12 research outputs found
The Influence of Soil Nutrients Availability on Banana Bunchy Top Disease Incidence in Banyumas Regency, Central Java Province, Indonesia
The banana bunchy top is one of the important diseases on bananas, presumably coupled with the influence of soil properties, despite no fixed information regarding their relationship. Therefore, this study aims to map the soil nutrient contents at some banana plantation center and determine the effect of nutrient availability on the incidence of banana bunchy top disease (BBTD). This study set a purposive sampling according to the banana cultivation distribution to gain soil samples and data on BBTD incidence. Soil samples were analyzed for macronutrient content, including N capacity using the Kjeldahl method, Bray method for P analysis, and CH4OAc methods for K analysis. According to the investigation, the range of total N was 0.2% to 0.75%, showing BBTD incidence from 5.8% to 9.47%, respectively. In line with the total P, BBTD incidence increased from 8.03% to 9.62% in the P content of 15 to 35 ppm. In contrast, in the total K of 0.5 to 1 cmol(+) kg-1, the BBTD incidence tended to decline from 9.68% to 9%. It was concluded that BBTD incidence would increase with the higher levels of N and P but decrease with the higher K. In Banyumas Regency, BBTD incidence increased in the altitude range of 100 to 300 m above sea level, then decreased at a higher altitude. BBTD incidence also exhibited an unstable response to pH changes. Bunchy top disease incidence was the highest between pH 5 and 8. This could be a guide to soil management to reduce BBTD incidences
THE PREFERENCE OF PARASITOID Telenomus remus ON Spodoptera litura EGGS AS AN ALTERNATIVE HOST IN ITS PROPAGATION
. Spodoptera frugiperda is an invasive pest which caused plant shoots damage on corn plants. Some control techniques have been applied to control this insect, but the population growth and development of this pest was massively spread in Indonesia. One of the effective indigenous natural enemies to control S. frugiperda was Telenomus remus. Parasitoid T. remus could naturally parasitized the egg of S. frugiperda at about 85%, thus this parasitoid was potential to be used as a biological agent. The rearing method of parasitoid T. remus still relies on the use of native host, S. frugiperda, but the larvae of S. frugiperda was cannibalism. Regarding of this insect behaviour, it should be considered to use this insect as a rearing host, thus the alternative host was needed. One of the alternative hosts is Spodoptera litura. This research aimed to test the suitability of S. litura eggs as an alternative host of T. remus. The research conducted by test the parasitization level of T. remus on various aged of S. litura eggs (1, 2, and 3 days aged) and 1-aged day eggs of S. frugiperda as the control. Every treatment was repeated seven times. Data were analysed by calculating the level of parasitization of T. remus on S. litura and S. frugiperda eggs. Results showed that the three ages of S. litura eggs were not parasitized by T. remus, while 50% of S. frugiperda eggs were parasitize
PELATIHAN EKSPLORASI DAN PERBANYAKAN JAMUR ENTOMOPATOGEN UNTUK PENGENDALIAN HAMA Spodoptera frugiperda PADA TANAMAN JAGUNG
Kelompok Tani Raden adalah salah satu kelompok tani yang berada di wilayah Kelurahan Pabuwaran, Kecamatan Purwokerto Utara,Kabupaten Banyumas. Salah satu komoditas tanaman yang banyak ditanama oleh anggota kelompok tani adalah tanaman jagung. Serangan hama Spodoptera frugiperda merupakan masalah utama yang dihadapi dalam budidaya tanaman jagung . Hama ini sangat merugikan dan dapat menyebabkan kegagalan panen. Upaya pengendalian hama yang umum dilakukan adalah penggunaan insektisida kimia sintetis. Penggunaan insektisida kimia sintetis banyak menimbulkan dampak negatif baik terhadap lingkungan maupun kesehatan manusia. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah transfer teknologi tentang upaya pengendalian hama S. frugiperda dengan jamur entomopatogen yang ramah lingkungan. Jamur entomopatogen besifat spesifik, sehingga untuk mendapatkan isolat jamur yang murni perlu dilakukan eksplorasi dari ulat S. frugiperda yang terinfeksi jamur dan teknik perbanyakannya.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan ketrampilan kepada mitra agar dapat mengeksplorasi jamur entomopatogen dari lapang, memperbanyak dan mengaplikasikannya. Metode pelaksanaan dengan melalui pendampingan dan pembuatan demplot. Metode ceramah dan diskusi dilakukan sebagai media alih informasi yang bersifat interaktif dan berlangsung dua arah. Metode ini merupakan inisiasi program dengan harapan mitra mempunyai pengetahuan dasar yang baik tentang eksplorasi, perbanyakan dan aplikasi jamur entompatogen untuk pengendalian hama S. frugiperda. Demplot budidaya tanaman jagung dikelola dengan teknologi yang mudah, murah dan tepat, sehingga diharapkan adopsi teknologi tersebut dapat diterima oleh masyarakat. Hasil dari kegiatan pengabdian ini adalah: meningkatnya ketrampilan petani dalam mengendalikan hama S. frugiperda dengan menggunakan jamur entomopatogen serta mengurangi penggunaan insektisida kimia sintetis yang mencemari lingkungan dan berbahaya bagi manusia
SAYURAN ORGANIK SISTEM VERTIKULTUR AQUAPONIK SEBAGAI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN
Public awareness of food safety and nutrition causes people to give more attention to the quality and safety of vegetables consumed and wanting foods all natural and free of chemicals, from pesticides, hormones and fertilizers. The problem is not knowing partners vegetable cultivation technology package of environmentally friendly, both in terms of economic, health, and food security that can be implemented to take advantage of the yard. To overcome the problem of multiple partners to offer technology solutions that are technology transfer through mentoring, education, and demonstration plots. The objective of this activity is functioning yard area around the housing by planting vegetables environmentally friendly biopesticide technology transfer "Basubio" as a biological control and biological fertilizers. Methods lectures and discussions were conducted as a medium of information transfer that is interactive and takes place in both directions. This method is an initiation program to expectations, the group partners will have a good basic knowledge about the knowledge of vegetable production in environmentally friendly ways to utilize the vacant land around their house, so as to create a comfortable environment, and the harvest can be consumed safely. Implementation of the program continued with the increasing skills through training members of the Dasawisma is equipped with a demonstration plot. The results of the activities undertaken include: the cultivation of vegetables vertikultur environmentally friendly, vegetable crops on vacant land that is not utilized, manufacture biofertilizer and biopesticide active ingredient B. subtilis, to support the health and food safety. The impact of this activity to increase knowledge and skills of the Dasawisma reached 95% and add a beautiful environment and the results of the vegetables can be utilized in their daily food needs.Kesadaran masyarakat akan keamanan pangan dan gizi menyebabkan masyarakat memberikan perhatian lebih besar pada kualitas dan keamanan produk sayuran yang dikonsumsi dan menginginkan makanan yang serba alami dan bebas dari bahan kimia, baik dari pestisida, hormon dan pupuk. Permasalahan mitra adalah belum mengetahui paket teknologi budidaya sayuran secara ramah lingkungan, baik dari segi ekonomi, kesehatan, dan keamanan pangan yang dapat diterapkan untuk memanfaatkan pekarangan secara vertikultur aquaponik. Untuk mengatasi permasalahan mitra beberapa solusi teknologi yang ditawarkan adalah transfer teknologi melalui pendampingan, pendidikan, dan demplot. Tujuan kegiatan ini adalah memanfaatkan lahan pekarangan di sekitar pemukiman dengan menanam tanaman sayuran ramah lingkungan dengan teknologi vertikultur aquaponik dan aplikasi basubio sebagai pengendali hayati dan pupuk hayati. Metode ceramah dan diskusi dilakukan sebagai media alih informasi yang bersifat interaktif dan berlangsung dua arah. Metode ini merupakan inisiasi program dengan harapan, kelompok mitra mempunyai pengetahuan dasar yang baik tentang pengetahuan budidaya tanaman sayuran secara vertikultur aquaponik, memanfaatkan lahan kosong di sekitar rumah mereka, sehingga tercipta lingkungan yang nyaman, dan hasil panennya dapat dikonsumsi secara aman. Penerapan program dilanjutkan dengan peningkatan ketrampilan anggota kelompok Dasawisma melalui pelatihan dilengkapi dengan demplot. Hasil kegiatan yang dilakukan antara lain: budidaya sayuran secara vertikultur aquaponik yang ramah lingkungan. Pembuatan biofertilizer dan biopestisida berbahan aktif B. subtilis, pembuatan MOL (mikroorganisme lokal) dan pestisida nabati untuk mendukung kesehatan dan keamanan pangan. Dampak dari kegiatan ini menambah pengetahuan dan ketrampilan kelompok Dasawisma mencapai 95% dan menambah indah lingkungan dan hasil sayurannya dapat dimanfaatkan dalam kebutuhan makan sehari-hari
PEMANFAATAN PEKARANGAN DENGAN BUDIDAYA MELON HIDROPONIK UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA KELOMPOK WANITA TANI MEKARSARI KELURAHAN TANJUNG, KECAMATAN PURWOKERTO SELATAN, KABUPATEN BANYUMAS, PROVINSI JAWA TENGAH
The yard is the land around the residence or house. In general, the yard is still not used optimally. Hydroponic melon cultivation is a system of plant cultivation without using soil as a medium for plant growth with additional nutrients for growth. The purpose of this community service activity that has been carried out is to increase the efficiency of using yard land by hydroponically cultivating melons, increasing family income, and the ability of partners to cultivate melons hydroponically. The service methods that have been carried out are education, training, demonstration plots, mentoring, and equipped with learning by-doing techniques. The service strategy that has been used is the empowerment of the target group with a Participatory Rural Appraisal approach. The technology that has been presented is hydroponic melon cultivation with a drip fertigation system, monitoring activities to monitor the presence of pests and diseases, and control of melon pests and diseases using entomo-pathogenic and antagonistic fungi. The results of the activities that have been carried out show that: technology transfer activities regarding the use of yards with hydroponic melon cultivation can increase the knowledge and skills of the target audience, farming efficiency, and income. --- Pekarangan adalah lahan yang ada di sekitar tempat tinggal atau rumah. Pada umumnya pekarangan masih belum dimanfaatkan secara optimum Budidaya tanaman melon secara hidroponik adalah sistem budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tumbuh tanaman dengan tambahan nutrisi untuk pertumbuhannya. Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan pekarangan dengan budidaya tanaman melon secara hidroponik, meningkatkan pendapatan keluarga dan kemampuan mitra dalam budidaya tanaman melon secara hidroponik. Metode pengabdian yang dilakukan adalah pendidikan, pelatihan, demplot, pendampingan serta dilengkapi dengan teknik belajar sambil bekerja (learning by doing). Strategi pengabdian yang digunakan adalah pemberdayaan kelompok sasaran dengan pendekatan Partisipatory Rural Appraisal. Teknologi yang disampaikan adalah budidaya melon hidroponik dengan sistem fertigasi tetes, kegiatan monitoring untuk memantau keberadaan hama dan penyakit, serta pengendalian hama dan penyakit melon menggunakan jamur entomopatogen dan antagonis. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa: kegiatan alih teknologi tentang pemanfaatan pekarangan dengan budidaya melon hidroponik dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan khalayak sasaran, efisiensi usaha tani, dan pendapatan.
Komunitas Bakteri Perakaran dan Potensi Polygala paniculata sebagai Pestisida Nabati pada Tanaman Tomat
Balsam grass (Polygala paniculata) is a grass often found in rice fields and plantations. This grass is known as an herbal plant due to its ingredients that can be used for treatment. In agriculture, this grass has not been widely used. P. paniculata is known as a place for bacteria to colonize the roots, besides that the content of flavonoids, steroids and alkaloids has the potential to affect insect habitat. This study aims to determine the microbial community on the roots of balsam grass and the effectiveness of this plant as a biopesticide. This research was conducted by isolating the root bacteria of P. paniculata around tomato plantations and to determine their effectiveness in suppressing the pathogens of Fusarium wilt and bacterial wilt and extracting plant to determine its effect on insect vectors that cause viral diseases. The results showed that the root microbial communities of P. paniculata varied and some had antagonistic properties against Fusarium sp. with suppression of up to 83.63%, while thesuppression on Ralstonia solanacearum was 67.21%. Aphid mortality test from plant extracts showed a mortality of up to 60%. While the potency of the extract showed antifungal and antibacterial activity with a strong suppression of> 50% at a concentration of 0.5%. While the insecticidal activity is >60% at a concentration of 0.5%.Tumbuhan balsem (Polygala paniculata) merupakan rumput yang seringkali dijumpai di persawahan dan perkebunan. Di bidang kesehatan, rumput ini dikenal sebagai tanaman herbal karena kandungannya yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan. Di bidang pertanian, rumput ini belum dimanfaatkan secara luas. P. paniculata diketahui tempat bakteri berkoloni di perakaran, selain itu kandungan flavonoid, steroid dan alkaloidnya berpotensi untuk mempengaruhi habitat serangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunitas bakteri pada perakaran rumput balsam dan keefektifan tanaman ini sebagai pestisida nabati. Penelitian dilakukan dengan mengisolasi bakteri perakaran P. paniculata yang tumbuh di sekitar pertanaman tomat dan untuk mengetahui efektivitasnya dalam menekan patogen penyebab layu Fusarium dan layu bakteri serta mengekstrak bagian tanaman untuk mengetahui efeknya terhadap serangga vektor penyebab penyakit virus. Hasil menunjukkan komunitas bakteri perakaran P. paniculata bervariasi dan beberapa mempunyai sifat antagonis terhadap Fusarium sp. dengan penekanan hingga 83,63%, sedangkan penekanan terhadap Ralstonia solanacearum sebesar 67,21%. Uji mortalitas Aphid dari ekstrak tanaman menunjukkan mortalitas hingga 60%. Sedangkan potensi ekstrak menunjukkan aktivitas antijamur dan antibakteri dengan penekanan yang kuat >50% pada konsentrasi 0,5%. Sedangkan aktivitas insektisidal >60% pada konsentrasi 0,5%.  
Komunitas Bakteri Perakaran dan Potensi Polygala paniculata sebagai Pestisida Nabati pada Tanaman Tomat
Balsam grass (Polygala paniculata) is a grass often found in rice fields and plantations. This grass is known as an herbal plant due to its ingredients that can be used for treatment. In agriculture, this grass has not been widely used. P. paniculata is known as a place for bacteria to colonize the roots, besides that the content of flavonoids, steroids and alkaloids has the potential to affect insect habitat. This study aims to determine the microbial community on the roots of balsam grass and the effectiveness of this plant as a biopesticide. This research was conducted by isolating the root bacteria of P. paniculata around tomato plantations and to determine their effectiveness in suppressing the pathogens of Fusarium wilt and bacterial wilt and extracting plant to determine its effect on insect vectors that cause viral diseases. The results showed that the root microbial communities of P. paniculata varied and some had antagonistic properties against Fusarium sp. with suppression of up to 83.63%, while thesuppression on Ralstonia solanacearum was 67.21%. Aphid mortality test from plant extracts showed a mortality of up to 60%. While the potency of the extract showed antifungal and antibacterial activity with a strong suppression of> 50% at a concentration of 0.5%. While the insecticidal activity is >60% at a concentration of 0.5%.Tumbuhan balsem (Polygala paniculata) merupakan rumput yang seringkali dijumpai di persawahan dan perkebunan. Di bidang kesehatan, rumput ini dikenal sebagai tanaman herbal karena kandungannya yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan. Di bidang pertanian, rumput ini belum dimanfaatkan secara luas. P. paniculata diketahui tempat bakteri berkoloni di perakaran, selain itu kandungan flavonoid, steroid dan alkaloidnya berpotensi untuk mempengaruhi habitat serangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunitas bakteri pada perakaran rumput balsam dan keefektifan tanaman ini sebagai pestisida nabati. Penelitian dilakukan dengan mengisolasi bakteri perakaran P. paniculata yang tumbuh di sekitar pertanaman tomat dan untuk mengetahui efektivitasnya dalam menekan patogen penyebab layu Fusarium dan layu bakteri serta mengekstrak bagian tanaman untuk mengetahui efeknya terhadap serangga vektor penyebab penyakit virus. Hasil menunjukkan komunitas bakteri perakaran P. paniculata bervariasi dan beberapa mempunyai sifat antagonis terhadap Fusarium sp. dengan penekanan hingga 83,63%, sedangkan penekanan terhadap Ralstonia solanacearum sebesar 67,21%. Uji mortalitas Aphid dari ekstrak tanaman menunjukkan mortalitas hingga 60%. Sedangkan potensi ekstrak menunjukkan aktivitas antijamur dan antibakteri dengan penekanan yang kuat >50% pada konsentrasi 0,5%. Sedangkan aktivitas insektisidal >60% pada konsentrasi 0,5%.  
PEMANFAATAN BIOPESTISIDA BERBASIS MIKROBA ANTAGONIS DALAMPENGEOLAAN TANAMAN JAHE MERAH RAMAH LINGKUNGAN DI KECAMATAN KEDUNGBANTENG BANYUMAS
Kecamatan kedungbanteng Banyumas mempunyai potensi yang tinggi sebagai sentra produksi jahe merah. Kelompok Pemuda “Bimawega”, dan “Taruna Tani” Desa Kutaliman, Kecamatan Kedungbanteng Banyumas merupakan kelompok pemuda tani yang secara intensif mengusahakan komoditas ini. Namun pengelolaannya masih kurang memuaskan. Permasalahan utamanya adalah tingginya serangan penyakit busuk rimpang Fusarium oxysporum.Selama ini upaya pengendalian yang dilakukan hanya mengandalkan penggunaan fungisida sintetik. Namun hasilnya kurang memuaskan disamping harganya yang makin mahal dan dampak ekologinya yang tinggi. Pengendalian ramah lingkungan dengan pemanfaatan mikroba antagonis belum diinformasikan dan diadopsi petani setempat.Berdasarkan permasalahan tersebut, dilakukan kegiatan Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) yang bertujuan: meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani tentang pengendalian penyakit tanaman jahe yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan dengan memanfaatkan mikroba antagonis,meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman, serta meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan efisiensi usaha tani. Metode yang digunakan adalah alih teknologi melalui pendidikan dan pelatihan serta demplot. Hasil kegiatan adalah peningkatan pengetahuan petani dan ketrampilan petani dalam pengendalian pengendalian penyakit tanaman jahe ramah lingkungan dengan menggunakan pestisida berbasis mikroba antagonis sebesar 62,47 %, dan peningkatan pertumbuhan tanaman jahe demplot sebesar 40,03% serta penekanan intensitas penyakit sebesar 50,69 %
Pemanfaatan Bioinsektisida Ekstrak Daun Azadirachtaindica A. Juss. Sebagai Pengendali Hayati Ulat Daunkubis Plutella Xylostella L.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan (1). berapa konsentrasi ekstrak daun Azadirachta indica yang efektif mempengaruhi kematian ulat daun kubis Pultella xylostella, (2) bagaimana interaksi antara konsentrasi
dcngan jumlah kcmatian ulat daun kubis P. xylostella. Kubis merupakan salah satu tanaman sayuran pentinng, disamping kentang, tornat dan buncis. Kubis merupakan sumber vitamin C dan beberapa jenis mineral, terutama kalsium dan fosfor. Dalam usaha meningkatkan produksi kubis sering mengalami
berbagai hambatan dan salah satu diantaranya adalah gangguan hama ulat daun kubis Plutella xylostella L
POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN
A research has been conducted to know: effects of citronella leaf and serai leaf ash to mortality, numbers of eggs and adults of C. analis emerged on stored soybean seeds; damage and weight reduction of stored soybean seeds attacked by C. analis; and effective doses of the citronella leaves and leaf ash for controlling the pest. The research was carried out in the Laboratory of Plant Pest Faculty of Agriculture Jenderal Soedirman University for four months. It used a factorial randomized complete block design with three replicates. The first factor was citronella leaf doses (control, 2 g/500 g, 4 g/500 g, and 6 g/500 g of soybean seeds). The second one was doses of citronella leaf ash (control, 0.3 g/500 g, and 0.6 g/500 g of soybean seeds). Results of the research performed that combined treatments in the highest leaf and leaf ash doses could increase the mortality of the C. analis adults until 98.99%. Such combined doses were also able to suppress deposited eggs and adult emergence. The highest doses of the citronella leaf and leaf ash in combination decreased seed damage (9.56%) and seed weight reduction (2.4%) of soybean. Effective doses of the citronella leaf and leaf ash for controlling the pest were 6 g/500 g and 0.6 g/500 g of soybean seeds