27 research outputs found
Karakteristik Marshall dari aspal termodifikasi crepe rubber
Karet alam dapat dimanfaatkan sebagai aditif aspal, baik dalam bentuk lateks, cup lump, dan karet padat (crumb rubber, block skim rubber, dan lain-lain). Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh penambahan crepe rubber dan antioksidan 1,2-dihydro-2,2,4-trimethyl-quinoline (TMQ) terhadap karakteristik Marshall. Karet alam mentah dalam bentuk cup lump digiling menggunakan creeper hingga didapatkan crepe rubber dengan dry rubber content >95%, lalu dimastikasi menggunakan open mill. Selanjutnya, crepe rubber dilelehkan pada 200 °C sebelum dicampur dengan aspal pada 165 °C. Kadar crepe rubber dalam campuran aspal bervariasi, yaitu 8, 10, dan 12% (b/b). Selama proses pencampuran ditambahkan antioksidan TMQ dengan kadar 1%, 2%, 3% (b/b). Sampel aspal karet diuji karakteristik Marshall sesuai ASTM D6927. Hasil pengujian menunjukkan penambahan crepe rubber meningkatkan stabilitas aspal dalam menahan beban. Hasil optimum diperoleh dengan perlakuan 10% crepe rubber, 2% TMQ, dan 5,50% aspal, dimana memiliki stabilitas Marshall 1.403,96 kg, VFA 75,90%, VIM 3,07%, VMA 15,34%, flow 3,370 mm, dan MQ 416,605 kg/mm
Efek Pemordanan terhadap Pewarnaan Menggunakan Kombinasi Limbah Cair Gambir dan Ekstrak Kayu Secang pada Kain Rayon dan Katun
Combination of gambier liquid waste and secang wood (Caesalpinea sappan L.) can add color variations of fabric dyed with natural dyes. This research explained the effect of dyeing combination of gambir liquid waste and secang wood with different mordant method and type on the color shade and other characteristics of rayon and cotton dyed fabric. The mordant process was performed as much as 1 and 2 times using CaO, Al(2SO4)3, FeSO4 mordant and then compared without mordant treatment. The result of the dyed fabrics was evaluated the color shade, color strength (K/S), and fastness properties. The results showed that the color shade of rayon and cotton fabrics were varied. Rayon fibers had a greater affinity and absorption to the liquids waste of gambier and secang wood than in cellulose fibers. The mordant process could increase color strength (K/S) and color fastness to washing, acidic perspiration, rubbing, and light.ABSTRAKKombinasi limbah cair gambir dan kayu secang (Caesalpinea sappan L.) dapat menambah variasi warna kain yang dicelup dengan pewarna alami. Penelitian ini menjelaskan tentang efek pewarnaan kombinasi limbah cair gambir dan kayu secang dengan metoda dan jenis mordan yang berbeda terhadap arah warna dan karakteristik lainnnya dari kain rayon dan katun hasil celupan. Proses mordan yang digunakan adalah 1 kali dan 2 kali mordan menggunakan CaO, Al(2SO4)3, FeSO4 yang dibandingkan dengan tanpa mordan. Kain hasil pewarnaan dievaluasi arah warna, intensitas warna (K/S), dan ketahanan luntur warna. Hasil penelitian menunjukkan arah warna kain rayon dan katun yang lebih bervariasi. Serat rayon memiliki afinitas dan penyerapan yang lebih besar terhadap zat warna limbah cair gambir dan kayu secang dibandingkan dengan serat selulosa. Proses mordan dapat meningkatkan intensitas warna (K/S) dan ketahanan luntur warna terhadap pencucian, keringat asam, gosokan, dan sinar
Pengaruh Penggunaan Sukrosa dan Penstabil Karboksi Metil Selulosa (CMC) terhadap Mutu dan Gingerol Jahe Instan
Ginger contains gingerol which is very useful in the pharmaceutical and food industries. Gingerol has an ability as an antioxidant and anti-inflammatory. Processing of ginger into instant ginger can make it easy in presentation and the stability of ginger availability. The research was aimed to get the technology and manufacturing process of instant ginger products with good quality and a high content of gingerol. The study was conducted with the treatment of sucrose addition 100% granulated sugar, the ratio of granulated sugar and palm sugar (3:1) and (1:1), and the addition of stabilizer carboxy methyl cellulose (CMC) namely control (0%), 0.5%, and 1%. The results showed that the addition of sugar as a source of sucrose and the addition of stabilizers CMC could affect the product quality. The treatment of granulated sugar and palm sugar ration (3:1) and the addition of stabilizers CMC 1% produced an optimum result with water content 1.54%, ash content 0.73%, sugar content 76%, total dissolved solids 97,01%, total acid 0.16%, as well as analysis of 6,8,10 gingerol was 1.240 mg g-1; 0.045 mg g-1; 0.070 mg g-1respectively and 6 shogaol 0.175 mg g-1. ABSTRAKJahe mengandung gingerol yang sangat bermanfaat dalam industri farmasi dan makanan. Gingerol memiliki kemampuan sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Pengolahan jahe menjadi jahe instan akan memudahkan dalam penyajian dan stabilitas ketersediaan jahe. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan teknologi proses dan pembuatan produk jahe instan dengan mutu baik serta kandungan gingerol yang tinggi. Penelitian dilakukan dengan perlakuan variasi penambahan sukrosa yaitu gula pasir 100%, perbandingan gula pasir dan gula aren (3:1) dan (1:1), serta penambahan penstabil karboksimetil selulosa (CMC), yaitu kontrol, 0,5%, dan 1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan variasi gula sebagai sumber sukrosa dan penambahan penstabil CMC dapat mempengaruhi mutu produk. Perlakuan pemakaian gula pasir : gula aren (3:1) dan penambahan penstabil CMC 1% memberikan hasil optimal dengan kadar air 1,54%, kadar abu 0,73%, kadar gula 76%, total padatan terlarut 97,01%, total asam 0,16 %, serta analisis 6,8,10 gingerol berturut turut, yaitu 1,240 mg/g; 0,045 mg/g; 0,070 mg/g; dan 6 shogaol 0,175 mg/g
Pembuatan dan Karakterisasi Tinta Serbuk Printer Berbahan Baku Arang Aktif dari Limbah Padat Pengolahan Gambir
Research on the utilization of tannins and catechins of gambier has been done a lot. There is no research report however that examines the utilization of gambier processing solid waste. The objective of the research was to utilize the solid waste of gambier processing as a raw material of printer toner. The research was done through pyrolysis process of solid waste with temperature variation 400, 500, 600oC and time variation 30, 60 minutes. The highest carbon content was obtained 42% with 400oC temperature and 60 minutes. The pyrolysis process of the gambier solid waste was further carried out at the optimum temperature and time. The charcoal was activated with H3PO4 at concentrations 0; 5; and 10% for 24 hours, cooled and washed to remove residual of H3PO4, then drying in the oven at temperature 115oC for 24 hours. Size reduction process used a ball milling for 2 hours with speed 500 rpm. Fixed carbon content was obtained between 43-51%. The results of morphological testing by scanning electron microscope showed that the produced carbon powder had not a uniform size yet. The average particle size was between 5-10 µm with polydispersity index 0.9. The most mineral elements of carbon powder analysis using XRF were Ca, Mg, K, Si, Fe, and P. Testing of print quality based on ISO/IEC 19752:2004 using laser jet printers had not provided optimal results yet.ABSTRAKPenelitian pemanfaatan tanin dan katekin gambir telah banyak dilakukan. Namun, belum dilaporkan penelitian yang mengkaji pemanfaatan limbah padat pengolahan gambir. Tujuan penelitian adalah memanfaatkan limbah padat pengolahan gambir sebagai bahan baku pembuatan tinta serbuk printer. Penelitian dilakukan melalui proses pirolisis limbah padat dengan variasi suhu 400, 500, 600oC dan variasi waktu 30, 60 menit. Kadar karbon terikat tertinggi diperoleh sebesar 42% dengan suhu pirolisis 400oC selama 60 menit. Proses pirolisis limbah padat gambir selanjutnya dilakukan pada suhu dan waktu optimal tersebut. Arang aktif dilakukan aktifasi menggunakan aktifator H3PO4 pada konsentrasi 0, 5 dan 10% selama 24 jam, kemudian didinginkan dan dicuci untuk menghilangkan sisa H3PO4, dan selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 115 oC selama 24 jam. Proses penghalusan menggunakan ball milling selama 2 jam dengan kecepatan 500 rpm. Hasil pengujian kadar karbon terikat berkisar antara 43-51%. Hasil pengujian morfologi dengan alat Scanning Electron Microscope) memperlihatkan serbuk karbon yang dihasilkan belum mempunyai ukuran seragam. Ukuran partikel serbuk rata-rata 5-10 µm dengan indek polidispersitas sebesar 0,9. Kandungan unsur mineral yang terbanyak dari hasil analisis serbuk karbon adalah unsur Ca, Mg, K, Si, Fe, dan P. Uji coba kualitas cetak berdasarkan ISO/IEC 19752:2004 menggunakan printer laser belum memberikan hasil yang optimal
Pembuatan Tepung dari Umbi Keladi (Colocasia esculenta L.)
Pemanfaatan keladi sebagai bahan pangan dapat ditingkatkan dengan melakukan pengolahan umbi keladi menjadi tepung keladi. Pengolahan keladi menjadi tepung mempunyai keuntungan antara lain penggunaannya lebih praktis, daya simpan menjadi lebih lama, variasi jenis makanan yang dihasilkan lebih banyak, serta pengangkutan dan penyimpanan dapat dilakukan lebih mudah. Di Indonesia, produksi tepung keladi masih sangat minim jika dibandingkan dengan tepung terigu. Padahal, tepung keladi juga memiliki komponen gizi yang baik untuk kesehatan diantaranya kandungan karbohidrat, serat, abu, lemak, kalori, dan vitamin. Provinsi Riau merupakan salah satu daerah penghasil umbi keladi dan banyak terdapat di Desa Darussalam, Kecamatan Sinaboi, Kabupaten Rokan Hilir dengan luas areal 217 ha (BPS Kab. Rokan Hilir, 2016). Umbi keladi di daerah ini pada umumnya dijual dalam bentuk mentah dengan kisaran harga Rp. 5000 per kg tergantung ukuran keladi. Dengan dilakukannya pengolahan umbi keladi menjadi produk tepung, tentunya dapat meningkatkan nilai tambah komoditi tersebut. Kegiatan pembuatan tepung keladi ini dilakukan di Balai Pengembangan Produk dan Standardisasi Industri (BPPSI) Pekanbaru. Adapun peralatan yang digunakan adalah serangkaian mini plant yang terdiri dari mesin pencucian, mesin pengiris, mesin pengering dan mesin penepung serta peralatan pendukung lainnya. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendorong sektor industri di Provinsi Riau dengan terus melakukan inovasi dengan pengembangan produk
Diversifikasi Produk Olahan Kelapa Menjadi Virgin Coconut Oil (VCO)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu vulkanisasi dan bahan pengisi pati singkong modifikasi Provinsi Riau memiliki areal perkebunan kelapa terbesar di Indonesiayaitu ± 511.074 ha (Riau Dalam Angka 2018), dengan empat kabupaten potensial penghasil kelapa diantaranya kabupaten Indragiri Hilir, Kepulauan Meranti, Bengkalis dan Pelalawan. Kondisi saat ini kelapa mayoritas dijual langsung dalam bentuk kelapa utuh dan ada juga produk olahan kelapa oleh industri besar sehingga belum dirasakan dampaknya oleh petani kelapa. Sebagai alternatif solusi adalah adanya diversifikasi produk dari buah kelapa yaitu Virgin Coconut Oil (VCO) yang memiliki banyak manfaan untuk produk pangan, farmasi dan kosmetik. Pada kegiatan ini pembuatan VCO dilakukan dengan metode sentrifugasi dengan menbandingkan hasil rendemen dari penelitian yang sudah ada. Dari hasil kegiatan ini diperoleh rendemen sebesar 20%. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa kecepatan putaran sentrifugasi mempengaruhi hasil rendemen. Hasil pengujian mutu pada sampel diperoleh VCO memiliki bau khas kelapa segar, rasa khas minyak kelapa, tidak berwarna, kadar air 0,12%, bilangan iod 7,015 g iod/100gr, kadar asam lemak bebas 0,16% dan bilangan peroksida 1,22 mg ek/kg.Kata kunci : Virgin Coconut Oil, Kelapa, Diversifikasi Produk, Sentrifugas
Efek Pemordanan terhadap Pewarnaan Menggunakan Kombinasi Limbah Cair Gambir dan Ekstrak Kayu Secang pada Kain Rayon dan Katun
Combination of gambier liquid waste and secang wood (Caesalpinea sappan L.) can add color variations of fabric dyed with natural dyes. This research explained the effect of dyeing combination of gambir liquid waste and secang wood with different mordant method and type on the color shade and other characteristics of rayon and cotton dyed fabric. The mordant process was performed as much as 1 and 2 times using CaO, Al(2SO4)3, FeSO4 mordant and then compared without mordant treatment. The result of the dyed fabrics was evaluated the color shade, color strength (K/S), and fastness properties. The results showed that the color shade of rayon and cotton fabrics were varied. Rayon fibers had a greater affinity and absorption to the liquids waste of gambier and secang wood than in cellulose fibers. The mordant process could increase color strength (K/S) and color fastness to washing, acidic perspiration, rubbing, and light.ABSTRAKKombinasi limbah cair gambir dan kayu secang (Caesalpinea sappan L.) dapat menambah variasi warna kain yang dicelup dengan pewarna alami. Penelitian ini menjelaskan tentang efek pewarnaan kombinasi limbah cair gambir dan kayu secang dengan metoda dan jenis mordan yang berbeda terhadap arah warna dan karakteristik lainnnya dari kain rayon dan katun hasil celupan. Proses mordan yang digunakan adalah 1 kali dan 2 kali mordan menggunakan CaO, Al(2SO4)3, FeSO4 yang dibandingkan dengan tanpa mordan. Kain hasil pewarnaan dievaluasi arah warna, intensitas warna (K/S), dan ketahanan luntur warna. Hasil penelitian menunjukkan arah warna kain rayon dan katun yang lebih bervariasi. Serat rayon memiliki afinitas dan penyerapan yang lebih besar terhadap zat warna limbah cair gambir dan kayu secang dibandingkan dengan serat selulosa. Proses mordan dapat meningkatkan intensitas warna (K/S) dan ketahanan luntur warna terhadap pencucian, keringat asam, gosokan, dan sinar.</p
Pengaruh Penggunaan Sukrosa dan Penstabil Karboksi Metil Selulosa (CMC) terhadap Mutu dan Gingerol Jahe Instan
Ginger contains gingerol which is very useful in the pharmaceutical and food industries. Gingerol has an ability as an antioxidant and anti-inflammatory. Processing of ginger into instant ginger can make it easy in presentation and the stability of ginger availability. The research was aimed to get the technology and manufacturing process of instant ginger products with good quality and a high content of gingerol. The study was conducted with the treatment of sucrose addition 100% granulated sugar, the ratio of granulated sugar and palm sugar (3:1) and (1:1), and the addition of stabilizer carboxy methyl cellulose (CMC) namely control (0%), 0.5%, and 1%. The results showed that the addition of sugar as a source of sucrose and the addition of stabilizers CMC could affect the product quality. The treatment of granulated sugar and palm sugar ration (3:1) and the addition of stabilizers CMC 1% produced an optimum result with water content 1.54%, ash content 0.73%, sugar content 76%, total dissolved solids 97,01%, total acid 0.16%, as well as analysis of 6,8,10 gingerol was 1.240 mg g-1; 0.045 mg g-1; 0.070 mg g-1respectively and 6 shogaol 0.175 mg g-1. ABSTRAKJahe mengandung gingerol yang sangat bermanfaat dalam industri farmasi dan makanan. Gingerol memiliki kemampuan sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Pengolahan jahe menjadi jahe instan akan memudahkan dalam penyajian dan stabilitas ketersediaan jahe. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan teknologi proses dan pembuatan produk jahe instan dengan mutu baik serta kandungan gingerol yang tinggi. Penelitian dilakukan dengan perlakuan variasi penambahan sukrosa yaitu gula pasir 100%, perbandingan gula pasir dan gula aren (3:1) dan (1:1), serta penambahan penstabil karboksimetil selulosa (CMC), yaitu kontrol, 0,5%, dan 1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan variasi gula sebagai sumber sukrosa dan penambahan penstabil CMC dapat mempengaruhi mutu produk. Perlakuan pemakaian gula pasir : gula aren (3:1) dan penambahan penstabil CMC 1% memberikan hasil optimal dengan kadar air 1,54%, kadar abu 0,73%, kadar gula 76%, total padatan terlarut 97,01%, total asam 0,16 %, serta analisis 6,8,10 gingerol berturut turut, yaitu 1,240 mg/g; 0,045 mg/g; 0,070 mg/g; dan 6 shogaol 0,175 mg/g.</p
Pembuatan dan Karakterisasi Tinta Serbuk Printer Berbahan Baku Arang Aktif dari Limbah Padat Pengolahan Gambir
Research on the utilization of tannins and catechins of gambier has been done a lot. There is no research report however that examines the utilization of gambier processing solid waste. The objective of the research was to utilize the solid waste of gambier processing as a raw material of printer toner. The research was done through pyrolysis process of solid waste with temperature variation 400, 500, 600oC and time variation 30, 60 minutes. The highest carbon content was obtained 42% with 400oC temperature and 60 minutes. The pyrolysis process of the gambier solid waste was further carried out at the optimum temperature and time. The charcoal was activated with H3PO4 at concentrations 0; 5; and 10% for 24 hours, cooled and washed to remove residual of H3PO4, then drying in the oven at temperature 115oC for 24 hours. Size reduction process used a ball milling for 2 hours with speed 500 rpm. Fixed carbon content was obtained between 43-51%. The results of morphological testing by scanning electron microscope showed that the produced carbon powder had not a uniform size yet. The average particle size was between 5-10 µm with polydispersity index 0.9. The most mineral elements of carbon powder analysis using XRF were Ca, Mg, K, Si, Fe, and P. Testing of print quality based on ISO/IEC 19752:2004 using laser jet printers had not provided optimal results yet.ABSTRAKPenelitian pemanfaatan tanin dan katekin gambir telah banyak dilakukan. Namun, belum dilaporkan penelitian yang mengkaji pemanfaatan limbah padat pengolahan gambir. Tujuan penelitian adalah memanfaatkan limbah padat pengolahan gambir sebagai bahan baku pembuatan tinta serbuk printer. Penelitian dilakukan melalui proses pirolisis limbah padat dengan variasi suhu 400, 500, 600oC dan variasi waktu 30, 60 menit. Kadar karbon terikat tertinggi diperoleh sebesar 42% dengan suhu pirolisis 400oC selama 60 menit. Proses pirolisis limbah padat gambir selanjutnya dilakukan pada suhu dan waktu optimal tersebut. Arang aktif dilakukan aktifasi menggunakan aktifator H3PO4 pada konsentrasi 0, 5 dan 10% selama 24 jam, kemudian didinginkan dan dicuci untuk menghilangkan sisa H3PO4, dan selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 115 oC selama 24 jam. Proses penghalusan menggunakan ball milling selama 2 jam dengan kecepatan 500 rpm. Hasil pengujian kadar karbon terikat berkisar antara 43-51%. Hasil pengujian morfologi dengan alat Scanning Electron Microscope) memperlihatkan serbuk karbon yang dihasilkan belum mempunyai ukuran seragam. Ukuran partikel serbuk rata-rata 5-10 µm dengan indek polidispersitas sebesar 0,9. Kandungan unsur mineral yang terbanyak dari hasil analisis serbuk karbon adalah unsur Ca, Mg, K, Si, Fe, dan P. Uji coba kualitas cetak berdasarkan ISO/IEC 19752:2004 menggunakan printer laser belum memberikan hasil yang optimal