7 research outputs found

    Strategi Penanganan Permukiman Kumuh (Studi Kasus : Kawasan Kaligawe, Semarang)

    Full text link
    Tingginya jumlah penduduk di pusat kota mengharuskan terpenuhinya kebutuhan akan permukiman yang layak huni, khususnya untuk menampung kaum urbanis yang pekerjaannya terkonsentrasi pada sektor perdagangan dan jasa di kawasan komersial yang ada di pusat kota. Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap di pusat kota ini menimbulkan daya tarik bagi masyarakat untuk bermukim di kawasan tersebut. Mereka membutuhkan tempat hunian lebih banyak berada di sekitar kawasan komersial kota, hal ini dimungkinkan juga karena mereka mendekati pusat perdagangan untuk membuka USAha dengan memanfaatkan keramaian dan padatnya pengunjung yang berdatangan ke pusat-pusat perbelanjaan di kota. Selain itu alasan lain bagi masyarakat tertarik untuk bertempat tinggal di sekitar kawasan pusat kota karena lebih memudahkan jangkauan tempat kerja bagi mereka yang bekerja di pusat kota, serta memenuhi kebutuhan tempat tinggal masyarakat yang banyak bekerja di kawasan Central Bussiness District (CBD) kota. Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap di pusat kota juga menjadi daya tarik masyarakat untuk tinggal di kawasan tersebut. Dengan tingkat pendapatan dan perekonomian masyarakat yang kurang begitu tinggi, tanpa disadari kebutuhan akan permukiman yang layak huni sulit terakomodir. Hal tersebut terjadi pada kota- kota besar di Indonesia seperti halnya di Semarang.Hasil penelitian Universitas Islam Sultan Agung Semarang (Unissula) menunjukkan 42 titik lokasi permukiman kumuh berada di Kecamatan Semarang Utara, diantaranya. Titik-titik permukiman kumuh, antara lain berada di daerah Krakasan, Makam Kobong, Stasiun Tawang, Bandarharjo, Kebonharjo, Kampung Melayu, Tanjung Mas, Dadapsari, Purwosari, Plombokan, dan Panggung. Berdasarkan hasil studi yang sama, sejumlah kawasan di Kecamatan Tugu juga dihuni oleh kaum suburban, diantaranya permukiman kumuh di Mangkang Kulon, Mangkang Wetan, Mangunharjo, Randugarut, Karanganyar, Tugurejo, dan Jrakah. Daerah Semarang bagian utara menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendatang. Kawasan dekat pantai seperti Bandarharjo dan Mangunharjo menjadi pusat perdagangan dan industri yang menarik orang untuk datang dan bekerja.Proses terbentuknya permukiman kumuh, terjadi karena para pekerja memilih tinggal di dekat tempat kerja. Perkembangan Kota Semarang bermula dari sekitar pelabuhan yang diikuti pertumbuhan industri di sekitar Genuk dan Kaligawe. Sementara perdagangan dan jasa berada di sekitar Johar. Perkembangan yang begitu pesat di pusat perdagangan, industri, dan jasa mengakibatkan kebutuhan akan lahan semakin meningkat. Sementara pada bagian lain, para pendatang seringkali tidak memiliki keterampilan dan bekal yang cukup dari kampung halaman. Mereka kemudian mencari tempat tinggal seadanya di dekat pabrik atau pantai. Sedikit demi sedikit permukiman kumuh pun terbentuk. Adapun kebutuhan rumah tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang kian meningkat pertumbuhannya

    Strategi Penanganan Kebencanaan Di Kota Semarang (Studi Banjir Dan Rob)

    Full text link
    Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang rawan bencana. Bencana mengakibatkan penderitaan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam maupun non alam. Bencana yang sangat menonjol di Kota Semarang adalah banjir dan rob.Fokus dan tujuan penelitian ini adalah bagaimana strategi yang telah ada di Rencana Strategi (Renstra) guna pencapaian penanganan banjir dan rob di Kota Semarang. Mengunakan metode analisis SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunities, Threats) dalam analisis lingkungan strategis yang ada dalam penanganan banjir dan rob. Setelah isu-isu dalam lingkungan strategis diketahui, selanjutnya diuji dengan litmust test. Penilitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan informan yang berasal dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Pengelolaan Sumber Daya Air, dan masyarakat korban banjir dan rob di Kota Semarang.Hasil penelitian yakni pada strategi penanganan banjir dan rob di Kota Semarang menghasilkan strategi bekerjasama dengan dinas/instansi, LSM, dan stakeholder lainnya, melakukan penyuluhan dan pendekatan pada masyarakat lebih intensif, peningkatan pengawasan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan pengoptimala

    PEMANFAATAN WAKTU LUANG NELAYAN DI LUAR PEKERJAANNYA KE LAUT

    No full text
    In order side of his work in fishing and sailing on the sea, the fisherman has a lot of time that useless effectively. There are many hours that can be used for increasing his income or earning. His unoccupied time generally used for selling “bakso”, as a driver of “ojek” small trading, boot rental for fishing as hobbies etc. Using this unoccupied time ussally caused of the grand wave on the sea, so, it’s dangerous for him to sail. Other fisherman has skill to make something got from the sea has value added, like to make “terasi”. The fisherman got the information from the government how to develop his skill to increasing his income

    Pemanfaatan Waktu Luang Nelayan Di Luar Pekerjaannya Ke Laut

    Full text link
    In order side of his work in fishing and sailing on the sea, the fisherman has a lot of time that useless effectively. There are many hours that can be used for increasing his income or earning. His unoccupied time generally used for selling “bakso”, as a driver of “ojek” small trading, boot rental for fishing as hobbies etc. Using this unoccupied time ussally caused of the grand wave on the sea, so, it's dangerous for him to sail. Other fisherman has skill to make something got from the sea has value added, like to make “terasi”. The fisherman got the information from the government how to develop his skill to increasing his income
    corecore