11 research outputs found
GENEALOGI ULAMA HADIS NUSANTARA
Abstract
This article tries to illustrate the geneology of hadith studies in
Nusantara. Even though it does not cover such studies in the whole
meaning, some basic points therein reveals important informations
which are absent in previous studies. Al-Tarmisi, the important figure
in the early history of hadith studies in Nusantara, enjoys a great
reputation, particularly amongst the muhaddithîn. This is because,
among some, he posed connected links (i.e. isnâd) to the transmitters of
the first generation.
Abstrak
Tulisan ini menguaraikan geneologi kajian hadis di Nusantara.
Meskipun tidak mencakupi geneologi kajian hadis dalam arti
keseluruhan, namun poin-poin penting dalam isu terkait menyingkap
beberapa hal yang kiranya tidak terdapat pada sumber-sumber lainnya.
At-Tarmasi, sebagai salah seorang figure paling penting dalam sejarah
awal kajian hadis di Nusantara, memiliki reputasi yang mendunia. Hal
ini karena ia memiliki ketersambungan geneologis dengan para perawi
hadis periode pertama
MELACAK AKAR PEMBELAJARAN DI HADITS NUSANTARA
Abstrak
Living-hadis merupakan suatu bentuk pemahaman hadis yang berada dalam level praksis lapangan. Oleh karena itu, pola pergeseran yang digagas oleh Fazlur Rahman tidak berbeda dengan kajian living-hadis. Apa yang dijalankan di masyarakat kebanyakan tidak sama sesuai dengan misi yang diemban Rasulullah saw., melainkan berbeda sesuai dengan konteks yang ditujunya. Ada perubahan dan perbedaan yang menyesuaikan karakteristik masing-masing lokalitasnya. Pemahaman hadis seperti ini biasanya menggunakan pendekatan kontekstual. Pemahaman terhadap hadis, baik secara tekstual maupun kontekstual, dan kemudian diaplikasikan dalam sebuah tradisi yang berkembang di masyarakat, keduanya bisa dimasukkan dalam kategori living-hadis.
Abstract
Living-hadis is the comprehension of hadis under the level of practice. Based on this, the shift of what Fazlur Rahman initiates does not differ all the way around from the study of living-hadis. Such comprehensions reflected in the level of practise, however, in some cases do not correspond with how others understand the hadis in question, but more reflect the contexts of different societies, which is to say, the cotextual comprehension. Any textual and contextual comprehension of hadis which is reflected in the level of practice within any society can be regarded to as living- hadis.
Kata Kunci: Living-Hadi