10 research outputs found

    PEMBELAJARAN MELUKIS MELALUI ACTIVE LEARNING BAGI SISWA KELAS XI SMAN 1 CISAUK, TANGERANG

    Get PDF
    Latar belakang penelitian ini adalah bersumber kepada keprihatinan peneliti kepada siswa SMAN I cisauk, yang tidak mempunyai semangat dalam pembelajaran melukis, oleh karena itu peneliti ingin memperbaiki kondisi ini agar siswa SMAN tersebut dapat bersemangat melukis dengan kesadaran bahwa pembelajaran melukis ini sangat bermanfaat bagi diri mereka sendiri pada saat ini maupun di masa yang akan datang. Penelitian dilakukan untuk mengetahui respon dan hasil pembelajaran siswa, apakah siswa semangat mengikuti pmblajaran melukis dan apakah pembelajaran mlukis dengan strategi pembelajaran active learning dapat meningkatkan hasil belajar dan mmbuat suasana pmbelajaran menyenangkan, dapat mengembalikan perhatian siswa pada pelajaran setelah beberapa waktu tidak melakukan aktivitas tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan kelas (Action Research),atau tindakan kelas partisipasi dengan strategi belajar aktif (active learning) untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri I Cisauk, Tangerang terhadap pembelajaran melukis. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan triangulasi data, yaitu pengumpulan data dari hasil wawancara, rekaman/studi dokumentasi, catatan lapangan, kemudian dibagi menjadi unit–unit analisis diklasifikasikan dengan koding. Hasil penelitian membuktikan bahwa hasil belajar yang dicapai menunjukkan peningkatan respon yang positif, membangkitkan antusiame atau semangat melukis. respon siswa yang semangat melukis tampak dari sikap yang dapat mengungkapkan imajinasinya, karya lukisannya menggunakan warna-warna yang menyimbolkan kecerahan, keberanian, perilaku siswa yang tekun, telaten, sabar, ketika menemukan kesulitan dalam proses melukis siswa tetap berusaha meneruskan lukisannya dengan senang, tenang, tekun, sabar, percaya diri/optimis, siswa yang tadinya merasa tidak bisa melukis karena hanya suka musik pada akhirnya mau mencoba belajar hingga mampu mengungkapkan imajinasinya kedalam lukisan, begitu pula siswa yang tadinya diam atau yang asyik ngobrol karena tidak berminat terhadap lukisan, akhirnya asyik melukis. Hal ini berarti tujuan dari pemberian strategi belajar aktif berhasil. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa, dalam memberikan pembelajaran guru harus berani, aktif dan kreatif mencoba strategi belajar beragam sehingga siswa selalu mendapatkan suasana yang tidak menjenuhkan. Pembelajaran melukis dengan metode belajar aktif (active learning) ini dapat membangkitkan antusiasme atau semangat siswa belajar, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran. Akhir pertemuan digunakan untuk mengisi kousiner, untuk mengetahui pengalaman empirik siswa dalam mengungkapkan imajinasinya kedalam lukisan dan mengetahui apa yang diinginkan siswa dalam pembelajaran melukis. Hasil jawaban kousioner menunjukkan bahwa siswa umumnya menyukai pelajaran melukis, namun menginginkan media lukis yang belum pernah mereka gunakan, media yang membuat mereka merasa tertantang untuk menggunakannya dan hasil lukisannya dapat dipakai. Setelah mendengar penjelasan peneliti tentang materi, manfaat pelajaran melukis, teknik melukis dan mengetahui media yang dipakai adalah tekstil, boleh menggunakan kaos, saputangan dan baju lab, juga bebas dalam mengekspresikan imajinasi mereka baru tampak semangat, senang, sangat senang, tertarik, ngin tahu lebih banyak tentang belajar melukis, merasa tertantang karena belum pernah menggunakan media tekstil, merasa tertantang karena tidak suka melukis, merasa bebas dan senang, mengucapkan terima kasih kepada peneliti karena sangat senang dapat belajr melukis dan merasa bebas. Dalam lembaran jawaban kousioner juga disebutkan keinginan mereka untuk terus diajarkan melukis oleh peneliti, diceritakan juga kesulitan dalam mengekspresikan ide dan mengukur perbandingan percampuran warna untuk menciptakan warna-warna baru, kekesalan pada proses awal membuat lukisan dengan teknik pewarnaan transparan maupun pekat, awal membuat sketsa dan melukis di tekstil, waktu yang sempit, tetapi akhgirnya senang karena dibimbing oleh peneliti dengan sabar, tidak kasar, disiplin dan baik. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran melukis dengan menggunakan pembelajaran aktif (active learning) menunjukkan peningkatan hasil belajar melukis, meningkatkan semangat siswa dalam mengerjakan luksannya, terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif walupun ada masalah pada awal pertemuan namun hal ini dapat diatasi, siswa tekun mengerjakan lukisannya, siswa mampu mengungkapkan imajinasinya ke lukisan, siswa sabar mengatasi segala sesuatu proses melukis. Setelah melihat hasil penelitian, peneliti menyarankan bahwa dalam memberikan pelajaran guru sebaiknya diberikan kebebasan dan kepercayaan dalam memilih metode pembelajaran yang menurutnya baik, apabila timbul masalah dalam metode pembelajaran itu sebaiknya guru juga diberikan dukungan dari kepala sekolah maupun rekan seprofesi hingga masalah itu teratasi dan tercipta pembelajaran kondusif. Sedangkan saran untuk guru adalah dalam memberikan pembelajaran melukis guru harus berani , aktif dan kreatif mencoba strategi belajar beragam, bersikap tulus, sabar, luwes, ramah, disiplin, dapat dipercaya oleh siswa/kepala sekolah dan rekan kerja, perhatian dan mampu menolong mengatasi keluhan siswa, sehingga siswa selalu mendapatkan suasana belajar yang menyenangkan, tidak menjenuhkan, merasa nyaman belajar, tidak takut bertanya dan berekspresi/berkreasi. Pembelajaran melukis dengan metode belajar aktif (active learning) ini dapat membangkitkan antusiasme atau semangat siswa belajar, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran

    Terapi Musik terhadap Nyeri Anak di Pediatric Intensive Care Unit

    Get PDF
    This study aims to analyze the benefits of music therapy intervention on pain experienced by children treated in the Pediatric Intensive Care Unit (PICU). The method used is through searching for articles adapted to the formulation of research questions using the PICO formula in the EMBASE, Clinicalkey for Nursing, Proquest, ScienceDirect, Springer Link, Pubmed, and Scopus databases. The research results showed that music therapy for children treated in the PICU varied, including live music therapy, recorded music therapy, music therapy and hand massage, and music and video therapy. In conclusion, intervention through music therapy has proven to be effective in reducing pain, increasing comfort, and stabilizing children's hemodynamics.  Keywords: Children, Pain, Pediatric Intensive Care Unit, Music Therap

    FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI UPT PUSKESMAS WINONG TAHUN 2021

    Get PDF
    FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI UPT PUSKESMAS WINONG TAHUN 2021 Ratna Nani Kurniawati1, Nanik Setiyawati 2, Arif Nugroho Triutomo3 1,2,3Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Jl. Tatabumi No.3 Banyuraden, Gamping, Sleman email: [email protected], [email protected],[email protected] ABSTRAK Latar Belakang : Pelayanan kesehatan ibu hamil dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pengukuran LILA pada ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi dini kelompok beresiko KEK. Puskesmas Winong periode Bulan Januari-Juni Tahun 2021 terdapat 137 ibu hamil yang diperiksa LILA, dan sebanyak 23 (16,79%) ibu hamil mengalami kekurangan energi kronis. Tujuan : Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kekurangan energi kronis pada ibu hamil di UPT Puskesmas Winong Tahun 2021. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional. Subjek penelitian adalah 49 ibu hamil KEK dan 49 ibu hamil normal. Pengambilan sampel menggunakan Total Sampling dan menggunakan data sekunder. Penelitian dilakukan bulan Maret-April 2022 di UPT Puskesmas Winong. Analisis menggunakan uji Chi-Square. Faktor-faktor yang berhubungan dengan KEK pada ibu hamil yaitu IMT, status anemia, jarak kehamilan, paritas, tingkat pendidikan, pekerjaan, umur ibu Hasil Penelitian : 98 responden diketahui 58 (59,2%) memiliki IMT normal, 57 orang (58,2%) tidak anemia, 57 orang (58,2%) memiliki jarak kehamilan berisiko, 64 (65,3%) termasuk primipara, 85 orang (86,7%) tidak bekerja dan 93 orang (94,9%) termasuk umur berisiko. Kesimpulan : Ada hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT), status anemia, jarak kehamilan, paritas, dan tingkat pendidikan terhadap kejadian KEK pada ibu hamil. Kata Kuci : Kejadian KEK dan Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian KEK

    Permainan Tradisional Lompek Kodok sebagai Upaya Pelestarian dan Mengurangi Ketergantungan Bermain Gawai Pasca Pandemi pada Siswa SD

    Get PDF
    Lompek Kodok adalah bahasa Daerah Bengkulu yang dalam bahasa Indonesianya adalah 'Lompat Katak, berupa permainan sederhana yang dapat dimainkan oleh anak-anak dan telah terbukti memiliki manfaat untuk perkembangan motorik dan penurunan berat badan mereka. Permainan ini melibatkan lompatan ke depan dari posisi jongkok dengan menggunakan kedua kaki sebagai penopang, dengan tubuh tegak dan tangan tidak menyentuh tanah. Tujuan PKM ini yaitu untuk mengetahui pelaksanaan permainan tradisional Lompek sebagai upaya pelestarian dan mengurangi ketergantungan bermain gawai pasca pandemic pada siswa SD. Hasil yang dicapai dalam kegiatan PKM ini yaitu siswa sangat antusias mengikuti permainan ini, dan berharap akan ada kegiatan serupa yang dilakukan di sekolah mereka. Kata Kunci: Permainan Tradisional, Lompek Kodok, Pelestaria

    Upaya Mengurangi Rendahnya Minat Literasi pada Siswa Kelas 6 SDN Plerean 2 Kabupaten Jember

    Get PDF
    The "Melek Literasi" work program began on August 3, 2024, in SDN Plerean 2 in Sumberjambe District. The goal of this study was to improve grade 6 students' interest in reading literacy at SDN Plerean 2, Sumberjambe District. This work program is intended to promote the formation of a literacy culture at a young age, with a particular focus on grade 6 children who will shortly continue their education to a higher level, namely Junior High School. The primary material utilised in this program is micro fiction novels, which are meant to develop interest in reading literacy among grade 6 pupils. This work program began with a site study and collaboration with teachers and the administrator of SDN Plerean 2 in Sumberjambe District. Of the 28 pupils in Class 6 of SDN 2 Plerean, 26 said they were motivated to read more. The work program of the Jember Collaborative KKN students at Posko 205 in Plerean Village is projected to help reduce oscillations in reading interest rates in Indonesia and enhance the accomplishment of national literacy objectives

    Renang itu Mudah

    No full text
    iv, 84 hlm.; Ilus.; 25 cm

    School Efforts in Preventing Drug Abuse for Students in Vocational High Schools

    No full text
    This study aims to know and describe the school’s efforts in preventing drug abuse (Narcotics, Psychotropic, and Other Addictive Substances) by students at SMK Negeri 2 Salatiga. There were five respondents, namely the Head of Student Affairs, counseling teacher, subject teacher (PPKn), one of the students, and the Drug Unit of Salatiga Police. This research uses qualitative methods, with data collection techniques through observation and interviews. The results showed that there are several efforts or activities that have been carried out by schools to prevent drug abuse by students, namely; 1) intracurricular activities carried out by subject teachers (PPKn, BK). 2) co-curricular activities, where this activity aims to deepen the material in intracurricular activities, such as the cooperation of counseling teachers with doctors who are more expert in the field of health. 3) extracurricular activities, which are activities outside of class hours, one of which is PMR. 4) school collaboration activities with other parties, namely BNN, Police / TNI. These activities are the efforts of SMK Negeri 2 Salatiga in preventing drug abuse

    INCREASING COMPETENCE OF MIDWIFERY STUDENTS IN PERINEAL WOUND SUTURING USING LOW COST MODEL MADE FROM FLANNEL FABRIC

    No full text
    Background: Competence of postpartum perineum wound suturing should be owned by midwives. However, students are limitedly trained on how to use cotton pads that are less representative in form and material. This results in a lack of student competence in perineum stitching practice. Aims: This study goal is to know the effectiveness of perineum wound suturing model made from flannel in order to increase stitching competence on the students of Midwifery study program of Banten Health Polytechnic. Methods: This research was designed using experimental design with post-test design method. The respondents consisted of 11 treatment group and 14 control group. The research implementation consisted of three stages. First, an introduction to the perineum wound sewing technique. Second, the model group practiced with flannel and cotton. Third, the respondents filled up the questionnaire on level of confidence and competence assessment of both groups of students. Data analysis used Mann Whitney test because the median difference of two independent groups if the dependent variable data scale is ordinal and ratio. Results: The results showed that the mean of perineum wound suturing competence in the model group was higher (83) than in the non-model group (74). The statistical test results obtained p = 0.002 which means that there was a significant difference in the competency of both groups. At the self confidence level of the respondents in performing perineum wound suturing, both groups had the same mean (4) with p = 0.651. At the time of perineum wound suturing, it is known that the model group mean was slightly faster (20 minutes) than the non-model group (22 minutes) with p = 0.978. There were no significant differencesbetween the two variables. Conclusion: The study showed that the test model was better in improving the competence of the perineum wound suturing. Flannel model is also more affordable and can be sutured over and over so it is economical for students. Further study on efficient media is recommended so that duration and confidence would be better

    Physicochemical and sensory properties of cookies with cricket powder as an alternative snack to prevents iron deficiency anemia and chronic energy deficiency

    No full text
    Cricket contains high protein content, making them a valuable resource for enhancing nutritional properties of cookies for prevents Iron Deficiency Anemia (IDA) and Chronic Energy Deficiency (CED) in female adolescents. This study evaluates the physicochemical properties and acceptability of cookies enriched with cricket powder. An experimental study with five treatments was conducted: F0 (0 %), F1 (5 %), F2 (10 %), F3 (15 %), and F4 (20 %). Texture was determined using a texture analyzer and color was assessed using a chromameter. Chemical attributes, including macronutrients, were determined using thermogravimetric, drying ash, Kjeldahl, Soxhlet, by difference, and gravimetric methods. Micronutrients (Fe, Ca, Zn) were measured using ICP-OES, amino acid profiles were analyzed using the HPLC, and in vitro protein digestibility was assessed using the enzymatic method. One-way ANOVA with Tukey's post hoc test, Kruskal-Wallis, and Mann-Whitney were used for statistical analysis. Adding cricket powder to cookies increased their nutritional content. While it reduced the lightness of the cookies' color, the texture quality remained comparable to commercial products. The F3 formulation was the most liked by panelists, and the best formulation was obtained in F4. In conclusion, adding cricket powder affects the physicochemical properties and consumer acceptance of the cookies, enhancing their nutrient content and protein digestibility
    corecore