19 research outputs found

    The Impact of Soybean and Corn Intercropping System and Soil Fertility Management on Soybean Aphid Populations Aphis Glycines (Hemiptera: Aphididae) and Soybean Growth Performance

    Full text link
    Agricultural management cropping systems play an important role in affecting a crop plant's ability to tolerate or resist insect pests. Field studies were conducted to examine the effect of two strategies management systems: fertilizer treatment and intercropping soybean with corn on soybean aphid (Aphis glycines Matsumura) population and soybean growth and yield parameters. The intercropping treatments were: soybean alone; 2:1 soybean/corn intercrop; and 3:1 soybean/corn intercrop. While the soil fertility treatments were the combination of NPK (urea 100 kg ha-1 + SP-36 200 kg ha-1 + KCl 200 kg ha-1) levels, dolomite (4 ton ha-1), compost (10 ton ha-1), and chicken manure (10 ton ha-1). The results of the first study showed that the intercropping soybean with corn significantly reduced the population density of soybean aphids. However, there were no significant effects of intercropping systems on soybean growth (plant height) and yield (number seed per pod and thousand seed weight) performances except on the number of soybean pods per plant. Meanwhile, the result of the second study indicated that soil fertilizer treatments had a significant effect on the soybean plant characteristics: leaf numbers; pod numbers; and plant height. Combining intercropping methods and soil fertilizer management offer an opportunity to protect the soybean plants by natural and sustainable pest management

    Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos Dan Kombinasinya Dengan Pupuk Anorganik Terhadap Serapan Hara Dan Produksi Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Pada Musim Tanam Ke Dua Di Tanah Ultisols Gedong Meneng

    Full text link
    Pupuk Organonitrofos merupakan pupuk organik baru yang terbuat dari pencampuran kotoran sapi dengan batuan fosfat alam yang diperkaya mikroorganisme penambat N dan pelarut P. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan, serapan hara, dan produksi tanaman jagung. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 6 perlakuan yaitu A (kontrol), B (900 kg urea ha-1, 250 kg SP-36 ha-1, 250 kg KCl ha-1), C (600 kg urea ha-1, 150 kg SP-36 ha-1, 150 kg KCl ha-1, 500 kg Organonitrofos ha-1), D (150 kg urea ha-1, 50 kg SP-36 ha-1, 100 kg KCl ha-1, 1.000 kg Organonitrofos ha-1), E (100 kg urea ha-1, 50 kg SP-36 ha-1, 100 kg KCl ha-1, 2.000 kg Organonitrofos ha-1), dan F (3.000 kg Organonitrofos ha-1) dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk Organonitrofos mampu mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Berdasarkan perhitungan standar deviasi kombinasi antara pupuk anorganik dan Organonitrofos pada perlakuan D dengan dosis 150 kg urea ha-1, 50 kg SP36 ha-1, 100 kg KCl ha-1, 1.000 kg Organonitrofos ha-1 menunjukkan hasil pertumbuhan, produksi, serta serapan hara N, P, dan K total tertinggi. Perlakuan D juga paling efektif terhadap biomass total tanaman jagung berdasarkan perhitungan Relative Agronomic Effectiveness yaitu sebesar 125,33 %. Serapan hara N, P, dan K berkorelasi dengan tinggi tanaman, bobot pipilan kering serta bobot berangkasan tanaman, kecuali antara serapan P dengan tinggi tanaman

    Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos Dan Kombinasinya Dengan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan, Serapan Hara Dan Produksi Tanaman Mentimun (Cucumis Sativus L.) Pada Musim Tanam Kedua Di Tanah Ultisol Gedung Meneng

    Full text link
    Pupuk Organonitrofos yang merupakan salah satu jenis pupuk organik yang mampu menyediakan unsur hara berimbang, khususnya N dan P berasal dari proses pengomposan kotoran sapi dan batuan fosfat yang ditambahkan mikroba pelarut fosfat dan mikroba penambat nitrogen. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menyelidiki pengaruh pemberian pupuk organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan, serapan hara dan produksi pada tanaman mentimun, (2) Menetapkan kombinasi pupuk organonitrofos dengan pupuk anorganik yang paling efektif secara agronomis maupun ekonomis pada tanaman mentimun. Penelitian ini terdiri dari 6 perlakuan dengan 3 ulangan disusun dalam Rancangan Acak kelompok (RAK). Perlakuan yang digunakan yaitu A: Kontrol (tanpa pupuk), B: 100 kg urea ha -1 , 200 kg SP-36 ha -1 , 100 kg KCl ha -1 , C: 75 kg urea ha -1 , 150 kg SP-36 ha -1 , 75 kg KCl ha -1 , 1.000 kg Organonitrofos ha -1 , D: 50 kg urea ha -1 , 100 kg SP-36 ha -1 , 50 kg KCl ha -1 , 2.500 kg Organonitrofos ha -1 , E: 25 kg urea ha -1 , 50 kg SP-36 ha -1 , 25 kg KCl ha -1 , 3.000 kg Organonitrofos ha -1 , F: 5.000 kg Organonitrofos ha -1 . Variabel pengamatan meliputi panjang tanaman, jumlah cabang, jumlah bunga betina, jumlah bunga jantan, jumlah bunga betina jadi buah, jumlah buah per pohon, bobot berangkasan segar, bobot berangkasan kering, bobot buah, bobot rata-rata buah, analisis tanah, dan analisis tanaman. Data dianalisis dengan analisis ragam dan perbedaan nilai tengah perlakuan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk anorganik pada dosis 75 kg urea ha -1 , 150 kg SP-36 ha -1 , 75 kg KCl ha - 1 , 1.000 kg Organonitrofos ha -1 dapat meningkatkan serapan hara N, P, K, namun tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi mentimun pada musim tanam kedua. Pupuk tunggal Organonitrofos dosis 5.000 kg ha -1 lebih direkomendasikanuntuk petani mentimun, karena merupakan dosis paling efektif secara agronomis (Relative Agronomic Effektiviness) maupun secara ekonomis dan dapat menciptakan pertanian yang berkelanjutan

    Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos Dengan Pupuk Kimia Pada Tanaman Cabai Rawit Kathur (Capsicum Frutescens) Di Tanah Ultisol

    Full text link
    Pupuk Organonitrofos merupakan salah satu jenis pupuk organik yang berasal dari hasil dekomposisi campuran kotoran sapi segar dan batuan fosfat alam yang baru dikembangkan di Provinsi Lampung. Penelitan ini bertujuan untuk mempelajari uji efektivitas dan pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap pertumbuhan, serapan hara dan produksi tanaman cabai rawit kathur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Oktober 2012 di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung. Penelitian ini terdiri dari 6 perlakuan dengan 3 ulangan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok. Perlakuan adalah A=tanpa pemupukan, B=1.000 kg urea ha-1, 400 kg SP36 ha-1, 300 kg KCl ha-1, C=800 kg urea ha-1, 300 kg SP36 ha-1, 300 kg KCl ha-1, 500 kg Organonitrofos ha-1, D=600 kg urea ha-1, 200 kg SP36 ha-1, 200 kg KCl ha-1, 1.000 kg Organonitrofos ha-1, E=400 kg urea ha-1, 100 kg SP36 ha-1, 100 kg KCl ha-1, 2.000 kg Organonitrofos ha-1, F=5.000 kg Organonitrofos ha-1. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlet, aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Perbedaan nilai tengah perlakuan diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:(1) Perlakuan pupuk kombinasi E (400 kg urea ha-1 , 100 kg SP36 ha-1 , 100 kg KCl ha-1 , 2.000 kg Organonitrofos ha-1) dan pupuk Organonitrofos tunggal dengan dosis 5.000 kg ha-1 efektif terhadap produksi secara RAE masing-masing sebesar 47 dan 176%, serta perlakuan pupuk Organonitrofos tunggal menunjukkan yang paling ekonomis (2) Kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia dengan dosis 400 kg urea ha-1, 100 kg SP36 ha-1, 100 kg KCl ha-1, 2.000 kg Organonitrofos ha-1 memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan serapan hara NPK, sedangkan produksi terbaik terdapat pada perlakuan pupuk Organonitrofos tunggal dengan dosis 5.000 kg ha-1

    Pengaruh Pengolahan Tanah terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Serapan Hara Ubikayu (Manihot Esculenta Crantz) pada Periode Tanam ke- 2 di Gedung Meneng Bandar Lampung

    Full text link
    Peningkatan produksi ubikayu umumnya dilakukan melalui dua cara yaitu ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi dilakukan dengan penambahan areal panen tetapi sulit dilakukan karena terjadi alih fungsi lahan dan pertambahan penduduk, sedangkan intensifikasi dapat dilakukan dengan cara pengolahan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem pengolahan tanah dan pengendalian gulma yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, produksi dan serapan hara serta sistem pengolahan tanah yang menguntungkan petani ubikayu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Juni 2014 sampai Juli 2015. Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 4 perlakuan yaitu : OTM (Olah Tanah Minimum); OTM+Herbisida (Olah Tanah Minimum+ Herbisida berbahan aktifGlifosat 2,4- D); OTS (Olah Tanah Sempurna); OTS+Herbisida (Olah Tanah Sempurna+Herbisida berbahan aktif Glifosat 2,4- D); dengan 4 ulangan. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlet, aditivitas data diuji dengan uji Tukey, dan perbedaan nilai tengah diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5 % serta dilakukan uji korelasi variabel utama yaitu N, P, K.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan tanah minimum dan herbisida meningkatkan pertumbuhan ubikayu paling tinggi dibandingkan pengolahan tanah sempurna + herbisida, olah tanah minimum dan olah tanah sempurna. Sistem olah tanah sempurna + herbisida menghasilkan produksi ubikayu dan jumlah hara terangkut tanaman yaitu N, P dan K serta C- tanaman tertinggi dibandingkan olah tanah minimum + herbisida, olah tanah minimum dan olah tanah sempurna. Olah tanah sempurna dan herbisida lebih menguntungkan dari pada olah tanah sempurna, olah tanah minimum dan olah tanah minimum + herbisida di musim tanam kedua

    Phosphorus Extraction From Soil Constituents in Equilibrium and Kinetics Applying Bray P-1, Mehlich-1, and Olsen Solutions

    Full text link
    Phosphorus (P) which is an essential macro nutrient is one of the most limiting factors for plant growth in humid tropical soils. There are several methods have been applied to estimate the quantity of available  P  in soil constituents in relation to the plant production.   The method solutions of Bray P-1, Mehlich-1, and Olsen are the most frequently used in equilibrium condition  to estimate the  available P in the soil constituents.  But each of  the methods can give some different values that may not describe the availability of P. Therefore, it is necessary to conduct a laboratory experiments to compare the three solutions in equilibrium and kinetics for  P release from soil colloids as a basic data for the future relating to plant productions. The objectives of this study is to compare the quantity of P release in equilibrium and kinetics using P Bray P-1, Mehlich-1, and Olsen solutions and  rate constant (k) of P release from soil colloids using the three solutions of five soil constituents or treatments: (1) Soil (100% soil), (2) P-rock (100% of  phosphate rock), (3) compost (100% of chicken manure compost), (4) soil+P-rock (75% of soil + 25% of  phosphate rock), and (5) soil+P-rock+compost (50% of soil + 25% of phosphate rock + 25% of chicken manure compost) which  were extracted in triplicate. The results indicated that the quantities of   extracted  P employing equilibrium conditions in all treatments are significantly lower compare to that of kinetics . The results also showed that Mehlich-1 solution was the most power full to extract P from soil constituents  following Bray P-1 solution and the least was Olsen solution, except in the soil+P-rock+compost treatment where the quantity of extracted P using Mehlich-1 solution was still the highest  then following that of P extracted by Olsen solution and the lowest was Bray P-1 solution both in equilibrium and kinetics conditions. The highest rate constants (k) of the reaction in all treatments were found  in  using Melich-1 solution for desorbed P following that of using Bray P-1 solution and the least was that of  using Olsen solution.&nbsp

    Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos Dan Kombinasinya Dengan Pupuk Kimia Terhadap Pertumbuhan, Serapan Hara Dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata ) Di Musim Tanam Ketiga Pada Tanah Ultisol Gedung Meneng

    Full text link
    Organonitrofos fertilizer is organic fertilizer derived from cow manure enriched with rock phosphate and microbial activity involves fastening N and phosphate newly developed solvent. This study aimed to determine dose combination Organonitrofos fertilizers and inorganic fertilizers are most effective against the growth, nutrient uptake, and yield of sweet corn. This research was conducted in November 2012 until March 2013 in the Integrated Field Laboratory, University of Lampung using Random Design (RBD) consisting of 6 treatments with 3 groups. Treatment A (control), B (300 kg Urea ha-1, 200 kg of SP-36 ha-1, 100 kg of KCl ha-1), C (225 kg Urea ha-1, 150 kg SP-36 ha-1, 75 kg KCl ha-1, 1000 kg Organonitrofos ha-1), D (150 kg Urea ha-1, 100 kg of SP-36 ha-1, 50 kg of KCl ha-1, 1,500 kg Organonitrofos ha-1), E (Urea 75 kg ha-1, SP-36 50 kg ha-1, 25 kg ha-1 KCl, Organonitrofos 2000 kg ha-1), F (3,000 Organonitrofos kg ha-1). The results showed that treatment at a dose of 150 kg of urea ha-1, SP-36 100 kg ha-1, 50 kg ha-1 KCl, Organonitrofos 1500 kg ha-1 is able to increase the growth, production and sweet corn crop nutrient uptake. This treatment was also the most effective treatment of the total biomass of sweet corn plants based on calculations Relative Agronomic Effectivenes (RAE) that is equal to 108.573%. Economical test results showed that treatment at a dose of 300 kg of urea ha-1, SP-36 200 kg ha-1, 100 kg ha-1 KCl most economical compared to other treatments

    Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos dan Kombinasinya dengan Pupuk Kimia pada Tanaman Jagung di Tanah Ultisol Gedung Meneng

    Full text link
    Organonitros merupakan pupuk organik formula baru yang perlu diuji efektivitas aplikasi pupuk tersebut terhadap tanaman, khususnya tanaman pangan dan hortikultura. Dalam hal ini, ujiefektivitas aplikasi pupuk Organonitrofos, dikombinasikan dengan pupuk kimia, dilakukan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi dosis pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia yang paling mempengaruhi pertumbuhan, serapan hara dan produksi tanaman jagung dan menguji efektivitas pupuk Organonitrofos terhadap pertumbuhan, serapan hara dan produksi tanaman jagung. Percobaan plot (plot experiment) dengan tanaman jagung dilakukan di Kebun Laboratorium Lapang Terpadu Pakultas Pertanian Unila di Gedung Menang. Percobaan dilakukan dalam Rancangan Acak Kelompok, dengan 6 perlakuan dan ulangan 3. Ukuran petak percobaan 3 x 3 m. Perlakuan percobaan meliputi: Kontrol (tanpa pupuk); 100% pupuk kimia rekomendasi; 10% substitusi dengan Organitrofos; 20% substitusi dengan Organitrofos;40% substitusi dengan Organitrofos; dan 100% pupuk Organonitrofos. Hasil percobaan menunjukkan bahwa dari performance pertumbuhan tanaman (bobot brangkasan) dan produksi jagung (bobot pipilan kering dan bobot seratus butir) terbukti secara konsisten perlakuan kombinasi pupuk kimia dengan Organonitrofos, yaitu substitusi sebagian pupuk kimia anjuran dengan pupuk Organonitrofos sebesar 40%, menghasilkan berangkasan tanaman, produksi pipilan kering, dan bobot seratus butir jagung tertinggi, diikuti pada peringkat kedua oleh perlakuan 100% pupuk Organonitrofos tanpa kombinasi dengan pupuk kimi

    Uji Efektifitas Pupuk Organonitrofos Dan Kombinasinya Dengan Pupuk Kimia Terhadap Pertumbuhan, Serapan Hara Dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merr) Pada Musim Tanam Ketiga

    Full text link
    Pupuk Organonitrofos merupakan pupuk berbahan baku kotoran sapi, batuan fosfat, mikroorganisme pelarut fosfat (MPF) dan N-fikser yang baru dikembangkan di Provinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis terbaik dari kombinasi pupuk Organonitrofos dengan pupuk kimia dalam meningkatkan pertumbuhan, serapan hara dan produksi tanaman kedelai pada musim tanam ketiga, serta menguji efektivitas pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimiasecara agronomi maupun secara ekonomi pada tanaman kedelai musim tanam ketiga. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Desember 2013 di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung. Pada penelitian ini terdapat 6 perlakuan dan 3 ulangan. Percobaan dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pupuk Organonitrofos dengan pupuk kimia 40 kg urea ha -1 , 50 kg SP-36 ha -1 , 50 kg KCl ha -1 , 2500 kg Organonitrofos ha -1 memberikan nilai tertinggi dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya dalam hal bobotpolong, bobot biji dan serapan hara N, P dan K biji. Kombinasi pupuk Organonitrofos dengan pupuk kimia memberikan pengaruh terbaik terhadap bobot berangkasan, serapan hara N, P dan K tanaman dan produksi secara RAE (Relative Agronomic Effectiviness) pada perlakuan 20 kg urea ha -1 , 25 kg SP-36 ha -1 , 25 kg KCl ha -1 , 3000 kg Organonitrofos ha -
    corecore