25 research outputs found
Pengembangan Peternakan Rakyat Sapi Potong: Kebijakan Swasembada Daging Sapi dan Kelayakan Usaha Ternak
To achieve animal source food self-sufficiency for coping with increased demand, the government launches policy on beef cattle development. The program focuses on breeding efforts through Artificial Insemination (IB), natural mating, and fattening. It is intended to produce calves such that beef cattle population and beef production improve. This paper aims: (1) to describe inter-temporal government policies on encouraging beef cattle population at farm level; (2) to estimate projections of beef consumption and beef cattle development program; and (3) to discuss feed provision and beef cattle business feasibility. The government commits to meet beef demand and to improve farmers’ income. Brood stock cattle potency could be maximized to produce calves through IB and natural mating in order to accelerate domestic beef cattle population enhancement. To achieve beef self-sufficiency, the government needs collaboration of various stakeholders. It is necessary to encourage investment in livestock business as well as to empower beef cattle farmers such that their business is feasible and their income improves. AbstrakDalam rangka swasembada pangan hewani karena kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, pemerintah membuat kebijakan pengembangan sapi potong. Program ini fokus pada usaha pembibitan melalui Inseminasi Buatan (IB), kawin alam, serta penggemukan. Pada gilirannya induk akan menghasilkan pedet, sehingga dapat meningkatkan populasi sapi potong dan produksi daging sapi. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas diharapkan perkembangan sapi potong dapat meningkat. Tujuan tulisan ini adalah: (1) mendiskripsikan kebijakan pemerintah intertemporal dalam mendorong populasi sapi potong di tingkat peternak; (2) membuat proyeksi konsumsi daging sapi dan program pengembangan sapi potong; dan (3) membahas penyediaan pakan dan kelayakan usaha sapi potong. Komitmen pemerintah adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan asal daging sapi serta meningkatkan pendapatan peternak. Ternak sapi potong indukan dapat dimaksimalkan potensinya untuk dapat terus menghasilkan pedet melalui IB dan kawin alam. Upaya ini dilakukan sebagai wujud untuk mengakselerasi penambahan populasi sapi potong di dalam negeri. Tercapainya pemenuhan kebutuhan pangan asal daging sapi, diperlukan kerjasama berbagai pihak agar populasi sapi potong meningkat. Pemerintah perlu mendorong investasi usaha ternak dan pemberdayaan peternak sehingga peternak mampu mencapai kelayakan usaha dan pendapatan mereka meningkat
KUALITAS DAN PRODUKTIVITAS SUSU KAMBING PERAH PERSILANGAN DI INDONESIA
Susu kambing perah disukai masyarakat karena bergizi tinggi danberkhasiat sebagai obat penyakit tertentu. Produksi susu kambingIndonesia berasal dari induk kambing luar negeri, dan kambing perahperanakan yang sudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan tropisdi Indonesia. Kambing yang dibudidayakan untuk produksi susu dandaging adalah kambing peranakan etawa (PE), saanen, anglo nubian,dan sapera. Kambing PE paling banyak dipelihara peternak, tetapiproduksi susunya belum optimal. Produksi susu kambing PE ratarata857,3 ml/ekor/hari, kambing sapera 1.470 ml/ekor/hari, dankambing anglo nubian 1.190 ml/ekor/hari. Produksi susu kambingsapera lebih tinggi dibandingkan dengan kambing PE dan anglonubian, namun komposisi kimiawi (protein, laktosa) susu kambingsapera lebih rendah dibandingkan dengan kambing PE dan anglonubian. Demikian pula puncak produksi susu kambing induk sapera(2.190 ml/ekor/hari) lebih tinggi dibandingkan dengan kambinganglo nubian (1.980 ml/ekor/hari), dan PE (1.217 ml/ekor/hari).Kualitas dan komposisi susu kambing mirip dengan air susu ibu (ASI)dan susu kambing dapat digunakan sebagai pengganti ASI. Adanyapeluang bisnis dari meningkatnya permintaan susu kambing danharga susu kambing yang cukup tinggi telah menarik banyak oranguntuk membudidayakan kambing perah
Peran TTP Cigombong pada Usaha Ternak Ayam Kampung KUB sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Peternak
Penelitian bertujuan untuk mengetahui peran TTP Cigombong pada usaha ternak ayam kampung KUB dalam upaya meningkatkan penapatan peternakk. Berbagai kendala dan permasalahn yang sering dihadapi oleh TTP Cigombong, seyogyanya menjadi fokus perhatian, sehingga TTP Cigombong dapat dimainkan peran besar sebagai wahana untuk pengembangan usaha ternak ayam kampung KUB. Usaha ayam kampung yang berorientasi komersial sangat diperlukan perencanaan dan penanganan yang lebih detail, agar usaha mendapatkan keuntungan. Penelitian dilakukan pada tahun 2017, peternak inti dan peternak plasma ayam kampung KUB dilokasi TTP Cigombong Desa Tugu Jaya Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Peternak inti dan peternak Peternak plasma telah melakukan rintisan usaha ayam kampung KUB secara intensif, sebagai bibit, potong dan telur (DOC). Pengeluaran dan pendapatan peternak dapat dihitung berdasarkan B/C ratio, yaitu imbangan keuntungan dan biaya produksi. Hasil penelitan menunjukkan, nilai jual ternak ayam kampung KUB umur 8 minggu keuntungan bersih sebesar Rp.995.000,-/peternak nilai B/C ratio 1,3. Hasil analisis usaha pemeliharaan ternak ayam kampung KUB pada umur 8 minggu, secara ekonomi finansial layak untuk diusahakan kembali.Kata kunci: TTP, usaha ayam kampung KUB, pendapatan peterna
Conception Rates of Holstein-Friesian Cows Inseminated Artificially with Reducing Frozen Semen Doses
Conception rates of Holstein Friesian (HF) acceptors were evaluated in artificial insemination (AI) mating using three frozen semen doses of the straws per volume of 0.25 cc. Frozen semen consisted of a standard dose by 25 x 106 sperms (L.1) and two reduced doses by 20 x 106 sperms (L.2) and 15x106 sperms (L.3). This field study was conducted in dairy cattle area of Lembang NBMCU, from August 2011 to March 2012. Frozen semens were obtained from two HF national progeny tested young bulls. Conception was detected by rectal palpation, around 60-90 days after AI mating. Conception rates (CR %) were calculated as a ratio between pregnant acceptors to the total AI mated cows. Some general linear model analyzes were conducted by considering fixed variables of semen dose (3), bull (2), inseminator (6) and parity (5). The results showed that three frozen semen doses did not significantly affect (P>0.05) on CR (%). By decreasing semen dose to L.3 gave CR (%) similar to L2 even to L1. It was concluded that frozen semen doses of HF bulls at the levels of 20 million to 15 million sperms per straw per volume of 0.25 cc resulted CR (%) similar to the standard one
PROSPEK DAN STRATEGI PERDAGANGAN TERNAK KAMBING DALAM MEREBUT PELUANG PASAR DUNIA
ABSTRAKProspek kambing cukup berpeluang untuk merebut pasar ekspormenjelang era perdagangan bebas. Hal ini dikarenakan semua negara membuka pasar bagi masuknya produk impor minimal 5% dari konsumsi yang dibutuhkan. Produk dalam negeri dituntut mampu bersaing dengan produk impor baik dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitasnya. Jenis ternak dan produk kambing / domba mulai dikembangkan untuk memenuhi permintaan pasar.Berdasarkan peluang perdagangan pasar global, kambing merupakan komoditas unggulan untuk dipacu perkembangan populasi, sebagai ternak ekspor. Berdasarkan permasalahan tersebut maka, tujuan tulisan ini adalah untuk mengulas beberapa prospek dan strategi perdagangan ternak kambing dalam upaya merebut peluang pasar duniayang menguntungkan bagi pendapatan devisa negara. Jenis impor ternak sapi, kambing dan domba dalam kurun waktu 2008-2012, namun secara umum terjadi kenaikan pada impor sapi hidup. Impor daging sapi cenderung menurun, impor kambing/domba hidup dan daging cenderung stabil.Keadaan tersebut mengindikasikan defisit dalam negeri meningkat. Guna mengatasi hal ini maka perlu ada wacana yang bersifat horisontal di perdagangan pasar dunia, dimana pasar tidak memonopili terhadap produk ekspor. Demikian pula diperlukan kerjasama ekonomi Sub-Regional, segitiga pertumbuhan (Growth Triangle) atau wilayah pertumbuhan (Growth Area), yang saling berketerkaitan (lingkage) ekonomi antar daerah.ABSTRACTThe prospectis quitelikely tobe able toseize thegoatexportmarkets, theseconditionsbefore theera offree tradeopenmarketsof allcountriesfor the entry ofimported productsat a minimum of5% of therequiredconsumption, consumersdeterminealternative choiceslikemeat productsimportedorlocalmeat products. Domestic productsare requiredto compete withimported productsin terms of quality, quantityandcontinuity, livestockandproductsgoat and sheepbegan to be developedtomeet themarket demand, the development ofgoatshould receiveserious attention, goatproductsin the open market, domestic and export marketsacceptable, in linewith the changingpolitical landscape inIndonesia, whichled to theera ofVdemocratizationandglobalization. Based onthe worldmarkettradingopportunitiesof globalizationgoat isexcellent commoditytobe drivenpopulationgrowth, asexports oflivestock, Based on the problemsstretcherpurposeof this paperistomengkulassomeprospectsandgoatstradingstrategiesin an attemptto seizethe opportunitiesthe worldmarket, globalexport, asthe businesseconomyfavorable tothe State's foreign exchange earnings, especially for the people of Indonesia. Typeimportedcattle, goatsandsheepin the period2008-2012, in generalthere is an increaseinimports oflivecattle, beef importsare likelyto decline, imports ofgoat/sheepmeattend toliveandstable, indicatinga deficitsituationin the country increased. Weaknessis considereda common thingin everydeveloped country, the necessarydiscoursebersipathorisentalinDunimarkettradingthe market does notmemonopilitoexportproducts, requiredSub-Regional economic cooperation, also known as thetriangleof growth(Growth Trangle) orregionalgrowth(Growth Area), is aform ofinterdependence, in collaboration (lingkage) inter-regional economy
Pengaruh Perbedaan Level Protein pada Konsentrat terhadap Kinerja Kambing Peranakan Etawah Betina Muda
Kebutuhan protein dan energi untuk kambing tergantung pada breed, jenis kelamin, umur dan status fisiologisnya. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh perbedaan level protein kasar (PK) terhadap kinerja kambing PE betina muda. Sebanyak 21 ekor kambing Peranakan Etawah (PE) dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing kelompok memperoleh perlakuan konsentrat sebagai berikut, R1 (14% PK), R2 (16% PK) dan R3 (18% PK) berdasarkan bahan kering (BK) selama 16 minggu. Ternak dikandangkan secara individu dan diberikan rumput raja secara ad libitum serta 400 g/ekor/hari konsentrat. Air minum diberikan secara ad libitum melalui nipple. Bobot hidup awal ternak percobaan adalah 16,80±1,10 kg. Pakan dan bobot hidup masing-masing diukur setiap hari dan dua mingguan. Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan tujuh ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan level protein mempengaruhi konsumsi nutrien (BK total, BO, PK, TDN, Ca dan P), PBHH dan rasio konversi pakan (RKP) secara nyata (P0,05). Dapat disimpulkan, bahwa peningkatan level protein kasar dari 14% menjadi 18% pada konsentrat kambing PE betina muda meningkatkan PBHH sebesar 34,20% dan perbaikan RKP sebesar 25,31%. Kebutuhan energi dan protein masing-masing untuk kambing PE betina muda sebesar 1,1 dan 1,3 kali dari rekomendasi Kearl
Kecukupan Nutrien Kambing Peranakan Etawah Periode Laktasi
Telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengevaluasi kecukupan nutrien kambing Peranakan Etawah (PE) pada status fisiologis laktasi. Penelitian menggunakan kambing PE sebanyak 12 ekor dengan rancangan acak kelompok. Ternak dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok laktasi akhir menjelang kering (K-1) dan kelompok laktasi awal (K-2) dan diulang enam kali. Kebutuhan pakan dihitung berdasarkan Kearl, L.C. yang juga memperhitungkan kebutuhan 4% FCM. Pemberian pakan dibatasi dalam jumlah yang sama baik untuk ternak K-1 maupun K-2 yaitu 2 kg rumput Raja segar, 1 kg Leucaena leucephala segar dan 1 kg konsentrat. Parameter yang diamati adalah kebutuhan nutrien, konsumsi nutrien dan produksi susu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dan tingkat konsumsi nutrien pakan masih lebih rendah dibandingkan standar kebutuhan sehingga peluang untuk meningkatkan puncak produksi susu kambing PE masih cukup terbuka. Asupan protein dinilai berlebih pada kambing laktasi akhir, namun sebaliknya pada kambing laktasi awal. Substitusi hijauan berprotein tinggi atau leguminosa seperti lamtoro disarankan ditingkatkan penggunaannya pada kambing laktasi awal menjadi 1,2 kg. Manajemen perkawinan yang dilakukan pada ternak masih laktasi memerlukan asupan nutrien yang cukup dan sama baiknya antara periode laktasi akhir dengan laktasi awal