21 research outputs found
Aplikasi Tepung Daun Gamal (Gliricidia sepium) yang Difermentasi sebagai Penyusun Ransum Pakan terhadap Laju Pertumbuhan Ikan nila (Oreochromis niloticus)
Pemanfaatan tepung daun gamal terfermentasi dalam ransum pakan dapat dijadikan bahan baku alternativ. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi tepung daun gamal yang difermentasi dalam ransum pakan terhadap pertumbuhan ikan nila serta persentase pemberian yang optimal dalam ransum pakan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan benih ikan nila. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah penambahan tepung daun gamal terfermentasi dengan kosentrasi 40%, 30%, 20 % dan 0%. Hasil penelitian terbaik diperoleh pada perlakuan A dengan kosentrasi tepung daun gamal hasil fermentasi sebanyak 40% dengan nilai SGR 0,7%, FCR 1,7 dan retensi protein 14,99
Pengaruh tanaman berbeda pada sistem akuaponik terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan lele (Clarias sp)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tanaman berbeda pada sistem akuaponik terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan lele (Clarias sp). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), menggunakan analysis of variance (ANOVA). Selanjutnya dilakukan uji lanjut menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa adanya pengaruh nyata perlakuan pada kelangsungan hidup dan pertumbuhan bobot mutlak tetapi tidak berpengaruh pada pertumbuhan panjang mutlak benih ikan lele. Kelangsungan hidup tertinggi ditunjukkan pada perlakuan B (kangkung) sebesar 86.7% diikuti perlakuan C (kangkung dan sawi) sebesar 75.0% dan terendah pada perlakuan C (sawi) sebesar 55.0%. Sedangkan pertumbuhan bobot mutlak tertinggi pada perlakuan B (kangkung) dan C (kangkung dan sawi) dengan rata-rata sama dengan 1.97 gram, sedangkan perlakuan A (kontrol) dan D (sawi) secara dengan rata-rata pertumbuhan bobot mutlak sebesar 1.69 gram dan 1.54 gram secara berurutan.This study aims to determine the effect of different plants on aquaponic system on the survival rate and growth of catfish seeds (Clarias sp). The method used was experimental with four treatments and three replications. The experiment used was randomized design. Data were analyzed by using analysis of variance (ANOVA). The results showed that there were a significant effect of treatment on survival and absolute weight growth but did not affect the absolute length growth of catfish fingerling. The highest survival was shown in treatment B (water spinach) of 86.7% followed by C (water spinach and mustard greens) treatment of 75.0% and the lowest in C treatment (mustard greens) amounted to 55.0%. Additionally, the highest absolute weight growth were in treatment B (water spinach) and C (water spinach and mustard greens) with the same average to 1.97 gram, while treatment A (control) and D (mustard greens) were 1.69 gram and 1.54 grams respectively
The Effect of Various Amounts of Artemia on the Growth and Survival of Post Larvae (PL1-10) Vannamei Shrimp (Litopenaeus vannamei)
This study aims to determine the effect of various numbers of artemia on the growth and survival of post larvae (1-10) vannamei shrimp (Litopenaeusvannamei). The design used in this study was a non-factorial completely randomized design (CRD) consisting of 3 treatments and 3 repetitions. The dose of artemia (treatment) used was 5-6 individual artemia/pl, 7-8 individual artemia/pl and 9-10 individual artemia/pl. Vannamei shrimp (PL1-PL10) tested were 100 heads per liter of water in a 12L container for 10 days of rearing period. Data were analyzed by using Variety Print Analysis. The results showed that the administration of various amounts of artemia had a significant effect (P<0.005) on survival and growth in absolute length of vannamei shrimp (PL1-PL10). The survival of shrimp that was classified as feasible was at a dose of 7-8 individual artemia/pl as much as 74% pl compared to a dose of 5-6 individual artemia/pl and at a dose of 9-10 individual artemia/pl with survival of 52% pl and 34% pl. While the absolute best length was shown at a dose of 9-10 individuals artemia/pl was at an average level of 5.6 mm, whereas at a dose of 5-6 individuals artemia/pl was at an average level of 5.0 mm and the last at doses 7-8 artemia/pl individuals get an average of 4.8 mm.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai jumlah artemia terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup post larva (1-10) udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan acak lengkap (RAL) non factorial yang terdiri atas 3 perlakuan dan 3 pengulangan. Dosis artemia (perlakuan) yang digunakan sebanyak 5-6 individu artemia/pl, 7-8 individu artemia/pl dan 9-10 individu artemia/pl. Udang vannamei (PL1-PL10) yang diuji sebanyak 100 ekor per liter air dalam wadah 12L selama 10 hari masa pemeliharaan. Data dianalisis dengan menggunakan Analisis Sidik Ragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai jumlah artemia berpengaruh nyata (P<0.005) terhapad kelangsungan hidup dan pertumbuhan panjang mutlak udang vannamei (PL1-PL10). Kelangsungan hidup udang yang tergolong layak diberikan berada pada dosis 7-8 individu artemia/pl sebanyak 74% pl dibandingkan dengan dosis 5-6 individu artemia/pl dengan dan dosis 9-10 individu artemia/pl dengan kelangsungan hidupnya 52% pl dan 34% pl. Sementara panjang mutlak yang terbaik ditunjukkan pada dosis 9-10 individu artemia/pl berada ditingkat rata rata 5,6 mm, sedangkan pada dosis 5-6 individu artemia/pl berada ditingkat rata rata 5,0 mm dan yang terakhir pada dosis 7-8 individu artemia/pl mendapat rata rata 4,8 mm
Pemanfaatan limbah kulit ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) sebagai gelatin: Hidrolisis menggunakan pelarut HCl dengan konsentrasi berbeda
AbstrakKulit ikan tuna sirip kuning merupakan salah satu hasil samping produk perikanan yang belum maksimal pemanfataannya. Kulit ikan dapat dimanfaatkan sebagai gelatin. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh konsentrasi HCl terhadap jumlah rendemen gelatin yang dihasilkan. Perlakuan yang dilakukan pada penelitian ini adalah penambahan pelarut HCl dengan konsentrasi berbeda yaitu 1%, 2% dan 3% selama 48 jam (1;2 b/v). Ekstraksi gelatin dilakukan menggunakan akuades (1:2 b/v, 80ºC, selama 6 jam). metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Konsentrasi HCl yang digunakan berpengaruh terhadap jumlah rendemen gelatin yang dihasilkan. Rendemen tertinggi dihasilkan menggunakan konsentrasi HCl 3% yaitu 7,92% dari jumlah bahan baku tulang ikan. Gelatin yang diperoleh memiliki nilai kadar air sebesar 1,75%, abu 1,51% dan lemak sebesar 22,02%. Gugus fungsi yang dihasilkan pada perlakuan terbaik terdapat amida A, II dan III.Kata kunci: FTIR, gelatin, HCL, kulit ikan tuna, rendemenAbstractYellowfin tuna skin is one of the most potential solid waste of fisheries product that have not been maximally utilized. Fish skin can be used as gelatin, because it is contained collagen. Collagen of fish skin can be hydrolyzed into a gelatin. The purpose of this research is to study the effect of adding HCl with different concentration. The treatment apllied was the addition of HCl with different concentrations 1%, 2% and 3% with immersion of fish bone for 48 hours (1:2 w/v). HCl concentrations used has an effect for the gelatin yield. HCl 3% concentration was the best treatment of concentration with the best yield. The yield of gelatin obtained was 7.92% from total fish skin samples. It has moisture content of 1.75%, ash content of 1.51% and fat content of 22.02%. There was functional groups amida A, II and III.Keywords: FTIR; gelatin; HCL; tuna skin; rendeme
EFEKTIVITAS PENAMBAHAN CAIRAN RUMEN DOMBA KOMERSIL PADA PAKAN TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
Cairan rumen domba merupakan sumber enzim hidrolase yang murah dan mudah didapat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan bawal air tawar yang diberi cairan rumen domba komersial dan pakan dengan dosis berbeda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan 4 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali. Tiap perlakuan diberi dosis cairan rumen domba komersil P1= 0 ml (kontrol), P2= 25 ml, P3= 35 ml, dan P4= 45 ml. Hasil perlakuan tersebut memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang absolut, pertumbuhan bobot absolut, laju pertumbuhan harian dan rasio konversi pakan (RKP). Sedangkan kelangsungan hidupnya tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Pertumbuhan panjang absolut tertinggi terdapat pada P4 sebesar 3,40 cm, sedangkan pertumbuhan panjang absolut terendah terdapat pada P1 sebesar 2,73 cm. Pertumbuhan bobot absolut tertinggi terdapat pada P4 sebesar 11,79 g, sedangkan pertumbuhan bobot absolut terendah terdapat pada P1 sebesar 8,92 g. Laju pertumbuhan harian tertinggi terdapat pada P4 sebesar 3,65%, sedangkan laju pertumbuhan harian terendah terdapat pada P1 sebesar 3,10%. Dari hasil penambahan cairan rumen domba komersial dengan dosis berbeda pada pakan, semakin tinggi dosis cairan rumen domba komersial yang diberikan maka pertumbuhan yang dihasilkan akan semakin baik.Kata kunci: cairan rumen domba komersial, bawal, pertumbuhan, kelangsungan hidu
KINERJA PERTUMBUHAN IKAN GURAMI, Osphronemus goramy DENGAN PENAMBAHAN ARANG AKTIF TULANG IKAN KAMBING-KAMBING DALAM PAKAN
Ikan gurami merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang disukai oleh masyarakat. Namun, pertumbuhan ikan ini relatif lambat sehingga memerlukan salah satu solusi untuk mempersingkat masa pemeliharaan ikan. Arang aktif salah satu suplemen yang dapat ditambahkan dalam pakan. Limbah tulang ikan kambing-kambing merupakan salah satu limbah dari fillet ikan kambing-kambing yang belum termanfaatkan secara optimal sehingga berpotensi dijadikan arang aktif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan dosis penambahan arang aktif tulang ikan kambing-kambing yang optimal dalam pakan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ikan gurami. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan dua ulangan, sebagai perlakuan yaitu penambahan arang aktif dengan dosis berbeda. Perlakuannya antara lain T0 (0%), T1 (1%), T2 (2%), dan T3 (3%). Ikan uji yang digunakan ukuran bobot 2,2 ± 0,1 g dan panjang 5,3 ± 0,1 cm. Benih ikan gurami tersebut dipelihara dalam akuarium dengan volume air 72 liter, padat tebar 10 ekor/wadah dan dipelihara selama 60 hari. Setiap akuarium di setting resirkulasi dan heater. Parameter yang diamati adalah histologi usus, sintasan, pertumbuhan bobot mutlak (PBM), pertumbuhan panjang mutlak (PPM), laju pertumbuhan harian (LPH), dan rasio konversi pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan arang aktif tulang ikan kambing-kambing dalam pakan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan bobot, pertumbuhan panjang, laju pertumbuhan harian (P<0,05). Penambahan arang aktif 2% dalam pakan (T2) merupakan perlakuan terbaik terhadap ikan gurami dengan nilai pertumbuhan bobot 14,6 ± 0,3 g; pertumbuhan panjang 9,31 ± 0,1 cm; dan SGR 1,38 ±0%/hari. Sedangkan untuk panjang dan lebar vili usus pada perlakuan penambahan arang aktif 2% lebih kecil dibandingkan perlakuan lainnya.One of the development bottlenecks of gouramy farming is its relatively slow growth during rearing. One of the solutions to make the gourami farming economically feasible is shortening the fish culture period via improving its growth. Activated charcoal is a feed supplement that can be added to fish feed. Starry triggerfish fish bone waste is the potential to be processed as activated charcoal for the feed supplement. This study aimed to determine the optimal dose of addition of activated charcoal of starry triggerfish (ACST) fish bone in the feed to increase the growth of gouramy fish. The research design used was a completely randomized design with four treatments and two replications. The treatment consisted of different supplementation doses of activated charcoal in the feed. The treatments included 0% ACST (T0), 1% ACST (T1), 2% ACST (T2), 3% ACST (T3). The fish used were 2.2 ± 0.1 g in weight and 5.3 ± 0.1 cm in length. The gourami seeds were maintained in aquariums (each volumed 72 liters) with stocking density of 10 fish/aquarium and reared for 60 days. Each aquarium was equipped with a recirculation and heater systems. The parameters observed were intestinal histology, weight gain (WG), length gain (LG), specific growth rate (SGR), survival rate (SR), and feed conversion ratio (FCR). The results showed that the supplementation of ACST in the feed had significant effects on WG, LG, and SGR (P<0.05). The supplementation with 2% ACST in the feed was the best treatment for the growth performance of gouramy fish resulting in WG, LG, and SGR in 14.6 ± 0.3 g, 9.31 ± 0.1 cm, and 2.40 ± 0% per day, respectively. Meanwhile, supplementation of 2% ACTS in the diet resulted smaller of length and width of intestinal villi of gouramy than to the other treatments
Microplastics in sediment of Indonesia waters : A systematic review of occurrence, monitoring and potential environmental risks
Microplastics, or plastic particles smaller than 5 mm, are a growing ecotoxicological problem for both human health and aquatic habitats. Even though microplastic pollution affects the air, water, and land widely, these habitats are often viewed as distinct from one another while in fact they are tightly related. The purpose of this work is to review the body of scientific literature on microplastic studies in Indonesian watershed sediment. Google Scholar has identified around 57 papers about microplastic pollution that were published between 2017 and 2023. Papers about sediment for rivers, lakes, marine, and estuaries are categorized further based on (i) their occurrence and characterization, (ii) their intake by and effects on species, and (iii) their fate and transport issues. Even at low concentrations of 10 μg/mL, microplastics cause harmful effects for people and animals, including cytotoxicity, immunological response, oxidative stress, barrier characteristics, and genotoxicity. When marine animals eat microplastics, their gastrointestinal tract physiology changes, and they also experience immune system depression, oxidative stress, cytotoxicity, differential gene expression, and growth inhibition. In addition, the bioaccumulation of microplastics in aquatic creatures' tissues may harm the aquatic ecosystem and may spread to people and birds. Through behavioural changes and policy changes, such imposing taxes, bans, or price increases on plastic carrier bags, plastic usage has been dramatically decreased to 8–85% in many different nations across the globe. The strategy for minimizing microplastics is structured like an upside-down pyramid: prevention is at the top, then reduction, reuse, recycling, recovery, and, as the least desirable alternative, disposal.
Keywords:
Microplastics
Sediment
Indonesia Waters
Environmental Risk
Pollutant Aquati
PENGGUNAAN LIMBAH KULIT MANIHOT ESCULENTA POHL SEBAGAI BAHAN BAKU SUBSTITUSI TEPUNG TAPIOKA DALAM PAKAN BENIH Colossoma macropomum TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan limbah kulit singkong sebagai bahan baku substitusi tepung tapioka dalam pakan benih ikan bawal (Colossoma macropomum) yang berperan sebagai binder. Penelitian dilaksanakan pada Laboratorium Kesehatan dan Bioteknologi Akuakultur, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala. Metode penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan (A: pakan komersial, B: penambahan 15% tepung tapioka dalam pakan, C: penambahan 10% tepung tapioka, 5% tepung limbah kulit singkong, D: penambahan 5% tepung tapioka, 10% tepung limbah kulit singkong, E: penambahan 0% tepung tapioka, 15% tepung limbah kulit singkong). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan tepung tapioka 10% dan tepung limbah kulit singkong 5 % menghasilkan pertumbuhan berat mutlak (1,86±0,17 g), pertumbuhan Panjang mutlak (1,21±0,10 cm), kelangsungan hidup ikan 100%, dan FCR (1,89±0,10). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu tepung tapioka dapat disubstitusi dengan tepung limbah kulit singkong sebagai bahan baku pakan yang berfungsi sebagai binder.Kata Kunci : Pakan, Tepung tapioka; Binder; Limbah kulit singkon
Growth performance of gouramy (Osphronemus gouramy) with the addition of activated charcoal from tuna (Thunnus sp) bone waste in feed
This study aims to determine the effect of adding activated charcoal from tuna bones on the growth of gouramy. This research was conducted at the Integrated Laboratory of the Faculty of Fisheries, Abulyatama University, Aceh. The test fish used were gouramy seeds with a size of 2-3 g and 5-6 cm. This study used a non-factorial completely randomized design, consisting of four treatments and three replications, including A (control; without the addition of activated charcoal), B (addition of 1% activated charcoal in feed), C (addition of 2% activated charcoal in feed), and D (addition of 3% activated charcoal in feed) for 60 days of the rearing period. Fish are kept in an aquarium with a size of 60 x 40 x 40 cm as many as 10 fish per container with a water level of 30 cm. During the maintenance period, fish were fed twice a day at satiation. Parameters measured included survival, absolute weight and length growth, daily growth rate (LPH), and feed conversion ratio (FCR). The data were analyzed using analysis of variance (ANOVA). if significantly different, continue further testing using Duncan. The results showed that the addition of 2% tuna bone activated charcoal in feed affected growth performance including in absolute weight and length growth, SGR, and gave the best value on FCR and SR of 8.98 ± 0.20 g; 3.36±0.13cm; 2.60±0.11; 1.63; 100±0.00%.Keywords: activated charcoal; Osphronemus gouramy; growth; fish bon
The effect of banana peel flour (Musa paradisiaca) as additional feed raw materials for common carp (Cyprinus carpio)
Banana peel flour has a high nutritional content and can be used as a raw material for fish feed. The study was to find out the effect of banana peel flour as a raw material for feed on enhancing common carp fish growth. The study was conducted from February to April 2023 at the Fish Hatchery and Breeding Laboratory, Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala. The experimental group used a CRD with 5 treatments and 3 replications. The treatments included T0 (0%), T1 (2.5%), T2 (5%), T3 (7.5%), and T4 (10%) doses of additional Kepok banana peel flour. The sample fish used were an average weight of 1.64 ± 0.24 g fish.-1, which was cultured for 40 days. The parameters observed included survival, growth rate, and feed conversion ratio. The results revealed that adding Kepok banana peel flour as a raw material for common carp feed had a significant influence on absolute weight growth, specific growth rate, and feed conversion ratio (P0,5). The optimal percentage obtained was the addition of 7.5% banana peel flour in the feed formulation (T3) which was able to produce 1.73 ± 0.12% day-1 SGR. Hence, the addition of Kepok banana peel flour as a feed raw material is quite effective in supporting the growth of common carp