12 research outputs found
PERAN PESANTREN IHYAUL ULUM DALAM MEMBENTUK CIVIL SOCIETY
Tulisan ini telah menghasilkan sebuah kajian tentang peran pesantren Ihyaul Ulum dalam membentuk civil society. Beberapa hal yang dihasilkan adalah: Pertama, pengasuh pondok pesantren Ihyaul Ulum (kyai Machfudh Ma’shum) mempunyai peran yang penting dalam pembentukan civil society. Hal itu dibuktikan dengan beberapa hal: kyai menerapkan pola kepemimpinan yang demokratis, menanamkan nilai-nilai demokrasi di pesantren, membangun hubungan sosial yang erat dengan masyarakat, memberikan pemahaman tentang kesetaraan gender, membentuk kehidupan pesantren secara integratif antara nilai spiritual, moral dan material, mempunyai kharisma yang luar biasa. Kedua, pola pembelajaran yang diterapkan di pondok pesantren Ihyaul Ulum adalah pembelajaran yang modern dan tradisional. itu semua dapat dilihat dari kurikulum yang digunakan, di pesantren ini kurikulum yang digunakan adalah gabungan dari kurikulum pendidikan nasional dan pesantren salafiyah. Pesantren ini tidak hanya mengajarkan santrinya dengan ilmu agama tetapi juga diajarkan tentang ilmu-ilmu umum dan keterampilan. Kondisi pembelajaran di pesantren ini tidak bersifat otoriter melainkan pembelajaran yang sangat demokratis. Penerapan pola pendidikan dan pembelajaran di pesantren ini telah mampu membentuk santri-santrinya menjadi manusia yang memahami karakteristik civil society dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, organisasi santri yang ada dalam pondok pesantren Ihyaul Ulum juga mendukung terbentuknya civil society. Beberapa organisasi yang diarahkan pada hal tersebut, antara lain: forum kajian sosial, forum kepemimpinan, dan lain-lain. Itu semua merupakan cikal bakal terbentuknya civil society dalam sebuah tatanan kehidupan masyarakat
PERAN PENGENALAN DALAM ISLAM
Tulisan ini menyajikan sebuah cara untuk mengenal islam secara utuh dan benar. Ada beberapa cara pengenalan agar islam itu dapat difahami secara utuh dan benar, antara lain sebagai berikut. Pertama, mengenalkan kepada umat iIslam bahwa dalam memahami Islam itu harus difahami dari sumbernya yang asli, kemudian karya ulama yang jelas dan sumbernya juga jelas. Kedua, mengenalkkan kepada umat Islam bahwa Islam itu harus dipelajari secara integral tidak dengan cara parsial. Ketiga, mengenalkan kepada umat Islam bahwa Islam itu perlu dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh ulama menurut versi al-Qur’an. Keempat, mengenalkan kepada umat Islam agar Islam itu dipelajari dari ketentuan normative teologis kitab Allah SWT dan Sunnah Nabi SAW, baru kemudian dihubungkan dengan fakta historis empiris, atau dengan disiplin ilmu yang berkembang saat ini
Penerapan Authentic Assesment Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Ma’arif 1 Karangbinangun Lamongan
Abstract, Changes in educational paradigms that initially made teachers as actors and instructors turned into facilitators and motivators. This paradigm shift has also become a reference for curriculum changes, and currently the curriculum developed by the government is the 2013 curriculum. This curriculum is a curriculum loaded with efforts to shape the character of learners and also competence, in practice to achieve the curriculum objectives assessment is an important aspect must be done as a way of measuring student learning outcomes, and Authentic Assessment is the thing that is emphasized in the implementation of the 2013 curriculum. Therefore, every education unit must strive to implement this Authentic Assessment in order to get a comprehensive value between the value of knowledge, attitudes and skills.Keywords: authentick, assessment, assessment, authentic, and Islamic religious educatio
NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KARYA SASTRA MODERN
Literature is a work that describes the problems of life. Literature in describing human life is inseparable from human and humanitarian problems. The problems in human life are inseparable from the lives of its author and readers, so literature is an effective means of translating the inner world of human beings. Literary works are basically the embodiment of the lives of writers' observations of their surrounding lives. Aside from being entertainment, literary works are also a means conveying the ideas and thoughts in terms of culture, social, and even religion. In literature there are constituent elements, namely themes, mandates, figures, characrers, and languages which are all packaged in aesthetic and imaginative forms. These elements contain ideas related to, among others, religious values. Religious values that are able to color the author's creativity, aesthetics, and imagination include the values of faith, scientific, moral, and social values. These values are the basic ones that form the main foothold in the world of Islamic religious education. This proves that literary works can be a means of transforming written and implied values of life in addition to contributing to the readers and the connoisseurs of literature
Wajah Pendidikan Islam di Spanyol pada Masa Daulah Bani Umayyah
Ketika periode klasik islam mulai memasuki masa kemunduran, dan eropa mulai bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan eropa tidak hanya dalam bidang politik yang bisa ditunjukkan dengan keberhasilan mereka mengalahkan kerajaan-kerajaan besar. Tetapi, kemajuan mereks juka ditunjukkan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan eropa tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan islam yang berkembang di spanyol.[1] Ketika islam mencapai masa keemasannya, spanyol merupakan pusat peradaban islam yang sangat penting, bahkan bisa menyaingi perkembangan peradaban islam di Baghdad yang saat itu dipimpin oleh daulah bani abbasiyah.
[1] Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam, dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999) hal. 8
Konsep Evaluasi dalam Pendidikan Islam
Evaluasi merupakan proses penaksiran terhadap ada tidaknya perkembangan, untuk mengettahui kadar dan tingkat kemajuan seseorang sebagai alat untuk membantu seseorang agar merubah sikap dan tingkah lakunya dan untuk mempertimbangkan kecukupan alat yang dipakai maupun administrasi yang ada.
Sasaran evaluasi dalam pendidikan islam adalah sejauh mana loyalitas dan pengabdian seorang hamba kepa Allah SWT, sejauh mana dia dapat mengaplikasikan islam ditengah masyarakat, lingkungan alam, dan bagaimana dia memposisikan dirinya di hadapan Allah dan di sisi manusia.
Dasar melaksanakan evaluasi dalam pendidikan islam tidak memandang formalitas, tetapi substansi dan kualitas sebuah tindakan, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Hajj: 37 bahwasanya “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridaan Allah tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya”.
Dalam melaksanakan evaluasi seorang evaluator harus memperhatikan prinsip-prinsip kontinuitas, komperhenship, objektifitas baik diterapkan kepada diri sendiri maupun orang lain
Media Power Point dalam Pembelajaran
Media merupakan sebuah alat pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh setiap guru ketika ingin melaksanakan proses belajar mengajar, karena jika dalam sebuah pembelajaran tidak ada pengembangan dalam penggunaan media maka proses belajar mengajar akan menjadi monoton dan tidak menyenangkan, bahkan siswa cenderung malas mengikuti pembelajaran. jika hal itu terjadi sudah bisa dipastikan kegagalan proses belajar mengajar telah gagal. Menghadapi era digital 4.0 seorang guru harus benar-benar mampu menggunakan berbagai macam multi media dalam pembelajaran, guru tidak diperkenankan hanya menggunakan lembar kerja siswa saja ketika mengajar. Di era ini guru seyogyanya menggunakan media pembelajaran yang berbasis teknologi seperti internet atau memanfatkan microsoft PowerPoint sebagai media ketika ingin menyampaikan materi kepada siswa
Srategi dan Metode Pembelajaran Tematik serta Penerapannya pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembangunan pendidikan nasional diyakini belum mencapai hasil yang maksimal, sebagian dapat dilihat dari prilaku dan sikap sebagian siswa dalam kehidupan sosialnya yang tidak sejalan dengan nilai dan norma social yang berlaku. Salah satu sebab rendahnya mutu pendidikan adalah belum efektifnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran selama ini masih berorientasi pada penguasaan teori dan hafalan sehingga peserta didik terhambat, disisi lain penerapan strategi dan metode pembelajaran yang berorientasi pada guru mengabaikan hak-hak dan kebutuhan serta pertumbuhan dan perkembangan siswa sehingga proses pembelajaran yang menyenangkan tidak bisa optimal. Karena itulah dipandang sangat perlu bagi semua guru untuk memahami strategi dan metode pembelajaran sehingga diharapkan nantinya dapat menjadikan proses pembelajaran lebih berjalan dengan efekti
PERAN PESANTREN IHYAUL ULUM DALAM MEMBENTUK CIVIL SOCIETY
Tulisan ini telah menghasilkan sebuah kajian tentang peran pesantren Ihyaul Ulum dalam membentuk civil society. Beberapa hal yang dihasilkan adalah: Pertama, pengasuh pondok pesantren Ihyaul Ulum (kyai Machfudh Ma’shum) mempunyai peran yang penting dalam pembentukan civil society. Hal itu dibuktikan dengan beberapa hal: kyai menerapkan pola kepemimpinan yang demokratis, menanamkan nilai-nilai demokrasi di pesantren, membangun hubungan sosial yang erat dengan masyarakat, memberikan pemahaman tentang kesetaraan gender, membentuk kehidupan pesantren secara integratif antara nilai spiritual, moral dan material, mempunyai kharisma yang luar biasa. Kedua, pola pembelajaran yang diterapkan di pondok pesantren Ihyaul Ulum adalah pembelajaran yang modern dan tradisional. itu semua dapat dilihat dari kurikulum yang digunakan, di pesantren ini kurikulum yang digunakan adalah gabungan dari kurikulum pendidikan nasional dan pesantren salafiyah. Pesantren ini tidak hanya mengajarkan santrinya dengan ilmu agama tetapi juga diajarkan tentang ilmu-ilmu umum dan keterampilan. Kondisi pembelajaran di pesantren ini tidak bersifat otoriter melainkan pembelajaran yang sangat demokratis. Penerapan pola pendidikan dan pembelajaran di pesantren ini telah mampu membentuk santri-santrinya menjadi manusia yang memahami karakteristik civil society dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, organisasi santri yang ada dalam pondok pesantren Ihyaul Ulum juga mendukung terbentuknya civil society. Beberapa organisasi yang diarahkan pada hal tersebut, antara lain: forum kajian sosial, forum kepemimpinan, dan lain-lain. Itu semua merupakan cikal bakal terbentuknya civil society dalam sebuah tatanan kehidupan masyarakat
PENDEKATAN PERSUASIF GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KENAKALAN SISWA DI SMA HASYIM ASY'ARI 2 GLAGAH LAMONGAN TAHUN PELAJARAN 2017/2018.
Siswa adalah calon remaja yang akan menjadi generasi muda pada masyarakat yang akan datang. Dapat diperkirakan bahwa gambaran siswa sekarang adalah pencerminan masyarakat yang akan datang. Perubahan zaman yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu mengakibatkan perubahan sosial, dengan semakin canggihnya teknologi komunikasi, transportasi dan sistem informasi membuat perubahan masyarakat semakin melaju dengan cepat. Dalam menghadapi situasi yang demikian siswa sering kali memiliki jiwa yang lebih sensitif, yang pada akhirnya tidak sedikit siswa yang terjerumus kepada hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai moral, norma agama, norma social serta norma hidup bermasyarakat.
Penulisan ini secara teoritis mengetengahkan tentang pendekatan persuasif guru agama Islam mata pelajaran akidah akhlak dan korelasinya terhadap tingkat kenakalan siswa di sekolah. Adapun tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya dan sejauh mana korelasi antara keduanya.
Populasi penelitian ini adalah 88 siswa dengan sampel 72 dari siswa kelas X dan XI SMA Hasyim Asy'ari 2 dengan menggunakan teknik Quota Proposional Stratified Random Sampling. Sedangkan pengumpulan data dengan menggunakan metode angket sebagai metode primer, adapun interview dan observasi sebagai metode pelengkap. Hasil penelitian dianalisa dengan metode statistik melalui analisa Yule’s Q.
Berdasarkan penelitian penulis, didapatkan data bahwa nilai mean pendekatan persuasif guru agama islam mata pelajaran akidah akhlak di SMA Hasyim Asy'ari 2 adalah 27,16 dengan kategori baik. Sedangkan untuk tingkat kenakalan siswa 16,86 dengan kategori rendah. Dan menurut analisa data Yule’s Q dihasilkan data 0,38 yang juga menurut konversi nilai Q terdapat korelasi positif yang sedang antara pendekatan persuasif seorang guru agama Islam mata pelajaran akidah akhlak dengan tingkat kenakalan siswa disekolah.
Hal ini mengindikasikan bahwa semakin intens persuasi seorang guru agama Islam mata pelajaran akidah akhlak kepada siswa, maka semakin rendah tingkat kenakalan seorang siswa disekolah