13 research outputs found
Kajian Sebaran Tekstur Sedimen Di Perairan Pulau Belitung
Kawasan pesisir Belitung merupakan bagian dari Dangkalan Sunda (Sunda Shelf) dengan kedalaman laut tidak lebih dari 30 meter yang umumnya bersifat perairan terbuka sehingga memungkinkan terjadinya erosi dan sedimentasi. Erosi merupakan proses pengikisan sedimen oleh arus laut yang terjadi secara alami maupun karena adanya aktivitas manusia sedangkan sedimentasi merupakan proses transportasi dan pengendapan sedimen, termasuk dalam hal ini semua sumber energi yang mampu mentranspor dan mengendapkan seperti angin, air dan gravitasi. Pengambilan sampel sedimen dilakukan pada tanggal 24-26 Februari 2015 di perairan Pulau Belitung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis tekstur sedimen di Perairan Belitung serta pola transport sedimennya. Data primer yaitu sampel sedimen dasar dan data arus permukaan sedangkan data sekunder meliputi peta Batimetri Perairan Belitung 2013. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, penentuan lokasi sampling menggunakan metode purposive sampling. Metode analisa tekstur sedimen menggunakan metode Eleftheriou dan McIntyre dan granulometri (pengayakan). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tekstur sedimen di perairan Pulau Belitung didominasi oleh pasir halus (62,5-250 ΞΌm) hampir di seluruh staiun sampel kecuali pada stasiun 4 dengan jenis tekstur sedimen lanau. Hal ini dimungkinkan karena lokasi pengambilan sampel merupakan daerah dekat pantai sehingga didominasi sedimen jenis pasir halus. Dominasi pasir halus ini juga dimungkinkan karena adanya pengendapan yang dipengaruhi arus Perairan Belitung. Pada saat pengambilan sampel arus bergerak dari arah barat laut menuju tenggara dengan kecepatan (0,0-0,237 m/s) sehingga menyebabkan pola transport sedimen yang sejajar garis pantai, dimana arus sejajar pantai ini ketika mendekati tepi pantai akan mampu mengangkut dan mengendapkan butiran sedimen yang lebih kasar (pasir halus) sedangkan semakin kearah laut pergerakan arus semakin tenang sehingga arus tidak mampu mengangkut butiran sedimen sehingga mengendapkan butiran sedimen halus (lanau)
Sebaran Material Padatan Tersuspensi Di Perairan Muara Sungai Ketiwon, Tegal
Muara Sungai Ketiwon merupakan salah satu lokasi yang berpotensi mengalami pendangkalan akibat pengendapan sedimen tersuspensi. Potensi dari terjadinya pendangkalan tersebut dapat diketahui dengan menentukan nilai dari material padatan tersuspensi. Besar konsentrasi material padatan tersuspensi di laut dipengaruhi oleh arus pasang surut.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persebaran material padatan tersuspensi pada saat pasang menuju surut dan surut menuju pasang di perairan Muara Sungai Ketiwon, Tegal. Materi utama yang digunakan berupa data sedimen tersuspensi dan data arus yang berupa arah arus dan nilai kecepatan arus. Materi penunjang berupa data pasang surut bulan Mei 2015 dan Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Tegal tahun 1999 dengan skala 1:25.000. Metode penelitian berupa studi kasus. analisa yang digunakan berupa kuantitatif. Penentuan lokasi penelitian menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan sampel air dilakukan pada 20 stasiun dengan 3 kedalaman, yaitu pada kedalaman 0.2d, 0.6d dan 0.8d. Peta dari sebaran material padatan tarsuspensi menggunakan software ArcGIS 10.Hasil dari penelitian bulan Mei menunjukkan bahwa nilai batimetri memiliki nilai antara 2,82 m - 5,78 m. Nilai material padatan tersuspensi pada kondisi menuju pasang pada kedalaman 0,2d memiliki nilai antara 10 mg/l - 194 mg/l, kedalaman 0,6d memiliki nilai antara 35 mg/l - 203 mg/l, kedalaman 0,8d memiliki nilai antara 38 mg/l - 218 mg/l, sedangkan kondisi menuju surut pada kedalaman 0,2d memiliki nilai antara 14 mg/l - 315 mg/l, kedalaman 0,6d memiliki nilai antara 37 mg/l - 324 mg/l, kedalaman 0,8d memiliki nilai antara 45 mg/l - 346 mg/l. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jumlah material padatan tersuspensi yang terbanyak terdapat di muara sungai dan mengecil menuju laut
Analisis Sebaran Sedimen Dasar Di Perairan Binamu Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan
Perairan Binamu teletak di Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto yang terletak di bagian selatan pulau Sulawesi, kabupaten ini memiliki beberapa sungai salah satunya yang melewati Perairan Binamu adalah Sungai Kelara, sungai ini selalu mensuplai massa sedimen ke muara sungai yang berpotensi menyebabkan terjadinya sedimentasi di sekitar daerah muara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran sedimen dasar dan pola arus yang mempengaruhinya di Perairan Binamu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan penentuan lokasi pengambilan sampel sedimen menggunakan metode purposive sampling. Model matematik yang digunakan adalah model 2D depth average yaitu ADCIRC untuk pola arus dan Spatial Analyst untuk sebaran sedimen dasar. Hasil analisis sedimen dasar di Perairan Binamu ini menunjukkan bahwa sedimen dasar yang mendominasi adalah pasir dan pasir lanauan. Perairan Binamu memilik bilangan Formzahl (F) sebesar 2,39 sehingga tergolong pasang surut tipe campuran condong ke harian tunggal. Berdasarkan hasil pengolahan softwere world current 1.03 arus rata-rata menunjukan 49,78 % arus pasut (astronomik) dan 50,22 % arus non-pasut (residual). Hasil simulasi Pola arus pada saat pasang dominan ke arah barat dan pada saat surut pola arus dominan ke arah timur. Berdasarkan hasil peta pola sebaran sedimen dasar, jenis sedimen pasir dan pasir lanauan banyak terdapat di sekitar muara sungai sedangkan sampel lain yang cukup jauh dari muara sungai cenderung berbutir halus seperti lanau ,lanau pasiran dan lanau lempungan
Analisa Pola Sebaran Sedimen Dasar Muara Sungai Batang Arau Padang
Muara sungai berfungsi sebangai penghubung antara sungai dan laut, pada daerah ini terjadi pertemuan antara arus sungai dan juga arus laut. Pertemuan arus ini nantinya akan menyebabkan terjadi proses sedimentasi pada muara sungai. Sedimen yang tersedimenasi nantinya akan mengalami proses transpor yang disebabkan oleh pengaruh arus diperairan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola sebaran ukuran butir sedimen pada muara sungai Batang Arau Padang serta pengaruh arus terhadap pesebaran sedimen di muara sungai Batang Arau. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 di muara sungai Batang Arau, Padang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Penentuan lokasi pengambilan titik lokasi dengan menggunakan metode purposive sampling dan pengambilan sampel sedimen dasar pada 25 Mei 2016. Analisis jenis sampel sedimen dasar di laboratorium menggunakan metode granulometri. Peta sebaran sedimen dasar diinterpolasi menggunakan software ArcGIS 10.0 dan pemodelan arus laut menggunakan software MIKE 21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis sebaran sedimen dasar pada perairan ialah jenis lanau, lanau pasiran, pasir lanauan, dan pasir. Kondisi arus pada saat pengambilan data terbilang kecil yakni 0,117 β 0,196 m/det dengan arah ke Timur Laut dan Barat Daya. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sedimen yang memiliki ukuran butir yang lebih besar terendapkan pada wilayah muara dan semakin mengecil ukurannya menuju laut
Pemodelan Distribusi Salinitas Dan Suhu Permukaan Laut Perairan Selat Bali Bagian Selatan Pada Musim Timur
Bagian penting dari gambaran oseanografi adalah deskripsi distribusi parameter suhu dan salinitas laut yang mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biologi perairan.Memasuki musim timur, Perairan Selat Bali memiliki pola kesuburan yang ditandai dengan rendahnya suhu permukaan dan tingginya salinitas perairan. Tujuan dari penelitian ini adalah memodelkan sebaran suhu dan salinitas lapisan permukaanPerairan Selat Bali bagian selatan secara horizontal pada musim timur.Sebaran suhu dan salinitas disimulasikan menggunakan modul RMA2 dan RMA4 dalam sofware SMS 8.1 dan 11.1. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan penentuan lokasi menggunakan metode purposive sampling.Hasil simulasi sebaran salinitas di Perairan Selat Bali bagian selatan menunjukkan salinitas bergerak menyebar dari selatan ke barat daya nilainya semakin tinggi (30 β 33,9 psu) dan suhu pada lapisan permukaan menunjukkan pola sebaran dari selatan ke utara nilainya semakin tinggi (28 β 30oC). Pola sebaran tersebut dipengaruhi oleh adanya proses adveksi-difusi di perairan
Pengaruh Arus Laut Dan Pasang Surut Terhadap Distribusi Sedimen Tersuspensi Di Perairan Muara Sungai Sembilangan Kaliprau Pemalang
Sungai Sembilangan merupakan sungai yang berpotensi mengalami pendangkalan bagian muara akibat adanya pengendapan sedimen tersuspensi. Tingginya angka laju sedimentasi dapat menyebabkan lumpuhnya perekonomian masyarakat yang mengandalkan muara sungai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh arus pasang surut terhadap pola persebaran sedimen tersuspensi di perairan sekitar Muara Sungai Sembilangan. Lokasi sampling merupakan daerah muara dan sekitar sungai Sembilangan Kaliprau, Pemalang dengan posisi 6o49'0β LS hingga 6o50'22,8β LS dan 109o34'16,6β BT hingga 109o35'30β BT. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan sampel material padatan tersuspensi diambil sejumlah 18 titik pengamatan dan data arus laut. Data sekunder antara lain data pasang surut BIG dan Bathimetri DISHIDROS. Analisis sedimen tersuspensi dilakukan dengan pembuatan peta sebaran sedimen menggunakan ArcGIS 10.0 dan pemodelan arus laut menggunakan MIKE 21. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsentrasi sedimen tersuspensi pada saat pasang berkisar antara 32,1 β 104,5 mg/l sementara pada saat surut berkisar antara 35,2 β 120,3 mg/l. Arah arus dominan ke arah barat pada saat pasang dan timur pada saat surut. Berdasarkan hasil penelitian, arus pasang surut mempengaruhi pembentukan pola persebaran MPT dengan konsentrasi terbesar berada pada daerah muara dan yang berdekatan dengan daratan. Konsentrasi sedimen tersuspensi menurun menuju laut serta keragaman nilai konsentrasi sedimen tersuspensi di Perairan Muara Sungai Sembilangan dipengaruhi oleh pasang surut
Studi Pasang Surut Perairan Juntinyuat Kabupaten Indramayu Terhadap Potensi Banjir Rob
Kecamatan Juntinyuat di Kabupaten Indramayu memiliki pantai dengan panorama indah dan menarik, sumber biota laut yang melimpah serta kegiatan ekonomi yang cukup tinggi. Sayangnya wilayah tersebut memiliki masalah rob (genangan air pasang) yang terjadi setiap tahun. Rob merupakan banjir yang dibangkitkan dari air laut pasang dan bersifat merusak. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi banjir rob yang terjadi di Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu. Analisis harmonik pasang surut dilakukan menggunakan metode Admiralty untuk mendapatkan konstanta harmonik pasang surut yang meliputi Amplitudo, M2, S2, K1, O1, N2, K2, P1, M4, MS4. Peramalan menggunakan World Tides dilakukan untuk mengetahui kondisi pasang surut yang akan datang. Pendekatan Digital Elevation Model (DEM) dengan metode Topo to Raster dilakukan untuk menggambarkan kondisi topografi Kecamatan Juntinyuat saat ini. Hasil analisis pasang surut dengan metode Admiralty diperoleh nilai Formzahl sebesar 0,476 cm yang menunjukan tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda, nilai MSL = 59,6 cm, HWL = 93,087 cm, dan HHWL = 97,856 cm. Luas genangan yang terjadi pada bulan Mei tahun 2015 sebesar 1083,74 ha meliputi Desa Limbangan, Lombang, Juntinyuat, Dadap, Juntikebon, Sendang, Karangampel dan Desa Benda. Peramalan pasang surut memberikan hasil potensi luas genangan rob tahun 2016 pada bulan Agustus dan tahun 2017 pada bulan Maret dengan luas genangan mencapai 1739,96 ha
Sebaran Nitrat Dan Kualitas Perairan Di Dermaga Pulau Parang, Karimunjawa Pada Saat Pasang Menuju Surut
Pulau Parang yang terletak di daerah Taman Nasional. Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah dihuni oleh sebagian besar penduduk yang bermata pencaharian nelayan. Perairan yang dikelilingi oleh terumbu karang diduga merupakan derah perangkap nutrient sehingga perlu dilakukan pengukura kandungan nitrat disekitarnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan lokasi pengambilan sampel secara purposif. Lokasi sampling pada penelitian ini sebanyak 8 stasiun. Data yang digunakan untuk parameter kualitas perairan meliputi : DO, pH, salinitas, suhu yang di lakukan insitu. Data yang diperoleh diolah menggunakan software Arc GIS 9.3, sehingga menghasilkan output berupa sebaran distribusi spasial.Hasil penelitian yang didapat menunjukan nilai nitrat berkisar 0,0381 β 0,3828 mg/l sedangkan untuk kualitas perairan di dapatkan : pH 7,9-8,2 , Salinitas 32 β°-34 β°, DO 7-11 mg/l, suhu 28.6-30.2 β°C. Berdasarkan data yang diperoleh dan di bandingkan dengan baku mutu air laut untuk perairan Keputusan Mentri Negara Lingkungan HidupNomor 51 Tahun 2004 di ketahui bahwa di Perairan disekitar Dermaga Pulau Parang belum tercemar
Prediksi Waktu Spawning Karang Acropora Pada Musim Peralihan Kedua Di Pulau Sambangan Kepulauan Karimunjawa Jepara
Knowledge of coral reproduction in Indonesian waters were divided into three groups, there are the spawning time which occurs in first transition season or before East season (January to April), the spawning time which occurs in second transition season or before West season (September-November), and the spawning time which occurs throughout the year. This study aims to predicted spawning time of Acropora by observe gonad maturity level during second transition season (September-October 2012) at Sambangan Island Karimunjawa Archipelago Jepara. The method used in this research was descriptive method. Distribution and composition Acropora were observed using Line Intercept Transect (LIT) method. Spawning time of Acropora was determined by presence or absence of gonad contents, and the maturity level of the gonads deferred to Hanafy et al. (2009). Gonad was examine in new moon phase, before full moon phase, and after full moon phase. The result show that distribution and composition of coral species Acropora at Sambangan Island in depth of 1-3 m was known 5 species of the stations I, 6 species at station II, and 8 species at station III with the highest cover composition at each station was a species A. formosa. Total 8 species Acropora were observe however only two species were found content of gonad. There were Acropora carduus and A. formosa. The gonad of coral A. carduus matured earlier than A. formosa. Gonad maturity of A. carduus occurred in September 2012 (new moon) and then gonad didn\u27t found in the phase before the full moon. Gonad maturity of coral A. formosa occured on the full moon phase in October 2012 and the phase after full moon the colony hadn\u27t contain gonads. Based on this information spawning of two species of Acropora likely occurred in different moon phase. Species of A. carduus has been spawned before the full moon phase and species A. formosa has been doing spawning after the full moon phase in October 2012