4 research outputs found
Identifikasi Sifat Benih Kawista (Feronia Limonia (L.) Swingle) Untuk Tujuan Penyimpanan
Penanganan benih yang tepat dapat mempertahankan mutu benih selama penyimpanan atau dapat menekan laju kemunduran benih seminimal mungkin. Dalam terminologi penanganan benih terdapat tiga kelompok benih yaitu benih ortodoks, rekalsitran dan intermediate. Sampai saat ini belum diketahui apakah benih kawista masuk dalam kelompok ortodoks, rekalsitran atau intermediate sehingga dalam rangka untuk mempertahankan viabilitasnya selama dalam penyimpanan perlu dilakukan identifikasi sifat benih kawista. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi sifat benih kawista untuk tujuan penyimpanan. Benih kawista yang digunakan berasal dari Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Pengujian sifat benih dengan menggunakan metode yang dikemukakan Hong & Ellis (1996). Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap bobot kering dan kadar air benih selama perkembangan benih mulai dari antesis sampai benih masak. Hasil penelitian menunjukkan benih kawista termasuk dalam kriteria benih ortodoks, karena tetap menunjukkan viabilitas yang tinggi yang ditunjukkan oleh persentase perkecambahan yang tetap tinggi dan tidak berbeda nyata pada beberapa tingkat kadar air. Persentase perkecambahan berkisar antara 96,0-98,5% pada semua kadar air, yaitu kadar air 40,6% (kadar air setelah ekstraksi); 10,5% dan 5,5% (baik sebelum maupun setelah disimpan tiga bulan pada suhu -20 0C) dengan bobot kering kecambah yang tidak berbeda nyata
Identifikasi Sifat Benih Kawista (Feronia Limonia (L.) Swingle) Untuk Tujuan Penyimpanan
Penanganan benih yang tepat dapat mempertahankan mutu benih selama penyimpanan atau dapat menekan laju kemunduran benih seminimal mungkin. Dalam terminologi penanganan benih terdapat tiga kelompok benih yaitu benih ortodoks, rekalsitran dan intermediate. Sampai saat ini belum diketahui apakah benih kawista masuk dalam kelompok ortodoks, rekalsitran atau intermediate sehingga dalam rangka untuk mempertahankan viabilitasnya selama dalam penyimpanan perlu dilakukan identifikasi sifat benih kawista. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi sifat benih kawista untuk tujuan penyimpanan. Benih kawista yang digunakan berasal dari Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Pengujian sifat benih dengan menggunakan metode yang dikemukakan Hong & Ellis (1996). Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap bobot kering dan kadar air benih selama perkembangan benih mulai dari antesis sampai benih masak. Hasil penelitian menunjukkan benih kawista termasuk dalam kriteria benih ortodoks, karena tetap menunjukkan viabilitas yang tinggi yang ditunjukkan oleh persentase perkecambahan yang tetap tinggi dan tidak berbeda nyata pada beberapa tingkat kadar air. Persentase perkecambahan berkisar antara 96,0-98,5% pada semua kadar air, yaitu kadar air 40,6% (kadar air setelah ekstraksi); 10,5% dan 5,5% (baik sebelum maupun setelah disimpan tiga bulan pada suhu -20 0C) dengan bobot kering kecambah yang tidak berbeda nyata
Kajian Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Kawista (Feronia Limonia (L.) Swingle)
Tanaman kawista adalah tanaman buah yang saat ini termasuk tanaman langka terancam punah, sehingga perlu upaya pelestarian dengan memperbanyak populasi tanaman. Salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan tanaman adalah ketersediaan benih berkualitas dalam jumlah cukup dan tepat waktu. Sampai saat ini teknologi penyimpanan benih kawista belum tersedia, sehingga dibutuhkan kajian penyimpanan benih agar benih tersedia saat dibutuhkan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap viabilitas dan vigor benih kawista. Penelitian merupakan percobaan faktorial dengan menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama suhu penyimpanan, terdiri 3 level, yaitu 25-30 °C (suhu kamar), 18-19 °C (suhu ruang ber- AC), dan 7-9 °C (suhu kulkas). Faktor kedua lama penyimpanan, terdiri 3 level, yaitu 1, 2, dan 3 bulan. Hasil penelitian menunjukkan Suhu penyimpanan berpengaruh terhadap kadar air benih kawista, semakin tinggi suhu penyimpanan menyebabkan kadar air semakin menurun. Lama penyimpanan berpengaruh terhadap kadar air benih, semakin lama benih disimpan menyebabkan kadar air semakin menurun. Tidak terdapat perbedaan perlakuan penyimpanan pada suhu 25-30 0C, suhu 18-19 0C dan suhu 7-9 0C sampai tiga bulan dengan tanpa penyimpanan terhadap viabilitas dan vigor benih kawista. Penyimpanan benih kawista pada suhu 25-30 0C (suhu kamar) dan 18-19 0C (suhu ruang ber-AC) memberikan viabilitas dan vigor lebih tinggi dibanding suhu 7-9 0C (suhu kulkas). Penyimpanan benih kawista selama dua bulan memberikan viabilitas dan vigor benih lebih tinggi dibandingkan penyimpanan satu dan tiga bulan. Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk penyimpanan benih kawista dilakukan pada suhu 25-30 0C (suhu kamar) atau 18-19 0C (suhu ruang ber-AC) dengan lama penyimpanan tidak lebih dari dua bulan
Pengaruh Giberelin Terhadap Perkecambahan Benih Dan Pertumbuhan Semai Kawista (Feronia Limonia (L.) Swingle)
Wood-apple is a rare plant that is almost extinct, so efforts are needed to increase the population. Wood-apple is generally propagated generatively. Wood-apple seeds need 2-3 weeks to germinate, so when germinated many seeds are rotten before germination. Soaking in gibberellins is one way that can be done to shorten germination. The study aimed to determine the effect of concentration and duration of soaking in gibberellins on germination and growth of wood-apple seedlings. The study consisted of two factors which were designed in a completely randomized design. The first factor was the concentration of gibberellins, consisting of three levels, namely 25 ppm (k1), 50 ppm (k2), and 75 ppm (k3). The second factor was soaking time, consisting of three levels, namely 6 hours (l1), 9 hours (12), and 12 hours (13), so there were 9 treatment combinations and one treatment without gibberellins (control), each treatment was repeated three times. The results showed that the gibberellin treatment increased the height of the seedlings compared to the control. The concentration of gibberellins affects the length and diameter of the hypocotyl and the length of the radicle. Concentrations of 50 and 75 ppm resulted in higher hypocotyl diameter and radicle length than 25 ppm. The concentration of 75 ppm gave the highest hypocotyl length. Soaking time affects the percentage of germination, germination rate, and growth rate of wood-apple seedings. Soaking in gibberellins for 12 hours gave a Faster growth rate of seedlings than 6 and 9 hours