gula palma (brown sugar) yang diolah dari nira tanaman kelapa, aren, siwalan dan nipah (Pattnayak dan Misra, 2004). Untuk mengatasi hal tesebut pengolahan gula palma dalam bentuk sirup dan kristal merupakan alternatif terbaik dibandingkan dengan produk cetak,, namun demikian diperlukan rancangan teknologi prosesing yang layak secara teknis maupun finansial. tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan penelitian ini antara lain : (a) mendapatkan kondisi prosesing pengolahan gula sirup dan gula semut yang efisien dengan menggunakan bahan baku nira (kelapa, aren dan siwalan); (b) mendapatkan kondisi reprosesing (pengolahan ulang) yang efisien dengan menggunakan bahan baku suit cetak produksi perajin menjadi gula semut, (c). mendapatkan kua litas khemis (kandungan gizi) dan kualitas organoleptik terhadap gula sirup dan gula semut yang dihasilkan dari percobaan skala laboratorium; penelitian secara keseluruhan akan diselesaikan dalam kurun waktu 2 tahun, yang terdiri dan 4 tahapan penelitian pada tahun pertama terdiri dari 2 penelitian utama yaitu: tahap I: Kajian teknologi produksi gula sirup dan gula serbuk dari nira tanaman palma (kelapa, aren dan siwalan)
Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) Kajian Suhu Inkubasi dan Konsentrasi Enzim Papain Kasar
AbstrakVirgin Coconut Oil (VCO) adalah produk olahan kelapa yang memiliki manfaat dan nilai jual yang tinggi. Enzimatis adalah salah satu metode pembuatan VCO. Konsentrasi enzim serta suhu yang digunakan sangat berpengaruh terhadap proses pembuatan dan hasil VCO. Tujuan penelitian adalah mengetahui perlakuan terbaik suhu inkubasi dan konsentrasi enzim papain kasar untuk menghasilkan VCO ditinjau dari rendemen, organoleptik (warna, aroma, rasa), dan uji kimia (kadar air, bilangan peroksida, dan indeks bias) yang mendekati SNI 7381:2008. Penelitian dirancang menggunakan Rancangan Faktorial dengan pola Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan  2 faktor, yaitu suhu inkubasi (40 oC, 45 oC, dan 50 oC) dan konsentrasi enzim papain kasar (1,00%, 1,50%, dan 2,00%) dari krim santan sebesar 150,00 gram dan diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik yaitu perlakuan suhu inkubasi 40 °C dan konsentrasi enzim papain kasar 1,50% dengan rendemen 18,80%, warna 5,00 (tidak berwarna), aroma 4,00 (tidak tengik), rasa 4,00 (cukup berasa khas minyak), kadar air 0,13%, dan indeks bias 1,46. Hasil ini sudah memenuhi standar kualitas menurut SNI 7381:2008 kecuali bilangan peroksida sebesar 3,86 meg ek/kg yang lebih tinggi dari standar.Kata kunci: papain, rendemen, suhu inkubasi, virgin coconut oil AbstractVirgin Coconut Oil (VCO) is a processed coconut product that has high benefit and selling price. Enzymatic is a method of VCO production. The concentration of enzymes and the temperature used are very influential in the manufacturing process of VCO and its products The purpose of this study was to determine the best treatment of incubation temperature and crude papain enzyme concentration to produce VCO by considering the yield, organoleptic (color, aroma, taste), and chemical test (moisture content, peroxide number, and refractive index) based on SNI 7381: 2008. The study was designed using a Randomized Block Design (RBD) with two factors, namely the incubation temperature (40 oC, 45 oC, and 50 oC) and the concentration of crude papain enzymes (1.00%, 1.50%, and 2.00%) of coconut milk cream for 150.00 grams and replicated three times. The results showed that the best treatment was incubation temperature of 40 °C and crude papain enzyme concentration of 1.50% with yield of 18.80%, color of 5.00 (colorless), aroma of 4.00 (not rancid), taste of 4.00 (quite typical of oil), water content of 0.13%, and refractive index of 1.46. This result has met the quality standard according to SNI 7381: 2008, but the peroxide number of 3.86 meg eg/kg higher from the standard.Keywords: incubation temperature, papain, virgin coconut oil, yield
Pembuatan Edible Film Maizena dan Uji Aktifitas Antibakteri (Kajian Konsentrasi Gliserol dan Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea Indica L.))
AbstrakTujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gliserol dan ekstrak daun beluntas, serta mengetahui kombinasi konsentrasi gliserol dan ekstrak daun beluntas yang tepat untuk menghasilkan edible film antibakteri yang memiliki kualitas mekanik dan daya hambat yang tepat. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok 2 faktor dimana faktor 1 konsentrasi gliserol (8%, 10% dan 20%) dan faktor 2, ekstrak daun beluntas (20%, 25%, dan 30%) yang diulang 2 kali. Pengamatan kualitas mekanik (kuat tarik, elongasi, laju transmisi uap air, kecerahan, dan ketebalan) dan daya hambat. Data yang diperoleh diolah dengan analisa ragam (ANOVA), jika ada beda nyata dilanjut uji BNT 5%. Edible film terbaik pada pelakuan kombinasi penambahan konsentrasi gliserol 8% dan penambahan konsentrasi ekstrak daun beluntas 20% dengan kuat tarik 9,35 N/cm2; elongasi 13,34 %; laju transmisi uap air 3.60x10-6 g/cm2/24 jam; kecerahan 65,15; ketebalan 0,045 mm dan daya hambat 5,92 mm. Pengujian pada fillet ikan nila menunjukkan bahwa edible film belum dapat melindungi fillet ikan nila yang telah ditentukan dalam SNI 7388:2009.Kata kunci: antibakteri, edible film, ekstrak daun beluntas, gliserol AbstractThe aim of this research is to know the effect of glycerol concentration and beluntas leaves extract and the combination of glycerol concentration and the right beluntas leaves extract to produce an antibacterial edible film having precise mechanical and inhibitory properties. The study used a Randomized Block Design of 2 factors, which the factor 1 concentration of glycerol (8%, 10% and 20%) and factor 2, beluntas leaves extract (20%, 25%, and 30%) were repeated 2 times. Mechanical quality observation (tensile strength, elongation, moisture transmission rate, brightness, and thickness) and inhibitory power. The data obtained were processed by analysis of variance (ANOVA), if there is real difference then continued BNT 5% test. Edible film is best in combination treatment of 8% glycerol concentration addition and addition of extract leaves extract of beluntas 20% with tensile strength 9.35 N / cm2; Elongation 13.34%; Water vapor transmission rate 3.60x10-6 g/cm2/24 hours; Brightness 65.15; Thickness of 0.045 mm and 5.92 mm inhibition. Tests on tilapia fillets show that edible films have not been able to protect the tilapia fillets specified in SNI 7388: 2009.Keywords: antibacterial activity, beluntas leaves extract, edible film, glycero
Perbaikan Desain Kemasan Produk Biskuit Brownies Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD)
UKM Canggi Fully merupakan industri yang memproduksi biskuit brownies Cripyx yang dikemas dalam bentuk standing pouch berwarna merah berisi 60 gram. Penampilan desain visual kurang menarik serta bahan kemasan kurang tebal dan kokoh sehingga produk mudah patah dan pelanggan ragu membeli produknya. UKM ingin memperluas segmentasi pasar dan memenuhi permintaan pelanggan maka dilakukan perbaikan desain kemasan biskuit brownies menggunakan metode QFD sehingga diketahui atribut tingkat kepentingan pelanggan, respon teknis yang dapat dilakukan produsen dan desain kemasan yang diterima pelanggan dan produsen. Hasil penelitian menunjukkan atribut yang diinginkan pelanggan adalah kapasitas produk, desain grafis, dimensi, bentuk, kekuatan dan ketahanan kemasan. Respon teknis yang dapat dilakukan produsen adalah desain visual modern, warna kemasan menarik, gambar produk dan kejelasan informasi, dimensi sesuai kapasitas, kapasitas produk lebih banyak, bentuk kemasan ergonomis, bahan kemasan lebih tebal, tahan tumpukan dan tidak mudah rusak. Rancangan desain kemasan biskuit brownies yang diterima produsen yaitu, kemasan toples berbentuk persegi panjang sebagai kemasan primer dilapisi kemasan sekunder dengan bahan kertas art paper dengan gramatur kertas 260 gram dan bagian luar kertas diberi laminasi doff. Dimensi kemasan yang digunakan memiliki panjang 14 cm, lebar 8 cm, dan tinggi 7 cm, dengan perpaduan warna krem, cokelat dan merah serta memiliki kapasitas 280 gram