188 research outputs found

    Al gorithma tryagain select dan selectien sampling untuk pemilihan sampel acak sederhana dengan bahasa basic

    Get PDF
    Sampling acak merupakan metode guna memilih sampel yang dapat mewakili populasi. Jika dalam pemilihan sampel semua anggota populasi diikut sertakan secara langsung, sampling acak yang digunakan untuk pemilihan sampel dinamakan sampling acak sederhana. Dalam sampling acak sederhana, pemilihan sampel secara undian merupakan permasalahan untuk populasi yang berukuran besar. Dengan menggunakan bantu komputer, pemilihan sampel secara undian tidak merupa¬kan masalah, balk untuk populasi berukuran besar atau kecil

    Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja dan Dasolin pada Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di Kabupaten Sumenep Tahun 2014

    Get PDF
    Universitas Diponegoro Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Kesehatan Ibu dan Anak 2016 ABSTRAK Fitriah Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja dan Dasolin pada Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di Kabupaten Sumenep Tahun 2014 xvii+ 163 Halaman + 35 tabel + 3 Gambar + 12 Lampiran Salah satu upaya untuk menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu) dengan melaksanakan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dalam wujud kegiatan tabulin dan dasolin yang difasilitasi bidan desa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor – faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan desa sebagai fasilitator dalam kegiatan dasolin dan tabulin pada program P4K di Kabupaten Sumenep Tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan design cross sectional.Variabel bebas(umur, status perkawinan, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, motivasi dan supervisi), variabel terikat (kinerja bidan desa). Jumlah sampel 90bidan desa yang berada di 30 puskesmas. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Analisis bivariat dengan uji chi-square dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden memiliki kinerja kurang (30%), umur muda (31,1%), status perkawinan tidak menikah (24,4%), pendidikan kurang (42,2%), pengetahuan kurang (35,6%) pengalaman kurang (77,8%), motivasi kurang (26,7%), supervisi kurang (24,4%) pada pengelolaan kegiatan tabulin dan dasolin diwilayah kerjanya. Ada hubungan positif antara pengetahuan ( p = 0,019)dan supervisi (p = 0,037) terhadap kinerja bidan desa sebagai fasilitator dalam pelaksanaan kegiatan tabulin dan dasolin pada program P4K.Ada pengaruh bersama – sama antara pengetahuan (p=0,07) dan Supervisi ( p= 0,013) terhadap kinerja bidan desa sebagai fasilitator dalam pelaksanaan kegiatan tabulin dan dasolin pada program P4K. Disarankan kepada Dinas kesehatan beserta pihak puskesmas dan IBI untuk mengadakan pelatihan dan workshop atau sosialisasi kepada bidan desa mengenai program P4K khususnya kegiatan dasolin dan tabulin. Kata kunci : Kinerja, Bidan Desa, Kegiatan Tabulin dan Dasolin, Kabupaten Sumenep. Kepustakaan : 55 (1993-2012) Diponegoro University Faculty of Public Health Master’s Study Program in Public Health Majoring in Maternal and Child Health 2016 ABSTRACT Fitriah Factors Relating to Performance and Social Fund for Delivery on a Delivery Planning and Complication Prevention Program (P4K) in District of Sumenep in 2014 xvii + 163 pages + 35 tables + 3 figures + 12 appendices One of the efforts to decrease maternal mortality rate (MMR) was an implementation of a delivery planning and complication prevention program (P4K) in activities of delivery mother’s saving and social fund for delivery conducted by village midwives. The aim of this study was to analyse factors relating to performance of a village midwife as a facilitator in the activities of delivery mother’s saving and social fund for delivery on the P4K in District of Sumenep in 2014. This was an analytic-observational study using a cross-sectional approach. Independent variables consisted of age, marital status, education, knowledge, experience, motivation, and supervision and a dependent variable was performance of village midwives. Number of samples were 90 village midwives working at 30 health centres. Data collection used a structured questionnaire that had been performed tests of validity and reliability. Furthermore, data were analysed using methods of bivariate (Chi-Square test) and multivariate (Logistic Regression test). The results of this research showed that respondents had low performance (30%), young age (31.1%), not married (24.4%), low education (42.2%), low knowledge (35.6%), low experience (77.8%), low motivation (26.7%), and low supervision (24.4%) in managing the activities of delivery mother’s saving and social fund for delivery at their work areas. Variables of knowledge (p=0.019) and supervision (p=0.037) statistically significantly related to the performance of village midwives. These two variables jointly influenced the performance of village midwives with p values= 0.07 and 0.013 respectively. District Health Office, Health Centre, and Indonesian Midwives Association need to conduct training, workshop, or socialisation to village midwives regarding the P4K particularly the activities of delivery mother’s saving and social fund for delivery. Keywords : Performance, Village Midwife, Activities of Delivery Mother’s Saving And Social Fund For Delivery, District Of Sumenep Bibliography: 55 (1993-2012

    Evaluasi Manajemen Program Perawatan Metode Kangguru (PMK) untuk Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Gunung Jati Cirebon

    Get PDF
    Universitas Diponegoro Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Minat Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak 2013 ABSTRAK Eva Susanthi Evaluasi Manajemen Program Perawatan Metode Kangguru (PMK) untuk Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Gunung Jati Cirebon xviii + 139 halaman + 71 tabel + 14 lampiran Persentase kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Kota Cirebon pada tahun 2011 sebesar 36,9% atau 208 BBLR per 5636 LH dan pada tahun 2012 sebesar 37,79% atau 208 kasus dari 5504 LH. Perawatan BBLR dengan Perawatan Metode Kangguru (PMK) sudah mulai diterapkan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunung Jati Cirebon sejak tahun 2011. Hasil studi pendahuluan didapatkan ada keterbatasan SDM terlatih, anggaran dan sarana prasarana, perencanaan program PMK tidak dibuat serta belum adanya koordinasi dengan stakeholder. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pelaksanaan manajemen program PMK di RSUD Gunung Jati dilihat dari aspek input, proses, output dan lingkungan. Metode penelitian ini yaitu kualitatif melalui wawancara mendalam dan observasi langsung. Informan utama terdiri dari 5 orang yaitu Direktur RSUD Gunung Jati Cirebon, Kepala Ruang Perinatologi dan 3 orang petugas terlatih PMK di Ruang Perinatologi. Informan triangulasi 20 orang terdiri dari 9 orang dari pihak rumah sakit, 6 orang dari pihak stakeholder dan 5 orang dari ibu/keluarga BBLR. Data dianalisis menggunakan metode content analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program PMK di RSUD Gunung Jati belum optimal, dimana variabel input masih kurang yaitu SDM terlatih PMK masih kurang, anggaran hanya ada pada awal program, sarana dan prasarana sangat terbatas, SOP belum disesuaikan dengan kondisi rumah sakit, hal ini dikarenakan jajaran manajerial belum membuat analisis kebutuhan dan belum menguasai bagaimana melakukan analisis masalah. Variabel proses didapatkan perencanaan, pengorganisasian belum dilaksanakan karena jajaran manajerial belum menguasai manajemen sehingga berpengaruh pada pelaksanaan program PMK yang hanya dilaksanakan kurang dari dua jam menjelang pasien dipulangkan sehingga pasien tidak begitu paham bagaimana PMK dilanjutkan dirumah, hal ini dikarenakan SDM terlatih sangat terbatas dengan beban kerja yang tidak sedikit. Variabel output tidak menggambarkan keberhasilan program PMK karena rumah sakit tidak membuat perencanaan standar output. Variabel lingkungan yaitu stakeholders berjalan sendiri-sendiri, jejaring pelaksanaan program PMK belum terkoordinir dengan baik. Disarankan agar RSUD Gunung Jati membekali jajaran manajerial di RSUD Gunung Jati mengenai analisis masalah agar dapat memenuhi keterbatasan input dan membekali jajaran manajerial mengenai manajemen program PMK, membuat output program yang ingin dicapai dan membuat jejaring kerjasama dengan stakeholders. Kata Kunci : Perawatan Metode Kangguru, Sistem, Input, Proses, Output, Lingkungan. Referensi : 32 (1978-2012) Diponegoro University Faculty of Public Health Master’s Program in Public Health Majoring in Health Policy Administration Sub Majoring in Maternal and Child Health Management 2013 ABSTRACT Eva Susanthi Management Evaluation of Kangaroo Mother Care to Take Care of Low Birth Weight Babies at Gunung Jati Public Hospital in Cirebon xviii + 139 pages + 71 tables + 14 enclosures Percentage of Low Birth Weight Babies (LBWB) in Cirebon City was 36.9% or 208 cases from 5,636 live births in 2011 and was 37.79% or 208 cases from 5,504 live births in 2012. Kangaroo Mother Care (KMC) to take care LBWB has been implemented at Gunung Jati Public Hospital in Cirebon since 2011. The result of preliminary research revealed that number of trained workers, available funds, and means were limited, planning of KMC program was not made, and there was no coordination with stakeholders. This research aimed to analyze management implementation of KMC program at Gunung Jati Public Hospital viewed from the aspects of input, process, output, and the environment. This was qualitative research by conducting indepth interview and direct observation. Number of Informants was 5 persons consisted of the Gunung Jati Public Hospital Director, Head of Perinatology Room, and 3 trained KMC officers at the Perinatology Room. In addition, number of informants for triangulation purpose was 20 persons consisted of 9 persons from the hospital, 6 persons from stakeholders, and 5 persons from LBWB families. Data were analyzed using content analysis. The result of this research showed that the implementation of KMC program at the hospital had not been done optimally. Regarding Input variables, there were fewer trained KMC officers, allocation of fund was just available at the beginning of the program, means was limited, Standard Operating Procedure had not been adjusted with the hospital condition because hospital managers had not made analysis of necessity and they could not make problem analysis. The process variables indicated that planning and organizing had not been implemented because the managers could not manage well. This condition influenced the implementation of KMC program which had to be conducted less than two hours before patients went home. This problem was due to limited number of trained KMC officers and heavy workloads. The output variables showed that the success of the program could not be described because there was no output standard. The environment variables revealed that there was no good coordination among stakeholders. As a suggestion, the hospital director needs to improve the hospital managers’ knowledge about problem analysis as an input variable and management of KMC program as an output variable. The director also needs to determine a standard of output and improve cooperation with stakeholders. Key Words : Kangaroo Mother Care, System, Input, Process, Output, The Environment Bibliography : 32 (1978-2012

    Analisis Proses Perubahan Budaya Organisasi di Badan Rumah Sakit Umum Tabanan Bali

    Get PDF
    Universitas Diponegoro Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit 2013 ABSTRAK Sepri Hariyadi Analisis Proses Perubahan Budaya Organisasi di Badan Rumah Sakit Umum Tabanan Bali xviii + 119 halaman + 4 tabel + 9 gambar + 20 lampiran Badan Rumah Sakit Umum Tabanan Bali sejak tahun 2002 telah terjadi perubahan di berbagai aspek organisasi yang kemudian berdampak dan bermakna pada cara pemberian pelayanan selanjutnya meningkatkan jumlah kunjungan pasien dan kesejahteraan karyawan, yang secara keseluruhan mengubah citra rumah sakit. Tujuan penelitian ini menganalisis proses terjadinya perubahan budaya organisasi rumah sakit (asumsi dasar, tata nilai, norma, dan artefak) pada aspek struktur, teknologi, dan orang melalui tahapan-tahapan perubahan (refreezing, freezing, unfreezing). Jenis penelitian observasional, kualitatif. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam, pengumpulan dokumen, dan pengamatan langsung. Subjek penelitian terdiri dari informan utama 4 orang manajer (puncak dan menengah), informan triangulasi 3 orang tenaga fungsional (dokter dan perawat). Hasil, pada awalnya organisasi BRSU ada perbedaan pada asumsi dasar, tata nilai, norma, dan artefak. BRSU berstatus UPTD, minim teknologi, terdapat kecurangan pendapatan disetiap bagian, kualitas SDM rendah. Keadaan ini memotivasi direktur (sebagai inisiator) untuk mengubah budaya organisasi rumah sakit. Pelaksanaannya dengan memberikan pemahaman, penyadaran kepada seluruh karyawan yang dituangkan pada Visi, Misi, Keyakinan Dasar, Nilai-nilai dasar, Norma, artefak dan motto. Kemudian perubahan yang terjadi pada: 1) struktur pada status RS UPTD menjadi RS LTD oleh bupati dan DPRD, mengikuti standarisasi akreditasi, ISO, Pelayanan piala citra. 2) Teknologi pada SIM RS, system komunikasi, melakukan KSO peralatan. 3) Orang dengan meningkatkan kualitas SDM. Dampak yang terjadi: 1) Peningkatan penghasilan rumah sakit pada tahun 1999 ke 2000 sangat fantastis dari 350-400 juta menjadi 1,6 milyar setahun, 2) Peningkatan penghasilan karyawan secara signifikan. Pengawasan: adanya auditor, kredensial, penyegaran budaya organisasi secara berkala. Dampak perubahan keseluruhan adalah meningkatnya kualitas pelayanan dan tanpa terganggunya kualitas pelayanan setelah terjadi dua kali penggantian pimpinan rumah sakit. Tipe budaya organisasi yang dianut saat ini di BRSU Tabanan adalah tipe budaya organisasi terbuka. Saran, perubahan pasti akan selalu terjadi diharapkan BRSU Tabanan dapat mengendalikan perubahan itu kearah lebih baik tanpa henti baik fisik maupun non fisik. Kata kunci : Budaya organisasi, perubahan budaya Daftar pustaka : 30 Diponegoro University Faculty of Public Health Master’s Program in Public Health Majoring in Hospital Administration 2013 ABSTRACT Sepri Hariyadi Analysis of Process for Changing Organizational Culture at Tabanan Public Hospital in Bali xviii + 119 pages + 4 tables + 9 figures + 20 enclosures A Tabanan Public Hospital in Bali since 2002 has changed in various aspects of organization. It has a significant impact on methods of providing services, the increase of patient visit number and employees welfare. This research aimed to analyze the process of changing hospital organizational culture (basic assumptions, values, norms, and artefacts) on aspects of structure, technology, and people through the stages of change (refreezing, freezing, and unfreezing). This was observational qualitative research. Data were collected using indepth interview, document collection, and direct observation. Main informants consisted of 4 managers (top and middle level) and informants for triangulation purpose consisted of 3 practitioners (physician and nurse). The results of this research showed that initially, the hospital organization had differences in the basic assumptions, values, norms, and artefacts. Status of the hospital was Regional Unit for Technical Assistance (RUTA) and lack of technology. In addition, there was any corruption in each department and low quality of human resource. These situation motivated a hospital director (as an initiator) to change organizational culture at the hospital by improving employees’ awareness through rearranging vision, mission, and basic assumptions, basic values, norms, artefacts, and motto. The results were as follows: 1) the change of the hospital status to be Regional Technical Institution approved by a regent and Regional Parliament, following accreditation standard, ISO, and image trophy services; 2) Technology in Hospital Management Information System, communication system, and KSO of equipment; 3) Improving quality of human resource. The results were as follows: 1) the increase of hospital income fantastically from 350-400 million in 1999 to 1.6 billion in 2000; 2) the increase of employees’ income significantly. In terms of Monitoring, there was any auditor, credential, and refreshing organizational culture regularly. Overall, quality of services was very good even though there were any twice changes in a director position. Kind of organizational culture used at the hospital was open. As a suggestion, the hospital management needs to control the physical and non-physical changes continually in order to be better in the future. Key Words : Organizational Culture, Change of Culture Bibliography : 3

    Perancangan Sistem Informasi Rawat Jalan untuk Mendukung Evaluasi Pelayanan di Puskesmas Kelayan Timur Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin

    Get PDF
    Universitas Diponegoro Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Sistem Informasi Manajemen Kesehatan 2015 ABSTRAK Ahmad Hidayat Perancangan Sistem Informasi Rawat Jalan untuk Mendukung Evaluasi Pelayanan di Puskesmas Kelayan Timur Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin xix + 214 halaman + 27 tabel + 92 gambar + 11 lampiran Kegiatan evaluasi pelayanan pada Puskesmas Kelayan Timur Kota Banjarmasin sering berjalan kurang baik karena informasi yang dihasilkan dari kegiatan rawat jalan pasien setiap hari sebagai bahan utama yang diperlukan belum dapat mendukung kegiatan evaluasi. Ada beberapa permasalahan pada sistem informasi rawat jalan yang saat ini berjalan yaitu petugas kesulitan dalam melakukan perubahan data maupun mengakses kembali informasi mengenai kegiatan rawat jalan, data dan informasi yang dihasilkan belum lengkap, belum akurat serta belum sesuai dengan pengguna sistem, dan pelaporan yang tidak tepat waktu. Tujuan penelitian ini adalah merancang sistem informasi rawat jalan yang dapat digunakan untuk mendukung evaluasi pelayanan di Puskesmas Kelayan Timur Kota Banjarmasin. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Desain penelitian ini adalah desain Pre Experimental dengan pendekatan one group pretest-posttest, pengembangan sistem menggunakan metode FAST (Framework for the Application of System Techniques). Subjek penelitian terdiri dari 7 responden yang berasal dari Puskesmas Kelayan Timur. Hasil observasi dan wawancara dilakukan dengan metode analisis isi dan analisis deskriptif dengan menggunakan rata-rata tertimbang. Hasil analisis data secara deskriptif menunjukkan bahwa nilai rata-rata tertimbang secara keseluruhan kualitas informasi sebelum pengembangan sistem 1,34 dan setelah pengembangan sistem 3,48 dengan selisih 2,14. Perlu adanya komitmen dari pihak Puskesmas Kelayan Timur Kota Banjarmasin untuk memanfaatkan sistem informasi rawat jalan yang sudah dikembangkan secara optimal. Sosialisi dan pelatihan personil yang tidak hanya untuk pengguna sistem saja. Adanya anggaran khusus untuk biaya operasional dan perawatan sistem. Monitoring dan evaluasi bagi pengguna sistem sebaiknya dilakukan secara berkala oleh pihak Puskesmas. Kata Kunci : Sistem Informasi, Rawat Jalan, Puskesmas, Evaluasi Pelayanan Pustaka : 42 (1993-2011) Diponegoro University Faculty of Public Health Master’s Program in Public Health Majoring in Health Management Information System 2015 ABSTRACT Ahmad Hidayat Outpatient Information System Design to Support Evaluation of Services at East Kelayan Health Centre at South Banjarmasin Subdistrict in Banjarmasin City xix + 214 pages + 27 tables + 92 figures + 11 enclosures Activities of service evaluation at East Kelayan Health Centre in Banjarmasin City had not been well implemented because resulted information from outpatient activities had not supported the activities of service evaluation. Some problems in outpatient information system were as follows: an officer was difficult to modify data and to re-access information of outpatient activities, data and resulted information were incomplete, inaccurate, not in accordance with users, and ill-timed reporting. The aim of this study was to develop outpatient information system that could be used to support service evaluation at East Kelayan Health Centre in Banjarmasin City. This was qualitative and quantitative study using pre-experimental design with one-group pretest-posttest approach. Development of system used a FAST method (Framework for the Application of System Techniques). Research subjects consisted of seven respondents at East Kelayan Health Centre. Data collected from observation and interview were analysed using methods of content and descriptive analyses using balanced mean values. The results of this research showed that balanced mean value entirely before developing the system was 1.34 whereas the value after developing the system was 3.48. The difference was equal to 2.14. There needs any commitment from the health centre to utilise the new information system optimally. Activities of socialisation and personal training were not only for users. Specific budget needs to be allocated to operate and maintain the system. Monitoring and evaluation for users need to be conducted periodically by the health centre. Key Words : Information System, Outpatient, Health Centre, Service Evaluation Bibliography : 42 (1993-2011

    Analisis Hubungan Persepsi Manajemen Keperawatan dengan Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Amanah Mahmudah Brebes

    Get PDF
    Universitas Diponegoro Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit 2015 ABSTRAK Gatot Manggala Analisis Hubungan Persepsi Manajemen Keperawatan dengan Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Amanah Mahmudah Brebes xvii + 146 halaman + 25 tabel + 4 gambar + 16 lampiran Kepuasan perawat merupakan permasalahan yang harus diperhatikan manajer keperawatan, karena akan menunjukan kinerja pada perawat dan berdampak pada pasien. Dokumentasi keperawatan yang belum maksimal dan perawat kurang merespons saat dibutuhkan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi manajemen keperawatan dengan kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Amanah Mahmudah Brebes. Jenis penelitian merupakan penelitian observasional dengan pendekatan crosssectional. Pengumpulan data dilakukan dengan metode angket terhadap total populasi (64 perawat). Data penelitian diolah secara bivariat dengan analisis korelasi Pearson Product Moment dan analisis multivariat dengan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan kepuasan kerja tinggi (51,6%), persepsi kepemimpinan baik (51,6%), persepsi insentif kurang memadai (53,1%), persepsi kondisi lingkungan kerja kurang nyaman (56.3%), persepsi kesempatan promosi sedikit (51,6%) dan persepsi supervisi ketat (56,3%). Ada hubungan antara kepemimpinan (r=0,574 p=0,001), insentif (r=0,587 p=0,001), kondisi lingkungan kerja (r=0545 p=0,001), kesempatan promosi (r=0,666 p=0,001) dan supervisi (r= 0,507 p=0,001) dengan kepuasan kerja perawat. Hasil analisis multivariat menunjukkan ada pengaruh kepemimpinan, insentif, kondisi lingkungan kerja, kesempatan promosi, dan supervisi terhadap kepuasan kerja perawat. Saran yang dapat direkomendasikan kepada manajemen rumah sakit agar untuk meningkatkan kesempatan promosi bagi perawat selain itu harus menyediakan anggaran untuk pengembangan profesi dan pelatihan. Kata kunci : Perawat, manajemen keperawatan, kepuasan kerja Kepustakaan : 33, 1980 – 2014. Diponegoro University Faculty of Public Health Master's Program in Public Health Majoring in Hospital Administration 2015 ABSTRACT Gatot Manggala Relationship Analysis of Nursing Management Perception with Work Satisfaction of Nurse at Amanah Mahmudah Hospital in Brebes xvii + 146 pages + 25 tables + 4 figures + 16 enclosures Nurses’ satisfaction was a problem that needed to be paid more attention by a nursing manager because it related to their work performance and had direct impact to their patients. Nursing documentation had not been optimally done and nurses did not quickly response when they were needed by their patients. The aim of this study was to analyse relationship between nursing management perception and work satisfaction of nurse at Amanah Mahmudah Hospital in Brebes. This was an observational study using cross-sectional approach. Data were collected using questionnaires towards 64 nurses (total population). Data were analysed using methods of bivariate (Pearson Product Moment) and multivariate (multiple linear regression) analyses. The results of this research showed that most of the respondents had high work satisfaction (51.6%), good perception of leadership (51.6%), perception of low incentive (53.1%), perception of inconvenient work environment condition (56.3%), perception of lack of promoting opportunity (51.6%), and perception of strict supervision (56.3%). Variables of leadership (r=0.574; p=0,001), incentive (r=0,587; p=0,001), work environment condition (r=0.545; p=0,001), promoting opportunity (r=0.666; p=0.001), and supervision (r= 0.507; p=0.001) had significant relationship with work satisfaction of nurse. Multivariate analysis indicated that variables of leadership, incentive, work environment condition, promoting opportunity, and supervision significantly influenced work satisfaction of nurse. As suggestions, hospital management needs to increase promoting opportunity for nurse and to allocate budget for developing profession and training. Key Words : nurse; nursing management; work satisfaction Bibliography : 33 (1980-2014

    Analisis Faktor-Faktor Manajemen Pelayanan Rawat Jalan yang Mendukung Utilisasi Klinik Spesialis di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang

    Get PDF
    Analisis Faktor-Faktor Manajemen Pelayanan Rawat Jalan yang Mendukung Utilisasi Klinik Spesialis di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Factors Analysis of Outpatient Care Management to Support the Utilization of Specialist Clinics Panti Wilasa Citarum Hospital Semarang Kriswidiati1, Sudiro2, Mawarni A2 1) RS Panti Wilasa Citarum Semarang 2) Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro Semarang Abstrak Klinik spesialis Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum belum mampu memenuhi target utilisasi 10 persen setiap tahun, meskipun manajemen telah melakukan upaya–upaya untuk meningkatkan utilisasi klinik spesialis. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang faktor–faktor manajemen pelayanan rawat jalan yakni kepemimpinan, pengorganisasian, pengawasan, sistem pembagian jasa dan kinerja dan lingkungan kerja, sarana dan prasarana yang mendukung utilisasi klinik spesialis. Jenis penelitian observasional dengan metode pendekatan belah lintang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner pada 2 informan utama yaitu manajemen rumah sakit (direktur rumah sakit dan kepala instalasi rawat jalan) dan 4 informan triangulasi (dokter spesialis). Data penelitian diolah secara kualitatif yang disajikan secara deskriptif eksploratif. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara mendalam. Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan yang mendukung utilisasi klinik spesialissecara umum sudah mendukung,meskipun belum maksimal. Pengorganisasian pelayanan rawat jalan sudah mendukung utilisasi klinik spesialis. Pengawasan pelayanan rawat jalan sudah mendukung utilisasi klinik spesialis. Sistem pembagian jasa dan kinerja sudah mendukung utilisasi, manajemen sudah memberikan jasa berdasarkan kesepakatan awal dengan dokter spesialis, masih ada berapa klinik spesialis yang belum terpenuhi utilisasinya, perlu dilihat lebih jauh tentang faktor penggerak motivasi yang lain. Lingkungan kerja pelayanan rawat jalan belum mendukung utilisasi klinik spesialis, dikarenakan masih ada dokter spesialis yang merasa peralatan penunjang belum sempurna. Didapatkan bahwa kepemimpinan, pengorganisasian, pengawasan, sistem pembagian jasa dan kinerja, lingkungan kerja, sarana dan prasarana merupakan faktor yang mendukung peningkatan utilisasi klinik spesialis. Disarankan bagi manajemen untuk dapat meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan dokter spesialis,dapat memaksimalkan jadwal dan jam praktek dokter di semua klinik spesialis, dapat meningkatkan motivasi baik melalui sistem pembagian jasa maupun motivasi yang lain, dan melakukan pendataan secara baik terhadap sarana dan prasarana sehingga dapat melengkapi peralatan yang dibutuhkan dengan baik dan merata. Kata Kunci : Utilisasi, Manajemen, Rawat Jalan, Klinik spesialis Kepustakaan: 43 ( 1975 – 2013 ) Abstrac

    Pengaruh Persepsi Perawat Pelaksana Tentang Fungsi Manajerial Kepala Ruang Terhadap Pelaksanaan Manajemen Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rsjd Dr. Amino Gondohutomo Semarang

    Full text link
    Influence of the Nurse's Perception about Function of the Head Nurse Management toward Nursing Care Management Implementation at Inpatient Room of Dr. Amino Gondohutomo District Mentally Hospital in Semarang. The functions of management such as planning, organizing, guiding, monitoring, and controlling had not been done well by the head nurse. Nursing management is important to determine the nursing care services for client at inpatient room. Aim of this research was to analyse influence of the nurse's perception about function of the head nurse management toward nursing care management implementation at Inpatient Room of Dr. Amino Gondohutomo District Mentally Hospital in Semarang. This was a quantitative and qualitative research with cross sectional approach. Population was nurses at inpatient room and all head nurses. Number of sample was 52 nurses taken by Proportionate stratified random sampling at 12 inpatient rooms. The questionair was used to collect data continued with cross check to the head nurses about perception of management. Result of this research showed that implementing of nursing care management is good (65,4%). Perception of a nurse about the head's nurse management namely: (1) Good planning (53,8%), no significant association (p=0,857), and no influence (p=0,543, Exp B=0,700). (2) Good organizing (55,8%), no significant association (p=0,982), and no influence (p=0,982, Exp B=1,013). (3) Good guiding (75%), significant associated (p=0,002), and significant influence (p=0,035, Exp B=4,888). (4) Not good monitoring (51,9%), significant association (p=0,007), and significant influence (p=0,068, Exp B=3,679). (5) Not good controlling (59,6%), no significant association (p=0,873), and no influence (p=0,873, Exp B=1,100). Conclusion of the research is the nurse who perceives not good the head's nurse guiding has a risk to be not implementing the nursing care management (p=0,035, Exp B=4,888), and the nurse who perceives not good the head's nurse monitoring has a risk to be not implementing the nursing care management (p=0,068, Exp B=3,679)

    Analisis Implementasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi dalam Merpersiapkan Calon Pendonor Darah Siap Pakai oleh Bidan Desa di Kabupaten Pekalongan

    Get PDF
    Universitas Diponegoro Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Kesehatan Ibu dan Anak 2015 ABSTRAK Nur Hidayati Analisis Implementasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dalam Menyiapkan Calon Pendonor Darah Siap Pakai oleh Bidan Desa di Kabupaten Pekalongan xvii + 92 halaman + 11 tabel + 3 gambar + 12 lampiran Pekalongan menduduki urutan nomor tujuh kematian Ibu tertinggi di tingkat Jawa Tengah. Adapun penyebab kematian terbanyak kedua 28% karena terjadi perdarahan. Dalam rangka percepatan penurunan AKI dan AKB dengan menfasilitasi dan menyediakan 5 calon pendonor darah siap pakai bagi 1 ibu hamil/bersalin sejak tahun 2013. Untuk itu perlu dilakukan analisis implementasi untuk mengetahui seberapa jauh implementasi kegiatan persiapan calon pendonor darah siap pakai bagi ibu bersalin dalam P4K. Jenis Penelitian adalah kualitatif dengan wawancara mendalam kepada bidan desa aktif dan tidak aktif sebagai Informan utama. Informan triangulasi yaitu Kepala Puskesmas, Kader Kesehatan, Ibu Hamil, dan Donatur. Teknik analisis data dengan analisis konten. Hasil penelitian bahwa implementasi persiapan calon pendonor darah siap pakai telah berjalan di Puskesmas Kesesi I dan Karanganyar. Jumlah sasaran ibu hamil di Kabupaten Pekalongan tahun 2013 sebanyak 16.553 orang. Apabila 1 ibu hamil mendapatkan 5 pendonor darah maka harapan stok darah adalah 82.755 pendonor/tahun. Jika 20% dari jumlah harapan pendonor/tahun maka stok darah untuk ibu hamil/bersalin dan stok darah di Kabupaten Pekalongan aman. Akan tetapi pada kenyataannya masih sangat jauh dari angka aman, pasokan darah sebanyak 5.876 s/d 6.759 kantong. Sedangkan pengeluaran darah sebanyak 5.365 s/d 7.897 kantong. Jumlah pendonor relatif sedikit. Sedangkan untuk Puskesmas Wiradesa dan Tirto I belum melakukan implementasi calon pendonor darah siap pakai hanya pada sebatas sosialisasi. Hal ini membuktikan bahwa pasokan darah di Kabupaten Pekalongan mengalami kekurangan sehingga tidak lepas dari peran bidan desa untuk membantu memperbanyak pasokan darah melalui program persiapan pendonor siap pakai dengan pertimbangan angka kejadian perdarahan pada ibu hamil/bersalin di Kabupaten Pekalongan cukup tinggi. Untuk Dinas Kesehatan dan PMI cenderung kurang aktif dalam melakukan kontrol kegiatan. Puskesmas mempunyai pengaruh cenderung lemah dalam mendukung kegiatan. Disarankan untuk meningkatkan kerjasama antara Dinas Kesehatan, PMI, Puskesmas, bidan desa, penyuluh KB, kader PKK dan tokoh masyarakat dalam melakukan sosialisasi kegiatan. Ada penetapaan prosedur pelaksanaan dan reward bagi bidan desa yang melaksanakan tugasnya. Kata kunci : P4K, Donor Darah, Bidan Desa Kepustakaan : 36 (1992-2013) Diponegoro University Faculty of Public Health Master’s Study Program in Public Health Majoring in Maternal and Child Health 2015 ABSTRACT Nur Hidayati Implementation Analysis of Delivery Planning and Complication Prevention Program (P4K) in Preparing Prospective Blood Donors by Village Midwife in District of Pekalongan xvii + 92 pages + 11 tables + 3 figures + 12 appendices District of Pekalongan placed seventh rank on maternal mortality in Central Java. The second cause of mortality was due to bleeding (28%). In order to expedite the decrease of maternal mortality rate and infant mortality rate, five prospective blood donors have been provided for each pregnant woman/maternal since 2013. Therefore, implementation analysis needs to be conducted to find out to what extent the activity implementation of preparing prospective blood donors for maternal in a delivery planning and complication prevention program (P4K). This was a qualitative study by conducting indepth interview to both active and inactive village midwives as main informants. Meanwhile, informants for triangulation purpose consisted of head of health centre, health cadres, pregnant women, and donators. Data were analysed using content analysis. The results of this research showed that preparing prospective blood donors had been implemented at Kesesi I and Karanganyar Health Centres. Number of targeted pregnant women in District of Pekalongan in 2013 were 16,553 persons. If each pregnant woman obtained five prospective blood donors, the expected blood stock was 82,755 prospective blood donors/year. If the available stock was 20% of the total prospective blood donors, blood stock for pregnant women/maternal was sufficient. In fact, number of required blood bags were insufficient. It was only 5,876 – 6,759 blood bags whereas the required blood bags were approximately 5,365 – 7,897 blood bags. This problem was due to lack of donators. In contrast, Wiradesa and Tirto I Health Centres had not implemented preparing prospective blood donors. Notwithstanding, socialisation had already been conducted. This means that amount of required blood in District of Pekalongan was insufficient. Therefore, village midwives needed to be actively involved in preparing prospective blood donors. District Health Office (DHO) and Indonesian Red Cross (IRC) were prone to be passive in monitoring the activity. Health Centres tended to be weak in supporting the activity. Cooperation between DHO, IRC, health centre, village midwife, family health field workers, PKK cadres, and community leaders needs to be established and improved in conducting socialisation of the activity. Implementation procedures and rewards for village midwives in doing their duties need to be provided. Keywords : P4K, Blood Donor, Village Midwife Bibliography: 36 (1992-2013

    Faktor Risiko Penyebab Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Kedawung Kabupaten Cirebon Tahun 2015

    Get PDF
    Universitas Diponegoro Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Kesehatan Ibu dan Anak 2016 ABSTRAK Melly Dwi Bastian Faktor Risiko Penyebab Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Kedawung Kabupaten Cirebon Tahun 2015 71 halaman +27 tabel + 4 gambar + 16 lampiran Anemia pada ibu hamil adalah keadaan seseorang ibu hamil mengalami defisiensi zat besi dalam darahnya. Menurut WHO kejadian anemia kehamilan berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan Hb sebesar 11 gr%. Meskipun pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia pada ibu hamil dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilan, tetapi kejadian anemia masih tinggi2. Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, pada tahun 2013 masih memukan ibu hamil sebesar 10,82% dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 11,21%. Tujuan penelitian ini untuk mencari faktor risiko anemia pada ibu hamil di Kabupaten Cirebon. Penelitian ini dilakukan secara observasional analitik dengan desain kasus kontrol. Populasi adalah ibu hamil dalam kurun waktu bulan April - Oktober 2015. Jumlah subjek, 125 kasus (ibu yang hamil dengan anemia) diambil dari populasi studi dengan teknik proporsional random sampling dan 125 kontrol (ibu yang hamil tidak dengan anemia). Analisis bivariat dengan uji chi-square dan multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Faktor risiko kejadian anemia adalah Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dengan OR = 2.455 dengan 95% CI 1.178-5.119, Paritas atau jumlah kelahiran lebih dari 3 kali dengan OR = 15.495 dengan 95% CI 4.080-58.854, Penyakit Infeksi dengan OR = 2.662 dengan 95% CI 1.259-5.629, Sedangkan usia ibu, Pendidikan ibu, LILA < 23,5 cm, Pemeriksaan ANC, konsumsi tablet Fe, Penghasilan keluarga bukan merupakan faktor risiko kejadian Anemia dalam kehamilan pada penelitian ini. Faktor yang bersama-sama merupakan faktor risiko kejadian Anemia adalah paritas (OR=15.495), jarak kehamilan (OR=2.455), dan penyakit infeksi (OR=2.662). Kata kunci : Faktor Risiko, Kehamilan, Anemia, Puskesmas Kedawung Kepustakaan : 69 (2000-2014) Diponegoro University Faculty of Public Health Master’s Study Program in Public Health Majoring in Maternal and Child Health 2016 ABSTRACT Melly Dwi Bastian Risk Factors for Anaemia among Pregnant Women at Kedawung Health Centre in District of Cirebon in 2015 71 pages + 27 tables + 4 figures + 16 appendices Anaemia in a pregnant woman is a medical condition in which a pregnant woman suffers from iron deficiency in her blood. According to WHO, the occurrence of anaemia during pregnancy ranged from 20% to 80% with Hb level equal to 11 gr%. Even though a government had implemented a program of anaemia prevention for pregnant women by providing Fe tablets during a pregnancy period, anaemia cases were high. Cirebon District Health Office in 2013 and in 2014 respectively found 10.82% and 11.21% of pregnant women suffered from anaemia. The aim of this study was to identify risk factors for anaemia among pregnant women in District of Cirebon. This was an observational-analytic study using case-control approach. Population was pregnant women during the period of April – October 2015. As many as 125 cases (pregnant women with anaemia) and 125 healthy pregnant women (as a control group) were selected using a technique of proportional random sampling. Furthermore, data were analysed using methods of bivariate (Chi-Square test) and multivariate analyses (Logistic Regression test). Risk factors for anaemia were as follows: pregnancy spacing less than two years (OR=2.455; 95%CI: 1.178-5.119), parity or number of births more than three times (OR=15.495; 95%CI: 4.080-58.854), and infectious disease (OR=2.662; 95%CI: 1.259-5.629). On the other hand, age, level of education, Mid-Upper Arm Circumference (MUAC) < 23.5 cm, Antenatal Care, consuming Fe tablets, and family income were not risk factors for anaemia. Parity (OR=15.495), pregnancy spacing (OR=2.455), and infectious disease (OR=2.662) jointly were being risk factors for anaemia. Keywords : Risk Factor, Pregnancy, Anaemia, Kedawung Health Centre Bibliography: 69 (2000-2014
    • …
    corecore