21 research outputs found

    Kedaruratan Nuklir Di Indonesia Dan Penanggulangannya

    Full text link
    KEDARURATAN NUKLIR DI INDONESIA DAN PENANGGULANGANNYA. Kebutuhan sumber energi di Indonesia di abad 20 diprediksi akan meningkat pesat sehingga diperkirakan akan terjadi krisis listrik. Selama ini kebutuhan energi listrik di Indonesia menggunakan bahan bakar tak terbarukan seperti : minyak bumi, batubara , panas bumi, gas alam dan tenaga air. Untuk mengatasi krisis energi tersebut, pada tahun 2016 Indonesia memasok sebagian kecil energi listrik dari penggunaan tenaga nuklir. Saat ini di Indonesia beroperasi 3 reaktor nuklir untuk keperluan penelitian, yaitu : Reaktor Kartini di Yogyakarta berdaya 100 KWth, Reaktor Bandung yang berdaya 2 MWth terletak di Bandung dan Reaktor G. A Siwabessy di Serpong berdaya 30 MWth. Pengoperasian reaktor nuklir untuk penelitian dan pembangkit energi akan berdampak kepada masyarakat dan lingkungan apabila terjadi kedaruratan nuklir. Selain itu kedaruratan nuklir dapat terjadi karena perang nuklir ataupun kecelakaan reaktor nuklir di negara tetangga. Untuk itu dampak penggunaan energi nuklir perlu disosialisasikan kepada masyarakat tindakan apa yang harus dilakukan apabila terjadi kedaruratan nuklir di Indonesia dan bagaimana cara penanggulangannya. Tujuannya agar masyarakat lebih memahami penanggulangan kedaruratan nuklir.Kata kunci : efek radiasi, kedarutan nuklir, kesiapsiagaan nukli

    Web Application in Online Pulsa Charging Using Macromedia Dreamweaver Mx

    Full text link
    Internet is now a become a most effective option in disseminating information, because the Internet has a range of very large networks. One of the information received great places on the Internet include information relating to the world of communication, especially in the field of credit sales business on-line. This information is conveyed through one of the storage media of information on the Internet Web site. Developed countries in Europe to implement cellular communication technology in recent decades, the 70s, and Indonesia has only utilize the sophistication of communication dozen years later. Cellular technology into Indonesia for the first time in 1984 with technology-based Nordic Mobile Telephone (NMT). Scientific writing is trying to explain how the development of a Web site of the Toll Filling In Online. Starting from design stage to design the Web site ready to be published on the Internet. All were created using Macromedia Dreamweaver MX software

    Prediksi Dosis Pembatas Untuk Pekerja Radiasi Di Instalasi Elemen Bakar Eksperimental

    Full text link
    PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL. Prediksi Dosis Pembatas Untuk Pekerja Radiasi Di Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE), telah dilakukan. Nilai Batas Dosis (NBD) berdasarkan SK. Kepala BAPETEN Nomor 01/Ka-BAPETEN/V-1999, tentang Dosis Ekivalen Seluruh Tubuh (DEST) ditentukan sebesar 50 mSv/tahun. Tujuan dari prediksi dosis pembatas (dose constraint) untuk peningkatan keselamatan bagi pekerja radiasi. DEST pekerja radiasi ini adalah jumlah dari dosis interna dan eksterna yang diterima dalam satu tahun dan tidak termasuk dosis medik. Prediksi dosis pembatas ini berdasarkan NBD dari International Commission On Radiological Protection International 60 (ICRP 60). Metoda yang dipakai untuk prediksi dosis pembatas dengan mengevaluasi data DEST yang diterima oleh pekerja radiasi di IEBE dari tahun 1991 sampai 2009. Dari data DEST yang diterima oleh pekerja radiasi di IEBE diambil DEST tertinggi dan DEST rerata. Prediksi dosis medik yang diterima pekerja radiasi dalam satu tahun juga diperhitungkan. Total prediksi DEST yang diterima oleh pekerja radiasi di IEBE sebesar 2,17 mSv/tahun. Apabila dosis pembatas untuk pekerja radiasi di IEBE ditetapkan 50% dari ketentuan ICRP 60 atau sebesar 10 mSv/tahun, maka dapat disimpulkan bahwa dosis pembatas tersebut dapat diberlakukan di IEBE

    Prosedur Penanggulangan Kedaruratan Nuklir Di Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir

    Full text link
    PROSEDUR PENANGGULANGAN KEDARURATAN NUKLIR PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR. Prosedur Penanggulangan Kedaruratan Nuklir Di Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN), telah dibuat berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 1997. Prosedur penanggulangan kedaruratan nuklir PTBN bertujuan untuk dapat digunakan sebagai pedoman apabila terjadi kedaruratan nuklir ditingkat fasilitas, agar dampak radiologi ke lingkungan maupun dampak sabotase/ancaman dapat diatasi secara dini. Dalam prosedur penanggulangan kedaruratan nuklir PTBN diatur tugas dan tanggung-jawab masing-masing unit penanggulangan. Dengan adanya prosedur penanggulangan kedaruratan nuklir ini diharapkan apabila terjadi kedaruratan nuklir di fasilitas PTBN, maka para petugas yang berkepentingan dalam keadaan siap siaga untuk melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya

    Development of Funginite on Muaraenim and Lower Members of Telisa Formations at Central Sumatra Basin - Indonesia

    Get PDF
    Petrography analysis of coal is the study organic and inorganic components of coal bearing formations. This research conducted observation method under microscopic of thin incision to identify organic maseral group. The organic composition of coal from Muaraenim Formation is known to average for vitrinite maseral group 79.30%, inertinite 10%, liptinite 3.4%, and non-organic 7.3%. While the composition of coal from the Bottom Members of Telisa Formation for the average of vitrinite maseral group 66.4%, mineral matter 30.32%, inertinite 3.26%. The liptinite maseral group is not present as a coal component in the study area. The funginite development of the Muaraenim Formation is quite abundant 2.8% indicating peat swamp ecosystem in wet-dry conditions in ph 3 -5. In contrast, the development of funginite Lower Members of Telisa Formation is known to be absent which is replaced by the presence of frambiodal pyrite and indicates peat ecosystem in wet conditions at ph 6 - 7

    Perhitungan Deformasi Gempa Kebumen 2014 Dengan Data Cors Gnss Di Wilayah Pantai Selatan Jawa Tengah

    Full text link
    On January 25, 2014 earthquake occurred at 12:14:18 AM with a moment magnitude (Mw) 6.1 with a depth of 66 km centered at 7,986 ° S 109,265 ° E or 38 Km South-East of Adipala, Central Java. The quake was felt in five provinces in Java, namely Jakarta, West Java, Central Java, East Java, and Yogyakarta. The strongest shaking was felt in Cilacap and Kebumen. Therefore, in-depth research conducted this calculation Earthquake Deformation Kebumen GNSS CORS 2014, with the data on the southern coast of Central Java, to determine the value and direction of the vector shift of the deformation caused by the earthquake this Kebumen.This study uses observational data four GNSS CORS station (CCLP, CPBL, CKBM, CMGL) with observational data in 2013, 2014 and 2015. The point IGS used are BAKO, PIMO, COCO, DARW. Processing data using GAMIT scientific software.This research resulted in the value of velocity rate before and after the earthquake Kebumen 2014 and the value displacement caused by the earthquake and its direction vector. Horizontal velocity rate vector before the earthquake towards southeast, with an average speed Vhor = -0.0282 ± 0.0057 m / year. Horizontal velocity rate vector after the earthquake towards southeast, with an average speed Vhor = -0.028064 ± 0.0063 m / year. Horizontal displacement vector due to the occurrence of the earthquake towards southeast, with an average shift value dhor = -0.0063 ± 0.0035 m / year

    Pengolahan Data Pengukuran Radioaktivitas Alpha Di Udara Instalasi Nuklir

    Full text link
    PENGOLAHAN DATA PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DI UDARA INSTALASI NUKLIR. Pengolahan data pengukuran radioaktivitas alpha (α) di udara instalasi nuklir, telah dilakukan. Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui sumbangan dari ralat pengukuran radioaktivitas α di udara di inslatasi nuklir secara tidak langsung. Contoh pengukuran radioaktivitas α dilakukan di Instalasi Radiometalurgi (IRM) ruang 143 dengan cara menghisap partikulat di udara melalui bantuan air sampler yang dilengkapi kertas filter. Pengambilan cuplikan udara dilakukan pada ketinggian ± 150 cm dari permukaan lantai. Tangkapan partikulat pada kertas filter di cacah aktivitasnya dengan alat cacah SAC-4 yang dilengkapi dengan detektor α. Data hasil cacahan diolah dan dihitung radioaktivitas α, sedangkan ketelitian pengukuran dihitung dengan memperhitungan ralat pengukuran, yaitu hasil pencacahan, volume udara yang dihisap dan efisiensi detektor. Hasil pengukuran radioaktivitas α di udara ruang 143 IRM secara tidak langsung sebesar dengan ketelitian pengukuran sebesar 52,51 %. Ketelitian pengukuran tersebut berasal dari sumbangan ralat pencacahan sebesar 98,74 %, ralat volume udara yang dihisap sebesar 1,24 % dan ralat efisiensi detektor sebesar 0,02 %. Oleh karena itu pengukuran radioaktivitas α di udara instalasi nuklir sebaiknya dilakukan secara langsung, karena radioaktif berumur pendek akan ikut terdeteksi. Dapat disimpulkan bahwa pengukuran radioaktivitas di udara instalasi nuklir hanya dilakukan untuk tujuan pengukuran keselamatan

    Heterogenity of Amber and Komin in Shaping Settlement Pattern of Jayapura City

    Full text link
    Jayapura city is the capital of Papua province, located at the eastern end of Indonesia and the borders with neighboring countries, Papua New Guinea. From the results of population census in 2010 the population of the Jayapura city is 256.705 inhabitants with a number of indigenous people as much as 89.773 people (34.97%) and as many as 166.932 nonPapua population (65.03%). This figure shows that in Jayapura city, the number of migrants is much more than the indigenous people. The term amber and komin then appears that refers to the indigenous people of Papua (komin) and immigrants nonPapua (amber). The high migration flows in Jayapura resulting diversity in socio-cultural and economic structure of the population. This impacted on the formation of the population settlement patterns. This paper discusses the ethnic heterogeneity in Jayapura city community in shaping the urban spatial pattern. From the discussion, it is known that the existing settlements in Jayapura city consists of settlements indigenous peoples, settlements inhabited by a mixed population of Papua and nonPapua population, settlements inhabited by ethnic Papuans from outside the city of Jayapura and settlements inhabited by ethnic immigrants certain nonPapua. Settlement indigenous peoples still survive as indigenous settlements that have a spiritual religious meaning that must be maintained and protected. While the settlement of migrants Papua and nonPapua formed by some preferences, namely the ties of kinship, proximity to sources of livelihood (workplace) and social status.Kota Jayapura merupakan ibukota Provinsi Papua yang terletak di ujung timur Indonesia dan berbatasan dengan negara tetangga, Papua Nugini. Dari hasil sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Kota Jayapura adalah 256.705 jiwa dengan jumlah penduduk asli Papua sebanyak 89.773 jiwa (34,97%) dan penduduk nonPapua sebanyak 166.932 (65,03%). Angka ini menunjukkan bahwa di Kota Jayapura, jumlah penduduk pendatang jauh lebih banyak daripada penduduk asli Papua. Istilah amber dan komin kemudian muncul yang menunjuk pada orang asli Papua (komin) dan kaum pendatang nonPapua (amber). Tingginya arus migrasi di Kota Jayapura mengakibatkan kemajemukan dalam struktur sosial budaya dan ekonomi penduduknya. Hal ini berdampak pula pada terbentuknya pola permukiman penduduk. Tulisan ini membahas mengenai heterogenitas etnis pada masyarakat Kota Jayapura dalam membentuk pola keruangan kota. Dari hasil pembahasan diketahui bahwa permukiman yang ada di Kota Jayapura terdiri dari permukiman penduduk asli setempat, permukiman campuran yang dihuni oleh penduduk Papua dan penduduk nonPapua, permukiman yang dihuni oleh etnis Papua dari luar Kota Jayapura dan permukiman yang dihuni oleh etnis pendatang nonPapua tertentu. Permukiman penduduk asli setempat masih tetap bertahan sebagai permukiman adat yang mempunyai makna religius spiritual yang harus dijaga dan dilindungi. Sedangkan permukiman penduduk pendatang Papua maupun nonPapua terbentuk berdasarkan beberapa preferensi, yaitu adanya ikatan kekerabatan, kedekatan dengan sumber mata pencaharian (tempat kerja) dan status sosial

    Effect of Using Guillard and Walne Technical Culture Media on Growth and Fatty Acid Profiles of Microalgae Skeletonema SP. in Mass Culture

    Full text link
    Live food, especially microalgae Skelotenoma sp. is a key success factor in shrimp aquaculture. To that end, the provision of Skeletonema sp. mass with a high nutrient content is needed. Nutritional quality of microalgae depends on the culture media used. The purpose of this study was to investigate effect of the use of different technical culture medium (Walne and Guillard) on the growth, protein content and fatty acid profile in microalgae culture Skelotenoma sp. Skeletonema sp. obtained from the Laboratory of Natural Feed BBPBAP Jepara. Culture method used was a mass with two different media (modified Walne and technical Guillard), with 12 replications. Data analysis were analyzed by using T test, while the protein content analysis was performed by Kjedahl method.The fatty acids were determined by using in situ transesterification. The results showed that the growth of Skeletonema sp. was markedly different between media Walne and technical Guillard. Guillard medium revealed lag phase after 44 hours (observation to 6) with a cell density of 48.00 x 104 cells/ml, then entered the exponential phase at 48. (Observation to 7) with a cell density of 70.25 x 104 cells / ml, while the stationary phase occurred in after hours to 52 (observation to 8) with a cell density of 86.75 x 104 cells / ml and death phase began at the 56 ( observations to 9) with a cell density of 54.58 x 104 cells / ml. Growth of Skeletonema sp. cultured with culture medium technical Walne showed a similar pattern in the lag phase to 44 hours of observation (observation to 6 with the cell density is 117.17 x 104sel/ml, exponential phase and stationary phase were detected from hour to 48 (observation to 7) with a cell density is 160.83 x 104 cells / ml. Later phases of death from an hour to 52 (observation to 8) with a cell density of 122.25 x 104 cells / ml. then long culvation or Skeletonema sp stationary phase in Guillard media over a period of 4 hours than Walne medium. Total fatty acids of Skeletonema sp. cultured in Guillard medium resulted in higher yields
    corecore