90 research outputs found
METODE PENANAMAN NILAI MORAL UNTUK ANAK USIA DINI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan metode pe¬nanaman nilai moral untuk anak usia dini yang dilakukan di be¬berapa Taman Kanak-kanak di Kota Yogyakarta yang memiliki karakteristik pendidikan Islam. Dari metode penanaman nilai moral yang diterapkan tersebut kemudian dicari pengaruhnya terhadap keberhasilan dalam metode penanaman nilai moral, sehingga dapat diketahui sejauh mana keberhasilan penggunaan metode tersebut dalam menanamkan nilai-nilai moral untuk anak usia dini. Selain itu penelitian ini juga untuk mengetahui kendala-kendala yang di¬hadapi guru dalam menerapkan metode penanaman nilai moral kepada anak di sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan meng¬gunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah para guru di 5 (lima) Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) Muhammadiyah yang ada di wilayah Kota Yogyakrta. Kelima TK tersebut meliputi: TK ABA Dukuh Gedongkiwo, TK ABA Karangkajen, TK ABA Karangkunhti, TK ABA Pandeyan II, dan TK ABA Karanganyar. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Wawancara digunakan untuk men¬jaring data atau informasi yang berkaitan dengan metode penanam¬an nilai moral, pengaruh terhadap keberhasilan penanaman nilai moral, dan kendala-kendala yang dihadapi. Observasi digunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang metode yang di¬gunakan dalam penanaman nilai moral. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai gambaran keberadaan obyek yang diteliti. Selain itu, untuk melengkapi data hasil observasi dan wawancara.Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk ke¬perluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode penanaman nilai moral yang digunakan di lima TK ABA adalah sebagai berikut: bercerita, bermain, karyawisata, bernyanyi, outbond, pem¬biasaan, teladan, syair, dan diskusi. Dari beberapa metode yang digunakan tersebut yang seringkali digunakan adalah bercerita dan pembiasaan. Metode penanaman nilai moral tersebut ternyata dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku siswa, dari yang tidak baik menjadi baik. Seperti setelah mendengarkan cerita atau me¬lalui pembiasaan perilaku, anak yang semula memiliki perilaku tidak baik kemudian berubah menjadi baik. Namun demikian da¬lam pelaksanaan metode penanaman nilai moral tersebut ditemui beberapa kendala sebagai berikut: kurangnya pengetahuan atau teknik dalam bercerita dan kurangnya media yang digunakan dalam bercerita sehingga cerita kurang menarik perhatian siswa. Kendala lain yang ditemui adalah ketika guru menerapkan metode pem¬biasaan perilaku seringkali terjadi ketidakkonsistenan antara apa yang dilakukan oleh guru di sekolah dengan apa yang dilakukan oleh orang tua di rumah dan lingkungan sekitar tempat ia tinggal. Seringkali terjadi apa yang telah diberikan di sekolah berbeda dengan apa yang diberikan oleh orang tua dan apa yang didapatkan oleh anak dari lingkungan tempat ia tinggal. Untuk mengatasi ken¬dala seperti ini guru lebih mengintensifkan komunikasi dengan orang tua siswa. Langkah ini dilakukan secara kontinyu melalui pertemuan rutin secara berkala, seperti pertemuan bulanan, tri wulan, atau pertemuan satu semester sekali. Cara tersebut dinilai efektif untuk menjaga kesinambungan antara apa yang diberikan oleh guru di sekolah dengan apa yang diberikan oleh orang tua di rumah dan apa yang diterima anak dari lingkungannya. FISE, 2007 (PPKN
Strategi Pembelajaran Pendidikan Multikultural Berbasis Budaya Lokal
Nation Indonesia is a multicultural nation, therefore, education should be developed in accordance with the conditions of a multicultural society. Appropriate education for development in a multicultural society is multicultural education. In a study of multicultural education is necessary to increase the awareness that all learners have special characteristics because of their age, religion, gender, social class, ethnic, racial, or cultural characteristic embedded in each self. Multicultural education deals with the idea that all learners regardless of their cultural characteristics, should have equal opportunities to learn in school. Differences that exist between them is a must, and that difference must be received in reasonable not to discriminate. In order to achieve the goals of multicultural education needs to develop appropriate learning strategies and appropriate, one of which is based on learning the local culture. Local culture is a culture that is direct, close, and physically is all around us. Local culture is usually introduced by family and close relatives. Each region in Indonesia has a specificity that can be the regional identity. The specificity could be because of race, history, location, religion, and beliefs espoused. Diversity and distinctiveness can be used by teachers in developing multicultural education
Strategi Internalisasi Nilai-nilai Moral Religius dalam Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi
A Strategy to Internalize Moral and Religious Values in LearningProcesses in Higher Education. This study aims to describe a strategy tointernalize moral and religious values in learning processes in higher education.This research was a descriptive study employing the qualitative approach. Theresearch subjects were lecturers in the Department of Civic and Law Education,Faculty of Social Sciences and Economics, Yogyakarta State University. The datawere collected through interviews, observations, and documents. The datatrustworthiness was assessed by the triangulation technique. The results show thatstrategies to internalize moral and religious values in learning processes include:modeling, analyzing actual problems in society, developing contextual educativevalues, and strengthening moral values that the students have already possessed
Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Wawasan Global Warga Negara Muda
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan nilai-nilai dasar yang perlu dikembangkan dalam pendidikan kewarganegaraan untuk membangun wawasan global warga negara muda. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode grounded theory. Sumber data terdiri atas sumber kepustakaan dan responden yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling.Teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi, wawancara, dan observasi. Analisis data menggunakan analisis induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai dasar yang perlu dikembangkan dalam pendidikan kewarganegaraan untuk membangun wawasan global warga negara muda dalam konteks Indonesia antara lain adalah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan sosial, kompetisi, menghormati orang lain, kemerdekaan, dan perdamaian
STRATEGI INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL RELIGIUS DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI
A Strategy to Internalize Moral and Religious Values in Learning Processes in Higher Education. This study aims to describe a strategy to internalize moral and religious values in learning processes in higher education. This research was a descriptive study employing the qualitative approach. The research subjects were lecturers in the Department of Civic and Law Education, Faculty of Social Sciences and Economics, Yogyakarta State University. The data were collected through interviews, observations, and documents. The data trustworthiness was assessed by the triangulation technique. The results show that strategies to internalize moral and religious values in learning processes include: modeling, analyzing actual problems in society, developing contextual educative values, and strengthening moral values that the students have already possessed. Keywords: strategy to internalize moral and religious values, learning processe
PEMBINAAN KARAKTER KEWARGAAN MULTIKULTURAL BERBASIS PILAR-PILAR KEBANGSAAN DI MADRASAH ALIYAH SE-DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Penelitian ini memiliki dua tujuan utama. Pertama, mengidentifikasi model
pembinaan karakter kewargaan multikultur berbasis nilai-nilai kebangsaan,
keagamaan dan kearifan lokal yang tepat di Madrasah Aliyah. Kedua,
mengimplementasikan alternatif model pembinaan karakter kewargaan multikultur
berbasis nilai-nilai kebangsaan, keagamaan dan kearifan lokal di Madrasah Aliyah.
Penelitian tahun kedua pada tahun 2015 ini dilakukan di tiga Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) Se-Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dipilih secara purposif, yakni
MAN Yogyakarta 1 di Kota Yogyakarta, MAN Wonokromo di Kabupaten Bantul,
dan MAN Maguwoharjo di Kabupaten Sleman.
Penelitian dilakukan melalui focus group discussion (FGD) bersama pimpinan
madrasah aliyah negeri, guru-guru Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan
Agama, Bimbingan Konseling, karyawan, dan pengurus organsisasi siswa intra
sekolah (OSIS) di tiga MAN tentang kebutuhan praktis pembinaan karakter
kewargaan multikultur berbasis nilai-nilai kebangsaan, keagamaan, dan nilai
kearifan lokal di sekolah. Selain itu data penelitian mendasarkan diri kepada
observasi dan dokumentasi implementasi pembinaan karakter kewargaan
berdasarkan buku panduan yang telah disosialisasikan melalui FGD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai karakter kewargaan
multikultural yang diidentifikasi dari “Pilar-pilar Kebangsaan dan Kenegaraan”
MPR, nilai-nilai keagamaan (Islam), dan kearifan lokal telah dikembangkan secara
langsung dan tidak langsung baik di dalam pembelajaran (program kurikuler)
maupun kultur sekolah. Implementasi model pembinaan karakter kewargaan
multikultural di masing-masing sekolah ditandai oleh keragaman latar belakang
pendirian sekolah, iklim sekolah, lingkungan masyarakat. Selain itu, keragaman
pemahaman keyakinan keagamaan para siswa yang cenderunh homogen
beragama Islam turut mempengaruhi implementasi model pembinaan karakter
kewargaan multikultur berbasis nilai kebangsaan, keagamaan dan kearifan lokal
Penerapan Penggunaan Bandicam pada Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Untuk Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa
This study aimed to describe the implementation and the enhancement of student learning outcomes after applying the bandicam application in the Pancasila Education Course. This study was a qualitative approach with a class action research type. Implementation of the action in two cycles, with one meeting each cycle. This study uses four stages in each cycle: planning, action, observation, and reflection. Data collection techniques through tests and documentation. Data analysis utilized qualitative and quantitative descriptive techniques. The study results show that the bandicam application in the Pancasila Education Course includes initial, core, and closing activities. Student cognitive learning outcomes in cycle I obtained an average of 66.67 percent with 16 people in the complete category, and in cycle II, as many as 21 students with an average of 91.67 percent in the complete category. An increase in student learning outcomes occurred after using the bandicam application
THE URGENCY OF POLITICAL ETHICS OF PANCASILA FOR THE MILLENNIAL GENERATION TOWARDS GOLDEN INDONESIA 2045
Indonesian nation in welcoming the Golden Indonesia 2045 will achieve demography bonus which is appreciable that it is needed the existence of steady generation i.e., millennial generation. The aim of the research was to analyze the nature of political ethics in Indonesia and the essence of the millennial generation towards the Golden Indonesia 2045. This research used a qualitative approach by library research type. The technique of data collection used to support this research includes library research from various previous results research having linkages. The source data used in this research is obtained from books, scientific articles, scientific research reports, journals as well as related sources with this research. The analysis used in this research used content analysis. The results of the study show intelligent golden degeneration that can build a better life, is a generation that prioritizes the public interest, appreciate togetherness, patience, having religious values and norms, nationalism, patriotism, confidence, fairness, self-respect, superior, moral, religious, smart and have global competitiveness. Socialization of Pancasila towards the Golden Indonesia 2045 as a building character for the millennial generation is more relevant to be done by education trilogy, such as family, school and community becomes an activator of character building and mentality of the golden generation. Article visualizations
PENINGKATAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN (CIVIC SKILLS) MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KEWARGANEGARAAN BERBASIS PORTOFOLIO
Bergulirnya era reformasi yang dimotori oleh gerakan mahasiswa membawa perubahan hampir di semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada masa reformasi Pendidikan Kewarganegraan juga sedang dalam proses perubahan menuju Pendidikan Kewarganegaraan dengan paradigma baru (New Indonesian Civic Education). Pendidikan Kewarganegaraan paradigma baru berorientasi pada terbentuknya masyarakat sipil (civil society) dengan memberdayakan warga negara melalui proses pendidikan agar mampu berperan serta secara aktif dalam sistem pemerintahan negara yang demokratis.
Untuk mencapai visi dan misi PKn paradigma baru kemudian dikembangkan tiga kompetensi yang harus dimiliki siswa yang meliputi: pengetahuan kewarganegaraan (civic knowldge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), karakter kewarganegaraan (civic disposition/traits). Keterampilan kewarganegaraan yang akan dikembangkan sangat terkait erat dengan strategi pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran kewarganegaraan di sekolah. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) adalah strategi pembelajaran PKn berbasis portofolio.
Strategi pembelajaran berbasis portofolio diyakini sebagai salah satu strategi pembelajaran yang dapat melatih siswa atau mahasiswa berperan serta secara aktif dalam sistem pemerintahan. Melalui penerapan strategi pembelajaran berbasis portofolio peserta didik dilatih untuk turut serta dalam mempengaruhi kebijakan publik yang akan dibuat oleh pemerintah. Strategi ini memungkinkan peserta didik, baik siswa maupun mahasiswa, berlatih memadukan antara konsep yang diperoleh dari buku atau penjelasan guru dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan kewarganegaraan yang diperoleh peserta didik dapat tercermin dari prosedur pengembangan portofolio yang meliputi identifikasi masalah, identifikasi alternatif pemecahan masalah, pemilihan alternatif, penentuan rencana tindakan (action plan), pengembangan portofolio, menyajikan portofolio, dan merefleksikan pengalaman belajar
- …