13 research outputs found

    Building SME Competitiveness Advantage in ASEAN Economic Community Era

    Get PDF
    Commencement of the ASEAN Economic Community SMEs can conduct a hope in the future, at least it can be seen from several aspects. To realize these expectations, the most important role of government is to create a conducive business climate through policies. This study aimed to understand the conditions of SMEs so that leads to a portrait of regulation that is expected to build a competitive advantage of SMEs in the Era of the ASEAN Economic Community. This study uses a desk study and survey. Desk studies conducted to review the legal product in the form of legislation both at the center (the Act) as well as at the regional level (Perda). Legal products reviewed were the regulations related to SMEs. The research findings show that only large-scale efforts are always prioritized while micro-enterprises and cooperatives no longer get the attention it deserves. In some cases, government measures are often just turn off the micro-enterprises and cooperatives. As a result, the policy line taken for the protection of cooperatives and SMEs are often ambiguous and ultimately less work effectively to help the people's economy that is essential for eradicating poverty. Keywords: SME, regulation, competitivenes

    Analisis Tenaga Kerja Sektor Pertanian Pasca Pandemi Covid-19 di Kabupaten Jombang

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak pandemi Covid-19 terhadap sektor pertanian untuk mengembangkan sektor pertanian pasca pandemi Covid-19 dan formulasi kebijakan pemerintah dalam menjaga keberlanjutan sektor pertanian. Pendekatan elastisitas dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan pandemi Covid-19 selain mengakibatkan kontraksi ekonomi yang negatif di hampir seluruh sektor ekonomi Kabupaten Jombang termasuk sektor pertanian juga mengakibatkan produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian menurun. Hasil proyeksi berdasarkan elasitisitas kesempatan kerja sektoral, mengindikasikan lapangan usaha dengan serapan tenaga kerja terendah yaitu sektor pertanian dengan produktifitas per tenaga kerja akan menurun hingga tahun 2025

    Local Wisdom in Governance Natural Resources Management

    Get PDF
    This study aimed to describe governance based on local wisdom in the management of water resources in some areas in Malang, East Java, Indonesa. Discussions focused on local knowledge as social capital in meeting water needs of society, and society as a form of protection against water resources. Governance in water resource management organizations chosen because it has its own uniqueness in the management of the organization. The study also aims to explore the local values ​​of any underlying organizational governance because in the beginning, the organization managing the water resources to grow with traditional values. To achieve the objectives of this study, the researchers chose to use a qualitative approach. The findings show that the Council consensus and cooperation is the center of the uniqueness of governance based on local wisdom that produces: (1) selection of the orientation of the water resources management institution that emphasizes efforts to maximize the usefulness of water for the people of maximizing profits; (2) still bound water resource management organization with institutional rural communities by promoting the power of social capital, particularly the dimension of trust and patience among residents. Although concomitant change in space, time, mode of organization and human resources, but in substance, the uniqueness of governance by promoting local wisdom still performing well. The role of local wisdom in the governance of water resources to maintain balance and harmony with nature society particularly in efforts to manage water resources in a sustainable manner. Keywords: local knowledge, governance, natural resource

    Institutional Transformation and Its Impact on Sustainable Community Development Program

    Get PDF
    Institutions are not static but always adapt to change. Institutional transformation has two dimensions: (1) changes in interest among economic actors who triggered institutional transformation, and (2) institutional change is deliberately designed to regulate economic activity. In this context is the institutional rules, formal and informal rules, which is implemented by Activity Management Unit (UPK) as the implementing organization empowerment to carry out community development activities. The study was conducted using a qualitative approach with a case study method to the institutional transformation of the organization implementing the empowerment that took place during the independence. The results show that institutional transformation is not just a difference in form, quality, state from time to time of an institution, but also the differences in the quantity of an institutional activity triggered by the common interests of the perpetrators. UPK institutional transformation as organizations implementing empowerment that took place during the independence has implications: (1) Implementation of development programs in the field were not always as expected, the fact it gave birth to the dependence of the organization implementing the program funds and assistance from the government to continue to do empowerment; (2) The pattern of community development through the establishment of the organization only gives added value to the board in managing the organization and to engage in other activities; (3) Institutional transformation carried out aimed to guarantee activities that bring in revenue for the organization implementing the empowerment and incentives for administrators; (4) Sustainability implementing organization embodied empowerment by focusing on the goal orientation of commercial activities in the form of the ability to generate profits through financial intermediation that beat should embrace social mission, and (5) Management of organizational empowerment is a form of management resulting from the relationship between formal rules and informal rules. Keywords: institutional transformation, implementing organizational empowerment, community empowermen

    Financing for the Poor: Between Formal and Informal Financial Institutions

    Get PDF
    The phenomenon of informal financial institutions (moneylenders), which has existed in economic activities are economic phenomena that constantly take place. Various attempts to reduce the practice of informal financial institutions (rentenir) has done repeatedly. But in fact these efforts are not able to eliminate the practice of informal financial institutions. This study aims to determine how the poor public perception of the formal and informal financial institutions and determine transaction costs contained in the formal and informal financial institutions. To achieve these objectives, this study used a qualitative approach with case studies, which aims to understand thoroughly the institutional pattern in accessing loans from financial institutions formal and informal. Keywords: formal financial institutions, informal financial institutions, transaction cost

    Modifikasi Pendekatan Frontier Data Envelopment Analysis (DEA) Untuk Menilai Efisiensi Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) Dalam Program Pengembangan Ekonomi Kawasan (PPEK) Di Jawa Timur: Laporan Hasil Penelitian Fundamental

    Get PDF
    Program Pengembangan Ekonomi Kawasan merupakan salah satu program pengentasan kemiskinan dan penanganan pengangguran yang ditekankan pada sektor riil berbasis potensi aktual kawasaan. Pengembangan Ekonomi Kawasan menekankan pada upaya pendayagunaan sumber daya ekonomi yang berfokus pada keterkaitan dan ketergantungan antara pelaku dalam jaringan kerja produksi sampai dengan jasa pelayanan dan upaya-upaya inovasi, pengembangannya dalam bentuk: upaya penggalian, sumber daya potensial, pengembangan industri, perdagangan, jasa serta investasi lainya yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan peningkatan masyarakat miskin. Penelitian ini berusaha menetapkan variabel input dan output untuk menilai efisiensi pada instansi BKAD yang merupakan lembaga yang dibentuk melalui Program Pengembangan Ekonomi Kawasan (PPEK). Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana tingkat efisiensi operasional BKAD di Jawa Timur berdasarkan teknik Data Envelopment Analysis (DEA)? ; (2) BKAD manakah yang memiliki tingkat efisiensi terbaik (best practice) di Jawa Timur? ; dan (3) Faktor-faktor apakah yang menjadi determinan tingkat efisiensi BKAD di Jawa Timur?. Berdasarkan pada permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk menganalisis tingkat efisiensi operasional BKAD di Jawa Timur ; (2) Untuk menganalisis BKAD yang memiliki tingkat efisiensi terbaik (best practice) di Jawa Timur dan (3) Untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi determinan tingkat efisiensi BKAD di jawa Timur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran teoritis dan praktis khususnya berkaitan dengan program-program pemberdayaan masyarakat yaitu: memberikan masukan-masukan terhadap kebijakan pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja sektor pedesaan, memberikan masukan tentang kebijakan pengembangan usaha ekonomi produktif pedesaan, dan memberikan masukan tentang kebijakan pengembangan BKAD. Metode analisis menggunakan Data Envelopment Analysis yang dimodifikasi sesuai dengan karakteristik BKAD. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan intermediasi yang memandang sebuah institusi finansial sebagai intermediator yang merubah dan mentransfer aset-aset finansial dari unit-unit surplus menjadi unit-unit defisit. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh BKAD di propinsi Jawa Timur yang berdiri sejak tahun 2005 yaitu sebanyak delapan BKAD di delapan kabupaten di Propinsi Jawa Timur. Teknik penarikan sampel adalah sesus. Data yang dianalisis adalah laporan keuangan BKAD tahun 2006, yaitu tepat 1 tahun beroperasinya BKAD atau pada saat institusi tersebut berada dalam tahap penguatan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik Dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada model 1 digunakan konfigurasi variabel output : (a) pendapatan bunga simpan pinjam, (b) Pendapatan kemitraan, (c) Pendapatan Swakelola dan (4) Pendapatan administrasi pinjaman. Penggunaan konfigurasi output ini dengan mempertimbangkan fungsi BKAD sebagai lembaga keuangan mikro yang bertindak sebagai lembaga intermediasi bagi sektor ekonomi produktif. Sehingga dengan menggunakan konfigurasi output yang demikian maka kinerja operasional dari BKAD dapat dinilai secara tepat. Dari model pertama terdapat 2 (dua) BKAD yang secara relatif tidak efisien. Ketidakefisienan tersebut dapat diperbaiki dengan melakukan pengurangan terhadap input yang dupakai atau dengan meningkatkan outputnya. Sementara pada model kedua merupakan bentuk penilaian kinerja terhadap BKAD dalam hal mengukur dampak yang dirasakan masyarakat atas pelaksanaan program. Indikator output yang ditunjukkan dalam model 2 akan mengarah pada aspek jangkauan layanan yang dapat diberikan oleh BKAD kepada masyarakat beserta tolok ukur dampak yang dijadikan alat ukur bagi keberhasilan program. Hasil analisis menunjukan dari kedelapan BKAD hanya terdapat satu BKAD yang berdasarkan model 2 berada dalam kondisi yang tidak efisien. Berdasarkan hasil analisis dari model 1 dan model 2 terdapat perbedaan dalam hal BKAD yang berada dalam kondisi yang tidak efisien. Hal ini akan memberikan petunjuk bahwa meskipun secara fungsi intermediasi sebuah BKAD telah berjalan secara efisien namun dalam konteks dampak kinerja BKAD terhadap tolok ukur keberhasilan program belum tentu efisien secara relatif

    Peningkatan peran perbankan dalam pembiayaan UMKM: tinjauan aspek kelembagaan

    Get PDF
    SMEs play an important role in the economy. However, the development of SMEs in Indonesia still has many obstacles, one of which is the funding problems due to several things. One of the reasons why SMEs are still difficult to obtain credit from banks is a problem of information asymmetry between banks and SMEs applying for a loan. In the institutional aspect, one of the criteria in assessing SMEs will succeed, ie social capital. Rate non-financial aspects of using social capital becomes necessary to be considered. The premise put forward in the use of social capital is greater the social capital owned by SMEs, the success rate at the same time that business continuity is greater than that do not have or social capital is not great. The concept of social capital can increase the success and sustainability of SMEs due to the social capital that is owned, SMEs easy to obtain the trust of the stakeholders. The existence of such trust, enables SMEs to be able to accumulate assets, such as good human resources, and access to credit due to the opening of the information and the latter could get a collective action or community support activities

    Faktor Internal Penentu Laju Pertumbuhan Modal Sendiri pada Perusahaan Rokok Go Public di Bursa Efek Indonesia

    Get PDF
    This study aims to analyze the effect of the basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, and interest and tax rate on the growth rate of equiy in cigarette companies that go public on the Indonesia Stock Exchange in 2013-2018. Data analysis technique used is multiple linear regression. The results showed that the four variables had a simultaneously significant effect on the growth rate of equity, while only Basic Earning Power had no significant effect partially. Because the calculation of basic earning power uses Earning Before Interest and Tax where Earning Before Interest and Tax is the profit that has not been taxed, which in fact tax for cigarette companies is a large expense. In addition, equity growth itself is largely determined by the amount of Earning After Tax compared to Earning Before Interest and Tax. The higher the Earning After Tax, the greater the opportunity for equity growth.

    Gerakan peduli anak usia dini tim bersama posdaya

    Get PDF
    Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Dalam bidang pendidikan pelayanan yang tepat, pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses belajar bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing, baik secara intelektual, emosional dan sosial. Pada saat usia antara 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (Golden Age). oleh karena itu, kita sebagai orangtua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang. Untuk menunjang perkembangan anak usia dini tim bekerjasama dengan posdaya binaan LPPM Unmer Malang melakukan pengabdian untuk mencerdaskan anak usia dini serta membekali para pengelola Pendidikan Anak Usia Dini dalam menghadapi berbagai permasalahan dalam mendidik anak usia dini dengan mengadakan seminar, serta beberapa kegiatan penunjang pembelajaran bagi anak usia dini dengan memberikan penyuluhan, lomba, serta pemberian tambahan gizi bagi anak usia din

    Community Engagement Kelompok Perempuan dalam Budidaya Tanaman Obat Keluarga untuk Penguatan Kesehatan Keluarga

    Get PDF
    Pengabdian ini memiliki tujuan untuk memberikan literasi terkait kesehatan keluarga berbasis community engagement dan meningkatkan keterampilan mitra dalam menanam tanaman obat keluarga secara mandiri. Mitra yang dilibatkan adalah kelompok perempuan di Kelurahan Sawojajar. Kegiatan pengabdian ini memakan waktu sekitar tiga bulan dan melibatkan 20 peserta dalam mengikuti penyuluhan dan pelatihan. Metode pengabdian meliputi meliputi observasi, koordinasi dan mobilisasi, penyuluhan, pelatihan pemantauan, panen dan evaluasi. Kegiatan utama pengabdian adalah berupa penyuluhan community engagement dan komunikasi kesehatan, pelatihan menanam tanaman obat bagi keluarga serta melakukan panen. Pengabdian dilakukan Jalan Danau Limboto, Kelurahan Sawojajar Malang, selama tiga bulan mulai bulan Januari hingga Maret 2022. Kelompok perempuan berhasil melakukan panen tanaman obat keluarga yang ditanamanya sendiri dan merencanakan jenis tanaman pada masa tanam selanjutnya. Selain itu, konsep community engagement dan komunikasi kesehatan keluarga dapat dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
    corecore