34 research outputs found

    KEPUASAN PASIEN BPJS PBI TERHADAP PELAYANAN PENDAFTARAN RAWAT JALAN DI RSUD KOJA

    Get PDF
    Kepuasan pasien merupakan suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkannya. Kepuasan yang tinggi akan menampilkan keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Tingkat kepuasan pasien menunjuk pada prioritas indikator kualitas pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran kepuasan pasien BPJS PBI terhadap pelayanan pendaftaran rawat jalan di RSUD Koja Jakarta. Metode yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan metode deskriptif. Perhitungan besar sampel menggunakan rumus estimasi proporsi didapatkan 70 sampel dengan metode pengambilan sampel yaitu Incidental/Convenience Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan pengisian sendiri oleh pasien dengan instrumen pedoman wawancara dan angket. Kepuasan pasien dinilai berdasarkan 5 dimensi yaitu Tangible, Responsivenes, Reliability Assurance dan Empathy. Persentase kepuasan pasien dari seluruh dimensi sebesar 89,44%. dan persentase ketidakpuasan sebesar 10,56%. Kepuasan pasien dilihat dari 5 dimensi yaitu dimensi Tangible (bukti nyata) sebesar 91,4%dimensi Responsiveness (daya tangkap) sebesar 88,6%, dimensi Reliability (kehandalan) sebesar 84,3%, dimensi Assurance (jaminan) sebesar 94,3% dan dimensi Emphaty (empati) sebesar 88,6%. Berdasarkan peraturan menteri kesehatan No/129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit bahwa salah satu standar minimal rawat jalan yaitu kepuasan pelanggan >90% (lebih dari 90%). Penulis menyarankan untuk rumah sakit menyediakan nomor antrian agar pasien lebih tertib saat melakukan pendaftaran rawat jalan. Disarankan untuk rumah sakit sebaiknya memperhatikan jaringan komputer/internet yang bermasalah agar pelayanan tidak terhambat

    GAMBARAN KEJADIAN DUPLIKASI PENOMORAN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT : LITERATURE REVIEW

    Get PDF
    Sistem penomoran dalam pelayanan rekam medis yaitu tata cara penulisan nomor yang diberikan kepada pasien yang datang berobat sebagai bagian dari identitas pribadi pasien yang bersangkutan. Bagian Tempat Pendaftaran Pasien (TPP) bertanggung jawab atas sistem penomoran yang terpadu untuk menilai bahwa pasien tidak menerima 2 kali nomor rekam medis agar tidak terjadi duplikasi nomor rekam medis pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui SPO pendaftaran di rumah sakit, persentase kejadian duplikasi penomoran rekam medis di rumah sakit, faktor apa saja yang menyebabkan duplikasi penomoran rekam medis di rumah sakit. Penelitian ini merupakan studi literature review dengan menggunakan 10 jurnal. Berdasarkan tinjauan terhadap 10 jurnal, pada hasil SPO pendaftaran terdapat 6 (60%) jurnal telah tersedianya SPO dan didapatkan 4 (40%) jurnal yang belum tersedianya SPO dan ditemukan 5 jurnal dengan angka duplikasi diatas 10%, adapun faktor yang menyebabkan terjadinya duplikasi yaitu man, money, method. dari man pasien lupa membawa kartu identitas pasien, pasien yang pernah berobat mengatakan belum pernah berobat, padahal pasien tersebut pasien lama, petugas kurang teliti dan kurang professional, petugas kurang disiplin menjalankan kebijakan SPO. Method Masih menggunakan penomoran manual, sehingga membuat petugas harus mengecek satu persatu, dan ada petugas yang tidak mencatat identitas pasien ke buku register. Machine terjadinya mati listrik sehingga mengakibatkan komputer error dan kesalahan dalam memberikan nomor rekam medis pasien. Dampak dari kesalahan pada pemberian pelayanan menjadi terhambat dan tidak berkesinambungannya isi berkas rekam medis pasien

    TINJAUAN DUPLIKASI PENOMORAN REKAM MEDIS DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.H.MARSIDI JUDONO BANGKA BELITUNG

    Get PDF
    Sistem penomoran dalam pelayanan rekam medis merupakan tata cara penulisan nomor yang diberikan untuk pasien yang datang berobat sebagai identitas pribadi pasien yang bersangkutan. Ada tiga jenis pemberian nomor pasien berdasarkan nomor rekam medis yaitu: pemberian nomor cara seri (Serial Numbering Sistem), pemberian nomor cara unit (Unit Numbering Sitem), dan pemberian nomor secara Seri Unit (Serial-Unit Numbering Sistem). Sistem penomoran rekam medis di RSUD Dr. H. Marsidi Judono ini menggunakan sistem penomoran secara Unit (Unit Numbering System) yang dimana sistem penomoran ini setiap pasien yang berkunjung pertama kali mendapat satu nomor rekam medis dan digunakan selamanya pada kunjugan berikutnya. Akan tetapi masih ditemukannya pasien yang memiliki lebih dari satu nomor rekam medis akibatnya terjadilah duplikasi penomoran. Masalah atau kendala terjadinya Duplikasi yaitu seringnya terjadi human error dan sistem error. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan metode observasi dan wawancara. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah rekam medis pasien IGD pada bulan juli tahun 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa duplikasi rekam medis yang terjadi sebanyak 18 (1,78%). Penduplikasian rekam medis pasien jika sering terjadi akan berdampak pada isi rekam medis pasien menjadi tidak berkesinambungan dan rak rekam medis akan cepat penuh. Diharapkan pihak rumah sakit lebih memperhatikan dan memberikan arahan kepada petugas pendaftaran supaya lebih teliti lagi pada saat menangani pasien sehingga tidak terjadi lagi penduplikasian rekam medis

    TINJAUAN KEPUASAN PENGGUNA DALAM MENGGUNAKAN REKAM MEDIS ELEKTRONIK (RME) DI RUMAH SAKIT SILOAM BALIKPAPAN

    Get PDF
    Rekam Medis Elektronik (RME) adalah teknologi informasi yang digunakan fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) dalam mengumpulkan, menyimpan, mengolah dan peng-akses-an data rekam medis pasien dari berbagai sumber data medis di fasyankes. Rumah Sakit Siloam Balikpapan sendiri telah menggunakan RME sejak tahun 2017. Salah satu bentuk evaluasi sistem yaitu melakukan pengukuran tingkat kepuasan pengguna terhadap sistem. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan pengguna terhadap sistem RME di Rumah Sakit Siloam Balikpapan, dalam penelitian ini penulis menggunakan metode End User Computing Satisfaction (EUCS). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah staf yang dapat mengakses dan dapat menggunakan sistem RME, dimana besaran sampel yang didapat dari hasil penghitungan jumlah populasi yaitu berjumlah 76 orang. Pengumpulan sampel dilakukan dengan menggunakan sistem random sampling. Teknik pengumpulan data dengana cara wawancara adapun intrumen pengumpulan data yaitu berupa kuisioner. Hasil dari penelitian terhadap 5 dimensi didapat kepuasan pengguna terhadap dimensi dimensi isi (content) sebesar 53,9%, dimensi keakuratan (accuracy) sebesar 56,5%, dimensi tampilan (format) sebesar 69,7%, dimensi ketepatan waktu (timeliness) sebesar 50% dan dimensi kemudahan dalam penggunaan (ease of use) sebesar 82,9%. Hasil akhir kepuasan pengguna terhadap sistem RME di Rumah Sakit Siloam Balikpapan didapatkan hasil 52,6% pengguna merasa puas dan 47,4% pengguna merasa tidak puas

    Tingkat Kepuasan Pasien BPJS Di Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Hermina Bitung Kabupaten Tanggerang

    Get PDF
    Patient satisfaction is a factor that can be used as a reference in determining the success of a service program. Patient satisfaction will arise when it is supported by good quality service. There are five dimensional aspects known as service quality (SERVQUAL), reliability, responsiveness, assurance, empathy, and tangible. These five dimensions influence patient satisfaction. This research aims to provide an overview of the level of satisfaction of outpatient BPJS patients at Hermina Bitung Hospital, Tanggerang Regency in 2023. This research uses a descriptive method with a quantitative approach with the data that has been collected being processed using SPSS (statistical packagen for the social sciences) then the results analyzed by measuring the average percentage for each patient criterion and a sample size of 76 respondents, from this research it can be concluded that patient satisfaction through the reliability dimension is 56.58%, the responsiveness dimension is 55.26%, the assurance dimension was 53.95%, the empathy dimension was 56.58%, while the direct evidence (tangible) was 51.32%. Thus, the researchers concluded that the number of BPJS patients in outpatient registration services was 52.63%. This result still does not reach the minimum service standard set by the Indonesian Ministry of Health in 2008, which is ≥90%

    TINJAUAN KESESUAIAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) DALAM KEGIATAN ASSEMBLING RAWAT INAP DI RS AS-SYIFA BENGKULU SELATAN

    Get PDF
    RS As-Syifa Bengkulu Selatan merupakan rumah sakit tipe D, yang memiliki jumlah tenaga perekam medis 9 orang, dengan jumlah tenaga assembling sebanyak 2 orang. Petugas assembling ini menjalankan pekerjaan yang merangkap, sehingga berdampak pada penumpukan rekam medis yang belum di assembling. Oleh karena itu harus disesuaikan antara beban kerja dan petugas yang tersedia, serta untuk meminimalisir kendala yang dihadapi oleh petugas assembling. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kebutuhan tenaga assembling agar sesuai dengan beban kerja dan untuk mengidentifikasi kendala yang terjadi pada bagian assembling. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Perhitungan kebutuhan tenaga assembling pada penelitian ini mengacu pada Permenpan RB Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Pedoman Analisis Jabatan Dan Analisis Beban Kerja. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa petugas assembling membutuhkan waktu 10,12 menit dalam melakukan kegiatan assembling 1 (satu) rekam medis rawat inap. Dengan jumlah beban kerja pada periode Januari-Desember 2020 sebanyak 7.198 rekam medis rawat inap. Sehingga didapatkan kebutuhan tenaga bagian assembling rekam medis sebanyak 1 (satu) orang. Saat ini jumlah tenaga assembling sebanyak 2 (dua) orang yang artinya berlebih 1 (orang), namun dikarenakan tenaga assembling memiliki tugas yang merangkap sehingga hal tersebut berdampak pada menumpuknya rekam medis rawat inap yang belum di assembling. Kata kunci : Beban kerja, assembling, rekam medis. &nbsp

    MANAJEMEN RISIKO DI RUANG PENYIMPANAN REKAM MEDIS (LITERATURE REVIEW)

    Get PDF
    Manajemen Risiko merupakan suatu usaha memberi jaminan keselamatan serta meningkatkan kualitas kesehatan pekerja dengan mencegah kecelakaan serta penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya lokasi kerja, promosi kesehatan serta rehabilitasis. Tujuan penelitian ini adalah guna mencari tahu manajemen risiko di ruang penyimpanan rekam medis rumah sakit. Metode yang dipakai yakni literature review melalui pencarian data base elektronik Google scholar. Hasil literature review ditemukan 5 artikel yang sesuai dengan kriteria dalam review ini.  Pengelolan manajemen risiko di ruang penyimpanan rekam medis dilakukan secara internal, namun belum ada SOP yang mengatur tentang bahaya risiko saat sedang bekerja, karena dengan adanya SOP bisa meminimalisir bahaya yang mengancam keselamatan pekerja Faktor risiko diruang penyimpanan rekam medis adalah faktor risiko fisik, faktor risiko biologi dan faktor risiko ergonomi

    TINJAUAN PELAKSANAAN PENYUSUTAN DAN PEMUSNAHAN REKAM MEDIS DI RSUD KOTA BOGOR

    Get PDF
    Rekam medis inaktif merupakan rekam medis  pasien yang telah tidak aktif selama minimal  5 tahun atau setelah meninggal dunia, yang berarti pasien sudah tidak menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan rumah sakit lagi. Rekam medis perlu dilakukan penyusutan, yaitu proses mengurangi dokumen rekam medis dengan memindahan rekam medis inaktif ke ruang inaktif, serta mengevaluasi dan memusnahkan rekam medis yang tidak dipakai lagi. Tujuan penelitian untuk mengetahui pelaksanaan penyusutan dan pemusnahan rekam medis di RSUD Kota Bogor. Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang memaparkan  hasil dari observasi di ruang filing dan wawancara. Hasil penelitian rumah sakit sudah memiliki SPO penyusutan rekam medis inaktif, serta SPO pemusnahan. Dalam pelaksanaan, petugas melakukan tindakan penyusutan dan pemusnahan saat jadwal sudah keluar atau setiap ada perintah. Kendala dalam pelaksanaannya yaitu belum ada petugas khusus yang menangani penyusutan dan melaksanakan alih media, jarak dan lokasi penyimpanan rekam medis berbeda gedung, dan belum memiliki sarana untuk alih media. Saran melakukan penyusutan setiap minggu agar rekam medis tidak bertumpuk,  ruang rekam medis inaktif terpisah, dan disediakan sarana proses alih media

    Faktor Yang Berpengaruh Dalam Penggunaan Sistem INA CBGs Di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi

    Get PDF
    The implementation of the financing system in hospitals using the INA-CBGs system. The INA-CBGs system is a payment made at a package rate covering all components of resources in hospitals used in services, both medical and non-medical services. This research aims to identify the application of the INA-CBGs system and factors influencing the 6M method. The method used in this research is descriptive analysis with a qualitative approach. Descriptive analysis is the process of analyzing, explaining and summarizing events and phenomena from data obtained through interviews and field observations directly regarding the use of the INA-CBGs system.  The results showed that the influence factor in the use of the INA-CBGs system can be reviewed from 6M. Man, the influence of humans is the incompatibility of the required crew with officers who do three jobs at once, the incompatibility of the educational background of outpatient coding officers with professional standards and the lack of implementation of special training regarding the INA-CBGs system. Materials, the influence of this factor is the unavailability of ICD-10 and ICD-9-CM books in casemix. Machines, the influence of machine factors, namely sometimes the internet is less stable and the lack of printer machines provided.  Methods, the influence of the method factor, namely the unformed SPO from the hospital regarding the use of the INA-CBGs system. Money, the supporting factor is that there is a reward in overtime to encourage officers, while the obstacle is the difference in hospital costs and INA-CBGs packages. Market, supporting influence in the target market, namely inpatient BPJS patients with class 3 selection
    corecore