11 research outputs found
Efektivitas Waktu Persilangan Tiga Genotipe Cabai (Capcicum sp) pada Persilangan Dialel
Chili is an important horticultural commodity in Indonesia. However, its production is still not optimal because there are not many superior seeds available, which causes low productivity. One solution to this problem is to improve planting material (seeds) by a plant breeding program through a hybridization process. Crossing different types of chili requires the right time to increase the chances of success. The purpose of this study was to determine the effectiveness of crossing three genotypes of chili (two introduced and one local). The study was carried out with a factorial randomized design. The first factor was a combination of crosses of three parents, namely Sweet Italian, Garda and Katokkon by dialel crosses. The second factor was the time of crossing, namely at 04.00, 05.00, 06.00, 07.00, 08.00. The results of the analysis showed that the combination of parents had an interaction with crossing time in increasing the dsuccess of the crosses. Each parent combination hah a specific time for crossing. If the female parent was Sweet Italian, the time of crossing early in the morning (low temperature) was more optimal, which was between 04.00-07.00. For Katokkon×Garda crosses and their reciprocals, the percentage of successful crosses increased if it was done at 06.00-08.00. None of the crosses between Garda×Sweet Italian were successful or were entirely lethal.
Keywords: chili, crossing time, dialele , introduction genotype
ABSTRAK
Cabai merupakan komoditas hortikultura yang penting di Indonesia. Namun produksinya masih belum optimal karena belum banyak tersedia benih unggul, yang menyebabkan rendahnya produktivitas. Salah satu solusi masalah tersebut adalah dengan perbaikan bahan tanam (benih) melalui program pemuliaan tanaman dengan proses persilangan (hibridisasi). Persilangan cabai yang berbeda jenis memerlukan waktu yang tepat untuk dapat meningkatkan peluang keberhasilannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas waktu persilangan tiga genotipe cabai (dua introduksi dan satu lokal). Penelitian dilaksanakan dengan rancangan acak kelompok faktorial, Faktor pertama adalah kombinasi persilangan dari tiga tetua, yaitu Sweet Italian, Garda dan Katokkon secara dialel. Faktor kedua adalah waktu persilangan, yaitu pada pukul 04.00, 05.00, 06.00, 07.00, 08.00. Hasil analisis menunjukkan bahwa kombinasi tetua memiliki interaksi dengan waktu persilangan dalam meningkatkan keberhasilan persilangan. Tiap kombinasi tetua memiliki waktu yang spesifik untuk persilangan. Jika tetua betina Sweet Italian, waktu persilangannya semakin pagi (suhu rendah) semakin optimal, yakni di antara pukul 04.00-07.00. Untuk persilangan Katokkon×Garda maupun resiproknya, persentase keberhasilan persilangan semakin meningkat jika dilakukan pada pukul 06.00-08.00. Tidak ada penyerbukan silang antara Garda×Sweet Italian yang berhasil persilangan atau seluruhnya letal.
Kata kunci: cabai, dialel , genotipe introduksi, waktu persilanga
PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN JUNREJO KOTA BATU
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya biaya dan pendapatan usahatani bawang merah dalam satu kali musim tanam, besarnya R/C rasio atau kelayakan usahatani bawang merah dalam satu kali musim tanam. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Junrejo Kota Batu. Varietas bawang merah yang banyak dibudidayakan adalah varietas Philip. Analisis data yang digunakan adalah analisis pendapatan (π = TR–TC) dan kelayakan usahatani. Hasil penelitian menyebutkan bahwa usahatani bawang merah di Kecamatan Junrejo Kota Batu masih dalam skala kecil. Luas lahan garapan responden yang mayoritas kurang dari 0,25ha, tetapi terbukti mampu memproduksi bawang merah dengan volume yang tinggi per hektar per musim tanam yaitu sebesar 13.993 kg. Dengan produksi yang tinggi sehingga mampu memberikan keuntungan bagi petani yakni sebesar Rp. 60.992.088. Hasil analisis R/C rasio dengan nilai 2,28 juga menunjukkan bahwa usahatani bawang merah baik dan layak untuk dikembangka
KEUNGGULAN KOMPARATIF KOMODITAS JAGUNG DI KABUPATEN KEDIRI
This research was conducted to determine the comparative advantage of maize. The analysis method to answer the research objective is Domestic Resource Cost (DRC) analysis. The results said that maize in Kediri has a comparative advantage. Maize farming using domestic resources can save foreign exchange of US 1 imported. So it is better that maize was produced in own country using the domestic resources rather than imported to meet the needs of the national maize. the decline in maize productivity have a negative impact on the level of comparative advantage. Even if it continue to decline, maize can be lose the value of comparative advantag
Analisis Keuntungan Produk Olahan Kacang Mete Skala Rumah Tangga
Cashew nuts are one of the agricultural commodities that is primarily consumed as a producer of raw materials for industry (Basuki, 2005). Cashew nut (Anancardium occidentalle L) is a long-lived crop with high economic value. Karangnongko Hamlet is a cashew production center in Sumberagung Plosloklaten Kediri Village. The cashew processing business ready for consumption is currently not widely developed in Sumberagung Village. Farmers only sell cashew logs (untreated and separated from the shell). Cashew can be processed on a small-scale basis at home to increase the product's value and selling price. The purpose of this study is to identify the benefits of processed cashew products on a household level. The methods used include cost analysis, Break Even Point, and R/C Ratio analysis. The results showed that household-scale cashew processed products are profitable and feasible to run with an R/C Ratio value 1.44. Product marketing is also carried out through online media and e-commerce. This effort was made to increase the added value and selling price of cashew products as well as the income of the local community
Pelatihan Pengolahan Batang Talas dan Buah Jeruk di Desa Dermojayan Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar
Desa Dermojayan kecamatan Srengat kabupaten Blitar memiliki potensi tanaman berupa talas dan buah jeruk yang melimpah. Potensi ini dapat dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai jual hasil tanaman tersebut. Untuk itu maka perlu dilakukan kegiatan pelatihan pengolahan batang talas dan buah jeruk menjadi produk-produk yang memiliki nilai ekonomis dan bermanfaat untuk masyarakat sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat desa Dermojayan. Beberapa produk olahan yang dihasilkan dari kegiatan ini meliputi kripik lompong dan permen jeruk. Diversifikasi produk buah talas masih terbatas pada rumah tangga, dimana dulu batang talas hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kegiatan bertujuan berbagi ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat desa Dermojayan untuk proses pengolahan kripik lompong. Bukan hanya talas, di sana juga terdapat perkebunan buah jeruk seluas 800 ru atau 11.200 m2 dengan jumlah 800 pohon buah jeruk. Buah jeruk sortiran yang biasanya hanya dimanfaatkan sebagai es jeruk, diolah dan dibuat inovasi produk baru dengan membuat olahan permen jeruk. Diharapkan masyarakat mampu membuka usaha UMKM sehingga dapat mengangkat perekonomian di desa Dermojayan itu sendiri
Analisis Keunggulan Komparatif Komoditas Jagung (Zea mays L.) di Kabupaten Kediri.
Jagung merupakan salah satu komoditas unggulan pertanian dari sub sektor tanaman pangan. Jagung juga termasuk dalam produk tradable, yaitu produk-produk yang dapat diperdagangkan secara internasional di pasar dunia. Menurut Kementerian Pertanian, jagung adalah komoditas yang telah mencapai swasembada dan saat ini perlu untuk terus dikembangkan menuju swasembada berkelanjutan. Akan tetapi dalam kenyataannya, Indonesia masih melakukan impor jagung dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan nasional. Berdasarkan data FAO, pada tahun 2013 Indonesia melakukan impor jagung sebesar 1,99 juta ton. Kabupaten Kediri merupakan salah satu daerah sentra produksi jagung di Propinsi Jawa Timur yang memiliki prospek bagus, hal ini ditandai dengan jumlah produksi dan produktivitas yang terus meningkat setiap tahunnya. Data produksi dan produktivitas jagung dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kediri tahun 2011 menyebutkan bahwa pada tahun 2006 produktivitas jagung di Kediri adalah 57,85 kw/Ha, kemudian terus meningkat menjadi 57,88 kw/ Ha, 58,91 kw/ Ha, 58,94 kw/Ha dan 59,20 kw/Ha pada tahun 2007 hingga 2010. Jumlah produksi yang tinggi bukan merupakan suatu jaminan bahwa suatu komoditas memiliki keunggulan komparatif yang tinggi pula. Apabila suatu komoditas mempunyai keunggulan komparatif artinya komoditas tersebut dapat diproduksi dengan biaya yang efisien ditinjau dari penggunaan biaya sumberdaya domestik. Oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah penelitian untuk mengetahui sejauhmana tingkat keunggulan komparatif komoditas jagung dan kepekaannya ketika terjadi perubahan produktivitas dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Setelah mengetahui tingkat keunggulan komparatif komoditas jagung, pemerintah melalui Dinas Pertanian Kabupaten Kediri akan dapat mengambil dan menentukan strategi atau kebijakan yang sesuai untuk lebih meningkatkan keunggulan komparatif jagung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keunggulan komparatif komoditas jagung dan menganalisis kepekaan tingkat keunggulan komparatif komoditas jagung ketika terjadi perubahan variabel produktivitas dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika di lokasi penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Puhjarak Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri dengan pertimbangan bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa dengan hasil produksi jagung tertinggi di Kabupaten Kediri. Selain itu, Desa Puhjarak termasuk desa yang produksi komoditas pertaniannya selalu unggul dan seluruh petaninya aktif dalam kegiatan kelompok tani. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis biaya sumber daya domestik (DRC) dan analisis sensitivitas. Analisis DRC digunakan untuk menjawab tujuan penelitian pertama dan analisis sensitivitas digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas jagung di Kabupaten Kediri memiliki keunggulan komparatif karena nilai DRCR (Domestic Resource Cost Ratio) yang dihasilkan lebih kecil dari 1 yakni sebesar 0,462. Ini juga berarti bahwa sistem produksi usahatani jagung di lokasi penelitian efisien ditinjau dari aspek pengalokasian sumberdaya domestik. Dengan kata lain, sumberdaya domestik yang harus dikorbankan dalam usahatani jagung di dalam negeri lebih kecil dibandingkan dengan mengimpor jagung. Ini juga berarti bahwa usahatani jagung dengan menggunakan sumbedaya domestik mampu menghemat devisa negara sebesar US 1 yang diimpor. Sehingga usahatani jagung di Kabupaten Kediri dapat terus dilanjutkan bahkan dikembangkan karena penggunaan sumberdaya domestik telah efisien dan memiliki keunggulan komparatif. Jadi lebih baik komoditas jagung diproduksi sendiri di dalam negeri dengan menggunakan sumberdaya domestik daripada impor jagung untuk memenuhi kebutuhan jagung nasional. Oleh karena itu, lebih baik pemerintah merumuskan sebuah kebijakan yang mendukung peningkatan produksi dan produktivitas jagung. Berdasarkan analisis sensitivitas, hasilnya menunjukkan bahwa penurunan produktivitas jagung berdampak negatif (menurunkan tingkat keunggulan komparatif). Bahkan jika terjadi penurunan produktivitas terusmenurus jagung akan kehilangan nilai keunggulan komparatifnya. Hal ini terjadi karena penurunan produktivitas jagung menyebabkan menurunnya penerimaan yang diperoleh. Sedangkan biaya sumberdaya domestik yang harus dikorbankan untuk kegiatan usahatani jagung tetap sama untuk setiap hektar. Dengan demikian maka nilai DRCR akan semakin besar (mendekati 1), ini berarti bahwa tingkat keunggulan komparatifnya semakin rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas jagung guna meningkatkan keunggulan komparatifnya. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang melemah berdampak positif (meningkatkan keunggulan komparatif) jagung. Ini terjadi karena tingkat keunggulan komparatif jagung yang diukur dengan metode DRC menggunakannilai tukar harga bayangan atau SER (Shadow Exchange Rate). Sehingga ketika nilai tukar harga bayangannya berubah (melemah) maka nilai input tradeable dan output jagung mengalami perubahan, tingkat keunggulan komparatif jagung juga akan berubah. Saat nilai tukar Rupiah melemah terhadap Dollar Amerika, artinya US $1 jika dikurskan dalam Rupiah nilainya akan lebih mahal. Sehingga nilai SER (penyebut) lebih besar daripada DRC (pembilang) maka hasil DRCR yang diperoleh akan semakin kecil (mendekati angka nol) sehingga tingkat keunggulan komparatif jagung semakin tinggi. Penurunan produktivitas jagung dan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang terjadi bersamaan berdampak negatif (dapat menurunkan tingkat keunggulan komparatif). Hal ini dapat terjadi karena nilai penurunan produktivitas jagung lebih tinggi daripada melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar. Sehingga menyebabkan nilai DRCR menunjukkan angka yang mendekati 1 dan mengindikasikan bahwa tingkat keunggulan komparatifnya menurun. Untuk menjaga tingkat keunggulan komparatif jagung agar tetap efisien diproduksi di dalam negeri dan mampu menghemat devisa ngera maka perlu menjaga produktivitas jagung tetap tinggi dan menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Tani Dalam Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (Puap) Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Usahatani Bawang Merah (Studi Kasus Di Desa Junrejo, Kecamat
Sektor pertanian masih menjadi salah satu penyumbang PDB terbesar di Indonesia. akan tetapi di sisi lain tidak dapat menjamin kesejahteraan para petaninya. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kemiskinan di daerah perdesaan. Salah satu masalah pertanian yang dihadapi oleh petani adalah masalah keterbatasan modal. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut maka Kementrian Pertanian mulai tahun 2008 melaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota kelompok tani. Bantuan dana PUAP diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani melalui kegiatan pengembangan agribisnis sesuai dengan potensi disetiap daerah. Salah satu kegiatan usahatani hortikultura yang berkembang di Kota Batu adalah usahatani bawang merah. Akan tetapi dalam pengembangannya ada kecenderungan bahwa usahatani bawang merah mengalami kendala keterbatasan modal. Partisipasi aktif dari petani bawang merah dalam program PUAP akan menetukan keberhasilan program PUAP di Kota Batu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi petani bawang merah anggota kelompok tani dalam program PUAP dan menganalisis pendapatan usahatani bawang merah sebelum dan sesudah pelaksanaan program PUAP. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja yaitu di Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu dengan pertimbangan bahwa desa tersebut merupakan desa yang telah menerima dana BLM PUAP selama 3 periode dan bersedia meminjamkan dana PUAP berupa uang tunai kepada anggota kelompok tani.
Metode analisis yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif skala Likert dan analisis usahatani. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan implementasi pelaksaan program PUAP dan mendeskripsikan tingkat partisipasi petani bawang merah anggota kelompok tani. Penelitian ini menggunakan 3 kategori partisipasi yaitu tinggi, sedang dan rendah. Analisis usahatani digunakan untuk menghitung jumlah biaya total yang dikorbankan, penerimaan total yang diperoleh, dan pendapatan dari usahatani bawang merah sebelum dan setelah adanya dana BLM PUAP. Kemudian juga dilakukan analisis uji beda rata-rata (uji t) terhadap pendapatan.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tingkat partisipasi anggota kelompok tani dalam program PUAP baik dari kelompok Tani Makmur maupun dari kelompok Gawe Rejo sama-sama termasuk dalam kategori tinggi. Nilai partisipasi kelompok Gawe Rejo adalah sebesar 22,375 dari nilai maksimal 24 atau sekitar 93,23%. Sedangkan dari kelompok Tani Makmur nilai partisipasinya adalah 19,64 dari nilai maksimal 24 atau dengan persentase sebesar 81,83%. Ini menunjukkan bahwa jauh dekatnya kelompok tani dengan lokasi pusat pemerintahan desa tidak menpengaruhi penyerapan informasi dan partisipasi petani dalam program PUAP.
Dana BLM PUAP memberikan pengaruh yang positif terhadap pendapatan usahatani bawang merah karena dapat meningkatkan pendapatan usahatani bawang merah kelompok Tani Makmur dan Gawe Rejo. Sebelum adanya dana BLM program PUAP, rata-rata pendapatan usahatani bawang merah kelompok Tani Makmur adalah sebesar Rp20.103.606,- kemudian rata-rata pendapatan meningkat menjadi Rp31.956.527,- (meningkat sebesar 58%). Untuk kelompok Gawe Rejo, rata-rata pendapatan usahatani bawang merah juga mengalami peningkatan sebesar 25%. Pendapatan usahatani sebelum PUAP adalah sebesar Rp39.750.746,- dan setelah mendapat dana BLM PUAP pendapatan meningkat menjadi Rp49.707.051,-. Hal ini juga diperkuat dengan hasil analisis uji beda ratarata yang menunjukkan bahwa nilai siginifikansi t hitung lebih kecil dari nilai a =0,05 untuk kedua kelompok tani. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan pendapatan yang nyata antara kondisi sebelum dan setelah PUAP dari kelompok Tani Makmur dan Gawe Rejo
Organoleptic Tests on Processed Products of Meatballs, Tofu Meatballs, Dumplings, and Herbal Drinks
This study aims to analyze the level of consumer preference for processed meatball products, meatball tofu, and herbal drinks produced on a household scale. This research was carried out in 2 stages, the first was the production stage and the second was the organoleptic test stage with the hedonic method or consumer preference level analysis. The importance of this research is to find out the results of food processing that can be accepted by consumers and how much the consumer\u27s preference level is, as well as to measure the response of food quality to the product. Processed products tested in this study were meatballs, meatball tofu, dumplings and herbal drinks. The product parameters tested in this study include general appearance, color, taste, texture, and aroma. The results showed that processed meatball products, meatball tofu, dumplings and herbal drinks produced on a household scale were generally well received and liked by consumers. However, there are several parameters such as taste and aroma that still need improvement. Improvements were made to improve and increase consumer preferences for processed products such as meatballs, meatball tofu, dumplings and herbal drinks
BUSINESS PLAN PRODUK OLAHAN DAGING AYAM SKALA RUMAH TANGGA
Daging ayam mengandung protein yang tinggi dengan harga terjangkau sehingga sering digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan makanan olahan. Daging ayam dapat diolah menjadi tahu bakso dan siomay dengan citarasa yang istimewa. Penelitian ini bertujuan untuk memproyeksikan usaha produk olahan daging ayam skala rumah tangga dalam bentuk business plan yang dimulai dari kegiatan perencanaan produksi, estimasi biaya, pemasukan dan keuntungan serta kelayakan usaha, tingkat kesukaan konsumen sampai manajemen usaha dan perencanaan pasar. Hasil penelitian menunjukkan produk tahu bakso dan siomay skala rumah tangga dinilai layak dan menguntungkan untuk diusahakan. Usaha dapat dikelola dengan tenaga kerja dalam keluarga sehingga bisnis lebih efisien. Pemasaran mudah dilakukan dengan segmen pasar yang luas
PERENCANAAN BISNIS PRODUK OLAHAN BERBASIS KOMODITAS NANAS DI KABUPATEN KEDIRI
Kabupaten Kediri merupakan salah satu wiayah yang berpotensi dalam pengembangan komoditas nanas di Jawa Timur. Tingginya produksi nanas didukung dengan sumber daya alam yang sesuai. Namun, produksi yang melimpah dan tidak terserap pasar menimbulkan risiko kerugian pasca panen. Pemanfaatan nanas dengan cara diolah menjadi sari, selai, dan dodol dapat menjadi solusi dan meningkatkan nilai tambah. Metode perencanaan bisnis produk digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha dan strategi pemasaran produk olahan berbasis komoditas nanas. Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai tambah pengolahan produk skala rumahan memberikan keuntungan yang positif.