211 research outputs found
PENGARUH JUMLAH BENIH PERLUBANG TANAM DAN MACAM PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah benih
perlubang tanaman dan macam pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil
kacang hijau (Vigna radiata L.).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2015
bertempat di lahan persawahan Desa Sonopakis Kidul, Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini
merupakan percobaan factorial dengan dua faktor dalam rancangan acak lengkap
kelompok, yaitu jumlah benih perlubang tanam dan macam pupuk kandang.
Faktor pertama adalah jumlah benih perlubang tanam yang terdiri dari tiga aras
yaitu : 1 benih, 2 benih, dan 3 benih. Faktor kedua adalah macam pupuk kandang
yang terdiri dari tiga aras + 1 kontrol : pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi,
dan pupuk kandang kambing serta tanpa pupuk kandang (kontrol). Variabel yang
diamati tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, panjang akar, berat kering
akar per tanaman, berat kering per tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah
biji per polong, bobot 100 biji, berat biji per tanaman, indeks panen, dan hasil per
satuan luas. Data dianalisis dengan analisis keragaman atau Analysis of Variance
(Anova) dan untuk mengetahui perbedaan perlakuan dilakukan menggunakan uji
jarak berganda Duncan (DMRT) taraf nyata 5%.
Hasil penelitian menunjukan jumlah benih 1 perlubang tanaman
menunjukan hasil terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil Kacang Hijau.
Pemupukan dengan Pupuk kandang kambing menunjukan hasil terbaik
dibandingkan pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi maupun kontrol terhadap
pertumbuhan dan hasil Kacang Hijau
Manfaat Pemanasan dalam Latihan Olahraga
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk memaparkan pentingnya (manfaat) pemanasan dalam latihan olahraga. Dimana pada kenyataannya ada yang beranggapan bahwa pemanasan itu tidak perlu atau mengabaikan pemanasan. hal ini
sangat memprihatinkan dan dapat menjadi kebiasaan yang salah. Maka perlu dicari upaya untuk menyampaikan gambaran pengetahuan yang tepat, karena dengan pemanasan banyak manfaat dan kegunaannya
PERBEDAAN ANTARA PRAKTEK PENGGUNAAN APD SEBELUM DENGAN SESUDAH SOSIALISASI SAFETY SIGN PADA PEKERJA SEBUAH INDUSTRI GLASSWARE DI KOTA TANGERANG
PT Culletprima Setia adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufacturing glass ware yang memproduksi barang pecah belah yang prosesnya memiliki tingkat risiko yang tinggi. pada bagian produksi sering terjadi kecelakaan yang dipengaruhi faktor lemahnya pengetahuan pekerja untuk mengenali tempat yang berisiko. keadaan tersebut akan menjadi masalah apabila tidak adanya safety sign yang berfungsi sebagai mendia untuk mengingatkan pekerja untuk menggunakan APD pada tempat kerja yang berisiko, sebagai upaya pencegahan secara administratif untuk meminimalisir risiko di tempat kerja. penelitian ini bertujuan untuk mngetahui perbedaan sosialisasi pemasangan safety sign terhadap pengetahuan serta praktik pekerja dalam pengguaan APD. penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian Non Equivalent Control Group. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 65 orang dengan sampel sebanyak 65 orang. pengambilan sampel dengan menggunakan metode total sampel. Analisis data dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rang untuk mengetahuiperbedaan antara 2 sampel berpasangan.Perbedaan pengetahuan pengetahuan safety sign pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan setelah pemberian sosialisasi, sementara pada kelompok kontrol tanpa pemberian sosialisasi juga mengalami peningkatan Perbedaan pengetahuan pengetahuan APD pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan setelah pemberian sosialisasi, sementara pada kelompok kontrol tanpa pemberian sosialisasi juga mengalami penurunan. Perusahaa disarankan memberikan pengetahuan tentang K3 secara berkelanjutan , yang dimasukan kedalam program pertemuan rutin seperti pada saat brefing produksi bulanan
Kata Kunci: sosialisasi, safety sign, Alat Pelindung Diri (APD
Mitos dan Kritik dalam Iklan 3 (Analisis Semiologi Roland Barthes terhadap Mitos Kritis Iklan 3 Indie+)
Tulisan ini membahas tentang mitos yang ada pada iklan provider 3 (Three). Iklan 3 merupakan iklan kritis dan peka terhadap permasalahan kehidupan masyarakat secara umum. Seperti iklan pada umumnya, iklan 3 berpatokan pada realitas tertentu demi memenuhi kebutuhan calon konsumen. Iklan 3 dianalisis menggunakan semiotika Roland Barthes dimana kunci pemikirannya adalah setiap objek dan simbol memiliki petanda dan penanda. Konsep tersebut dipengaruhi oleh Ferdinand de Saussure dan pada kelanjutannya Barthes mengembangkan konsep tersebut menjadi dua tingkat. Dua tingkat ini yang disebut Barthes sebagai denotasi dan konotasi. Iklan 3 seperti secara denotatif hanyalah iklan. Akan tetapi, secara konotatif iklan 3 memiliki ideologi. Ideologi yang ada pada iklan 3 adalah ideologi kritis. Tema yang diangkat adalah tentang keluhan jika membayangkan masa depan yang susah, kebutuhan yang sulit untuk dipenuhi dan bertahan, dan kekecewaan mendasar tentang janji masa depan. Iklan 3 secara kritis mengangkat persoalan seperti pakai duluan bayar belakangan seperti makan di warteg dan juga penampilan orang kantoran yang baik tetapi melakukan pekerjaan yang kurang penting. Iklan 3 meski kritis agaknya ia sangat utopis. Utopis dikarenakan bahwa sistem telah mengakar dan anak muda tidak akan lepas dari masa-masa bekerja dan kehilangan idealismenya. Iklan 3 tidak secara langsung berbicara soal kebebasan dalam pekerjaan melainkan dibungkus dengan kepentingan dagangnya yakni tentang layanannya. Terlepas dari utopis atau sifatnya yang mitologis, iklan 3 ada demi menciptakan masyarakat demokratis dalam memahami berbagai sisi kehidupan. Namun, masyarakat harus tetap kritis terhadap berbagai macam iklan sekalipun revolusioner ataupun menyenangkan.
Kata Kunci: Mitos, Utopis, Iklan 3  
MITOS DAN KRITIK DALAM IKLAN 3 (Analisis Semiologi Roland Barthes terhadap Mitos Kritis Iklan 3 Indie+)
Abstrak
Tulisan ini membahas tentang mitos yang ada pada iklan provider 3 (Three). Iklan 3 merupakan iklan kritis dan peka terhadap permasalahan kehidupan masyarakat secara umum. Seperti iklan pada umumnya, iklan 3 berpatokan pada realitas tertentu demi memenuhi kebutuhan calon konsumen. Iklan 3 dianalisis menggunakan semiotika Roland Barthes dimana kunci pemikirannya adalah setiap objek dan simbol memiliki petanda dan penanda. Konsep tersebut dipengaruhi oleh Ferdinand de Saussure dan pada kelanjutannya Barthes mengembangkan konsep tersebut menjadi dua tingkat. Dua tingkat ini yang disebut Barthes sebagai denotasi dan konotasi. Iklan 3 seperti secara denotatif hanyalah iklan. Akan tetapi, secara konotatif iklan 3 memiliki ideologi. Ideologi yang ada pada iklan 3 adalah ideologi kritis. Tema yang diangkat adalah tentang keluhan jika membayangkan masa depan yang susah, kebutuhan yang sulit untuk dipenuhi dan bertahan, dan kekecewaan mendasar tentang janji masa depan. Iklan 3 secara kritis mengangkat persoalan seperti pakai duluan bayar belakangan seperti makan di warteg dan juga penampilan orang kantoran yang baik tetapi melakukan pekerjaan yang kurang penting. Iklan 3 meski kritis agaknya ia sangat utopis. Utopis dikarenakan bahwa sistem telah mengakar dan anak muda tidak akan lepas dari masa-masa bekerja dan kehilangan idealismenya. Iklan 3 tidak secara langsung berbicara soal kebebasan dalam pekerjaan melainkan dibungkus dengan kepentingan dagangnya yakni tentang layanannya. Terlepas dari utopis atau sifatnya yang mitologis, iklan 3 ada demi menciptakan masyarakat demokratis dalam memahami berbagai sisi kehidupan. Namun, masyarakat harus tetap kritis terhadap berbagai macam iklan sekalipun revolusioner ataupun menyenangkan.
Kata Kunci: Mitos, Utopis, Iklan 3
Abstract
This paper discusses the myths that exist on the ad provider 3 (Three). 3 is an critisism advertisement and sensitive to the problems of community life in general. Such as advertising in general, 3 ads based on the reality specificly to meet the needs of potential consumers. 3 ads were analyzed using the Roland Barthes semiotics in which the key idea is every object and symbol have a signifier and signified. The concept was influenced by Ferdinand de Saussure and then Barthes goes to develop the concept of signifier and signified into two levels. The two level is called Barthes as denotation and connotation. 3 ads as merely denotative advertising. However, connotation of 3 ads is ideologies. The ideology that existed at 3 ad is critical ideology. The theme is about a complaint if that is difficult to imagine the future, which is difficult to meet the needs and survive, and disappointment about the fundamental promise of the future. 3 ads critically raised the issue as use first and pay later like eat in warteg and also people that looks good but do the work that is less important. 3 ads although critisism ads presumably is very utopis. Utopian because that system has taken root and young children will not be separated from periods of work and loss of idealism. 3 ads do not speak directly about the freedom of the job but wrapped with the trade interests of its services. In spite from utopian or mythological nature, the 3 ads being in order to create a democratic society for understanding a variety of sides of life. However, the public must remain critical to the various kind of advertising and even revolutionaryor pleasant.
Keywords: Myth, Criticism, Utopian, Advertisemen
PENGARUH LENGAN TONGKAT PENGADUK TERHADAP HASIL PEMASAKAN JENANG
Dengan jalan melakukan proses produksi jenang dengan peralatan mesin sendiri akan sangat membantu usahannya dalam melakukan penekanan pembiayaan, sehingga upaya memaksimalkan hasil produksi tersebut dapat dilakukan dengan baik. Keadaan ini sangat membantu terhadap proses prosukai sebagaimana yang diharapkan tersebut, sekaligus tidak akan mengalami berbagai masalah sehubungan dengan beban biaya operasionalnya.
Dengan melakukan analisis terhadap cara kerja alat pengaduk jenang, maka dapat diperoleh hasil pemakaian alat yang efisien, kemudian proses pembuatan yang paling efektif sehingga mampu menghasilkan biaya rendah dengan keuntungan yang dicapai pengusaha jeang lebih baik dan lebih besar.
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dpat diambil adalah: umur ekonomis mesin dan keterbatasan kapasitas mesin sebagai akibat dari tidak adanya keseimbangan antara daya penggerak (motor) dengan daya kerja. Kemudian tujuannya adalah ingin mengetahui pengaruh lengan pengaduk terhadap hasil pemasakan jenang. Hasil yang dari penelitian ini adalah: (1) Pemakaian alat pengaduk dengan menggunakan tongkat lengan satu buah akan membutuhkan putaran pengadukan sebanyak 3600 kali putaran pengadukan, dan dalam satu kali pengadukan dibutuhkan waktu 5 detik, sehingga proses pengadukan keseluruhan membutuhkan waktu 5 jam. (2) Pemakaian alat pengaduk dengan menggunakan tongkat lengan dua buah akan membutuhkan putaran pengadukan sebanyak 2880 kali putaran pengadukan, dan dalam satu kali pengadukan dibutuhkan waktu 5 detik, sehingga proses pengadukan keseluruhan membutuhkan waktu 4 jam. (3) Dengan pemakaian lengan tongkat yang berbeda dapat mempengaruhi terhadap waktu proses pengadukan jenang tersebut. Berdasarkan percobaan I dan percobaan II terdapat selisih efisiensi sebesar 720 kali putaran pengadukan atau terjadi selisih efisiensi waktu 1 jam
Analisis Perbandingan Peramalan Data Pemrograman Pasang Surut Anfor Dengan Data Pengukuran Pasang Surut Admiralty Pada Stasiun Cilacap
Pasang surut air laut merupakan suatu gerakan naik turunnya permukaan udara secara periodik sebagai akibat dari gaya tarik menarik antara bumi, bulan dan matahari. Analisa pasang surut sangat diperlukan dalam penentuan posisi mean level maupun prediksi muka air laut yang dapat dianalisis dengan program admiralty dan program anfor. Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap empat pasang surut selama 15 hari. Pengolahan data analisa program anfor menggunakan software Totis dan analisa program admiralty menggunakan software microsoft excel. Hasil analisa pasang surut program admiralty dan anfor perolehan selisih terbesar yaitu pada komponen S2 sebesar 9,3503 m dari analisa data observasi Cilacap tahun 2015. Sedangkan untuk selisih fase terbesar yaitu pada komponen K2 dari analisa data Cilacap 2014 sebesar 687,6405O . Uji hasil data prediksi masing-masing analisa dengan data pengamatan menunjukkan program lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai RMSE program anfor pada empat data lebih kecil dibandingkan program admiralty. Berdasarkan hasil uji dari kedua metode menghasilkan bahwa keuntungan dari program anfor yaitu lebih cepat dan mudah dalam analisa serta menghasilkan komponen pasut lebih banyak dan hasil prediksi yang lebih akurat. Kata kunci : pasang surut, anfor, laksamana, perbandinga
Perbedaan antara Praktek Penggunaan APD Sebelum dengan Sesudah Sosialisasi Safety Sign pada Pekerja sebuah Industri Glasware di Kota Tangerang
PT. Culletprima Setia adalah Perusahaan yang bergerak dibidang manufacturing glass table ware yang memproduksi barang pecah belah yang prosesnya memiliki tingkat risiko yang tinggi. Pada bagian produksi sering terjadi kecelakaan yang dipengaruhi faktor lemahnya pengetahuan pekerja untuk mengenali tempat yang berisiko. Keadaan tersebut menjadi masalah apabila tidak adanya safety sign yang berfungsi sebagai media untuk mengingatkan pekerja untuk menggunakan APD pada tempat kerja yang berisiko, sebagai upaya pencegahan secara administratif untuk meminimalisir risiko di tempat kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara sosialisasi pemasangan safety sign terhadap pengetahuan serta praktik pekerja dalam penggunaan APD. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian Non Equivalent Control Group.Populasi dalam penelitian ini adalah 65 orang dengan dan sampel sebanyak 65 pengambilan sampel dengan metode total sampel. Analisis data menggunakanWilcoxon signed rank untuk mengetahui perbedaan antara 2 sampel berpasangan. Perbedaan pengetahuan safety sign pada kelompok eksperimen terdapat peningkatan sebesar 63,7% setelah pemberian sosialisasi, sementara pada kelompok kontrol tanpa pemberian sosialisasi terdapat peningkatan 6,3 %. Perbedaan pengetahuan APD pada kelompok eksperimen terdapat perbedaan meningkat setelah pemberian sosialisasi, sementara pada kelompok kontrol tanpa pemberian sosialisasi terdapat perbedaan terjadi penurunan sebesar 3,2%. Perbedaan pada praktik kelompok eksperimen terdapat peningkatan sebesar 66,6% setelah pemberian sosialisasi sedangkan pada kelompok kontrol tanpa pemberian sosialisasi terdapat perbedaan terjadi peningkatan sebesar 0,1%. Perusahaan disarankan memberikan pengetahuan tentang K3 secara berkelanjutan, yang di masukan kedalam program pertemuan rutin seperti pada saat brefing produksi bulana
STUDI TENTANG KESIAPAN GURU DALAM MENERAPKAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI SMA NEGERI I KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2004/2005
Mariyanto. STUDI TENTANG KESIAPAN GURU DALAM MENERAPKAN
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI SMA NEGERI I
KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2004/2005. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari
2006.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan
tingkat pemahaman guru mengenai KBK. (2) Untuk mengetahui dan
mendeskripsikan tingkat kesiapan guru dalam menerapkan KBK. (3) Untuk
mengetahui dan mendeskripsikan profesionalisme guru dalam menjalankan sistim
KBK. (4) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan hambatan yang dialami guru
dalam menerapkan KBK.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subyek penelitian
adalah guru di SMA Negeri 1 Karanganyar tahun ajaran 2004/2005. Teknik
sampling yang digunakan bersifat purposive sampling dengan teknik snowball
sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi,
serta menggunakan dokumen. Teknik analisis data menggunakan analisis
kualitatif dengan model analisis interaktif (Interactive of analysis). Validitas data
dengan menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini menyebutkan bahwa guru dalam
menjalankan KBK masih dalam tahap penyesuaian atau adaptasi namun guru
telah memiliki kompetensi yang diperlukan dalam menjalankan KBK, guru sudah
bersikap profesional dalam menjalankan KBK. Dalam menjalankan KBK guru
mengalami beberapa hambatan diantaranya jumlah siswa yang belum sesuai
dengan KBK, sarana dan prasarana yang masih dirasa kurang dan sikap dari
peserta didik yang masih pasif belum dapat berkomunikasi dan berinteraksi secara
maksimal dalam proses pembelajaran
- …
