7 research outputs found

    Purification and in Situ Iodisation of Blotong Solid Waste Into Consumption Salt in Iodized-Salt Industry

    Full text link
    The solid waste of iodized-salt industry are sapon (50-100 kilograms) and blotong (1-2 tons) per 10 tons per day. The objective of this research was for recycling blotong through purification, recrystallization and in situ iodisation to increase NaCl content and homogeneous KIO3. This research used two variables which were KIO3 concentration within 30,40, 50 & 60 ppm, and brine water of blotong that had soluted into 240Be (consist of salt water which purified with Na2CO3, NaOH and unpurified salt water). The composition of blotong were 12.318% water content, 46.409% Cl-, 82.685% pure NaCl, 0.784% Mg2+, 1.420% Ca2+ and 2.747% SO4.After purification and recrystallization, impurities was decreased, Mg2+ became 0.278% (64.54% reduction) and Ca2+ became 0.153% (89.23% reduction). NaCl content was increasing into 96.481% and fulfilled the NaCl standard of salt consumption based on SNI 3556-2010 (94.7%)

    Pemisahan Nacl dari Limbah Padat IKM Garam Beryodium untuk Industri Penyamakaan Kulit dan Pengolahan Air Industri

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan sludge kotor menjadi garam untuk industri penyamakan kulit dan pengolahan air industri dengan spesifikasi NaCl minimum 85%. Variabel yang digunakan yaitu variabel pertama adalah formulasi sludge, terdiri dari perbandingan sludge bersih dan sludge kotor yaitu 50%: 50%dan 0:100%). Variabel kedua adalah jumlah penambahan Na2CO3dalam proses pemurnian larutan garam terdiri dari 0, 3 ,4 dan 5 g/l larutan garam 240Be. Penambahan Na2CO3sebanyak 4 g/l larutan garam merupakan hasil yang terbaik dengan nilai prosentase penurunan Ca2+ minimum 91,67% dan zat pengotor Mg++mengalami penurunan minimum 14%. Pemisahan NaCl dari sludge melalui proses pelarutan dan pemurnian menaikkan NaCl formula 50%:50% dari 66,75% menjadi 95,77%, sedangkan NaCl dari formula 0:100% dari 48,5% menjadi 91,87%. Rendemen garam untuk formula 50% : 50% dan 0: 100% masing-masing 79,7% dan 77,4%

    The Effect of Gradually Stirring on Halophilic Bacteria Growth with Artemia Salina Nutrition for Salt Production

    Full text link
    Halophilic bacteria are microorganisms whose habitat is at high salt content. Halophilic bacteria in the presence of salt crystallization can increase the purity of NaCl. Nutrients that contain carbon and oxygen must be available for the survival of bacteria, where Artemia salina contains 52% protein and 15.49% carbohydrate. The purpose of this study was to determine the development of the growth of halophilic bacteria using nutrient Artemia salina for salt production. Three variables were used in this reserach: the first variables includes aeration and stirrer, the second variable was stirring time (½, 1, 2, 3, 4, 5 and 6 hours) and the third variable was mixing period, there were consisted of 1st, 2nd, 3rd, 4th, 5th, 6th and 7th day. The best treatment for transmitance and microbial analysis were 6 hours and seven days of aeration, each point was 33% transmitance and 2,25 x 103 colony forming unit per mililiter for microbilogy analysis

    Kemampuan Bakteri Halofilik untuk Pengolahan Limbah Industri Pemindangan Ikan

    Full text link
    Industri pemindangan ikan dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah cair. Limbah tersebut langsung dibuang ke sungai, hal ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama bau akibat dari pembusukan protein.Kapasitasnya 150 m3 per-hari untuk 1 industri. Limbah cair rebusan ikan pindang mengandung beban cemaran yang cukup tinggi, dengan nilai permanganat 15.073 ppm dan BOD 5.380 ppm.Pengolahan limbah cair dalam penelitian ini menggunakan sistem batch dan kontinyu yang diamati setiap hari selama 8 hari (hari ke 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7). Hasil penelitian menunjukkan penurunan nilai permanganat paling optimal terjadi pada hari ke 6 sebesar 4.266 ppm atau penurunannya sebesar 2.401 ppm , atau 36,01 persen untuk sistem batch. Sistem kontinyu penurunan optimal pada hari ke-3 yaitu 5.906 ppm turun 13,47 persen.Jadi sistem batch lebih efektif daripada sistem kontinyu pada pengolahan limbah pindang dengan bakteri halofilik. Nilai BOD terjadi penurunan yang signifikan, untuk pengolahan dengan sistem batch secara keseluruhan nilai BOD sistem batch lebih rendah daripada sistem kontinyu. Penurunan yang optimal pada hari ke-6menjadi 496 ppm terjadi penurunan sebesar 1.203 ppm atau 70,81 persen, sedangkan sistem kontinyu nilai BOD tidak terjadi penurunan

    Penggunaan Bakteri Halofilik Sebagai Biokatalisator Untuk Meningkatkan Kualitas Dan Produktifitas Garam Nacl Di Meja Kristalisasi

    Full text link
    Penerapan penggunaan bakteri halofilik sebagai biokatalisator untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas garam NaCl di meja garam telah dilakukan pada skala lapangan di Pegaraman III Sampang – Madura. Keberadaan bakteri halofilik mampu meningkatkan kadar NaCl pada proses kristalisasi garam. Tahapan percobaan meliputi: pembuatan nutrisi halofilik berbahan baku tepung Artemia salina dan uji coba pengkayaan bakteri halofilik dan kristalisasi. Luas lahan 300 m2 digunakan untuk meja kristalisasi bakteri halofilik, kolam pengkayaan dan, meja kristalisasi kontrol. Komposisi nutrisi terbaik untuk bakteri halofilik adalah: AS-3 yang terdiri dari tepung Artemia salina = 1,125 gram; air garam tua 20OBe = 450 ml; starter halofilik = 50 ml; gula = 1,5 gram dan urea = 0,5 gram. Uji coba proses kristalisasi di awal musim hujan, menggunakan nutrisi AS-3 pada konsentrasi 28OBe merupakan perlakuan terbaik yang menghasilkan garam dengan kandungan NaCl 98,116%; produktivitas lahan 84 ton garam/Ha/musim. Lahan kontrol menghasilkan garam dengan kandungan NaCl 95,6% dan produktivitas 51 ton garam/Ha/musim.

    Kemampuan Isolat Bakteri Haloferax Spp dalam Meningkatkan Kemurnian Garam NaCl untuk Bahan Baku Industri

    Get PDF
    Garam yang dihasilkan oleh peladangan garam rakyat tidak memenuhi standar kemurnian (84-90%), maka diperlukan pencucian garam untuk meningkatkan kemurnian NaCl yang akan digunakan sebagai bahan baku industri. Pencucian garam akan menghasilkan air limbah yang dibuang ke lingkungan sebanyak 1,5 m3 untuk 10 ton garam yang dicuci. Peladangan garam dengan menggunakan bantuan mikroorganisme yang hidup pada salinitas tinggi (halofilik) merupakan suatu teknologi alternatif dalam produksi garam NaCl yang memiliki kemurnian yang tinggi dan ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas garam NaCl yang dihasilkan berdasarkan kemampuan bakteri Halococcus spp dalam mempengaruhi faktor-faktor fisika-kimiapada saat proses kristalisasi garam. Penelitian ini terbagi atas dua tahap yaitu penentuan jumlah starter untuk kristalisasi dan percobaan kristalisasi. Parameter yang di ukur adalah absorbansi (OD 600), kemurnian NaCl hasil kristalisasi, kekentalan larutan garam (oBe), kekeruhan (transmittance), warna kristal, dan pengamatan mikroskopis. Variabel yang digunakan pada penelitian pertama adalah komposisi inokulum yang akan digunakan sebagai starter, dan variabel pada penelitian kedua merupakan variabel pembanding yaitu air garam tua dengan penambahan konsorsium halofilik, penambahan nutrisi LB (Luria berthani) dan kontrol berupa air garam tua. Hasil penelitian menunjukan bahwa komposisi terbaik untuk proses kristalisasi adalah konsentrasi isolat 10% dan penambahan pada proses kristalisasi sebanyak 1%. Pada penelitian kedua kenaikan kekentalan larutan garam tercepat diperoleh pada perlakuan Halococcus spp dan kontrol+LB, kekeruhan tertinggi didapatkan oleh perlakuan konsorsium halofilik, dan kekompakan kristal garam yang terbaik dihasilkan oleh perlakuan Halococcus spp. Kemurnian NaCl yang dihasilkan dari penambahan bakteri Halococcus spp memiliki nilai tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya yaitu 94,64%, sementara perlakuan dengan menggunakan konsorsium bakteri halofilik sebesar 92,84%, kontrol dengan penambahan nutrisi LB 92,51% dan kontrol 91%
    corecore