8 research outputs found
VARIASI BAHASA DALAM SINETRON TUKANG BUBUR NAIK HAJI
Tukang Bubur Naik Haji (TBNH)merupakan sebuah sinetron yang ditayangkan di RCTI setiap hari mulai pukul 19.30 WIB. Sinetron ini diproduksi oleh SinemArt, pertama kali
ditayangkan pada tanggal 28 Mei 2012, dan sampai saat ini masih terus berjalan.Dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji, ditemukan beragam latar belakang budaya dari para tokohnya yang berdialog (berkomunikasi)secara bersama-sama dengan keunikkan dan
kekhasan dialek dan idiolek masing-masing. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptifkualitatif,
teknik rekaman dan catat, serta pengamatan terhadap pola dan kegiatan
komunikasipara tokoh yang terlibat dalam sinetron. Variasi bahasa dalam sinetron TBNH
dipolakan (1) secara linguistik dan (2) secara sosial.Variasi linguistik banyak dipengaruhi
oleh tujuan partisipan dan suasana saat terjadinya percakapan, berupa kalimat pendek dan
panjang.Dialek dan kosa kata dalam TBNH diucapkan tanpa mengenal tingkatan sosial. Tema
budaya dalam sinetron TBNH berupa kesederhanaan, cinta kasih, persahabatan, keakraban,
kesantunan, dan keadilan. Adapun faktor-faktor penunjang komunikasi adalah partisipan,
tujuan, norma, usia, tingkat sosial partisipan, dan tujuan
PEMBELAJARAN DWIBAHASA DI SEKOLAH DASAR: PELAKSANAAN, KENDALA, DAN HARAPAN
Sekolah dasar (SD) di Indonesia, khususnya di Bogor, Jawa Barat, diberikan mata pelajaran pendidikan dua bahasa: Indonesia dan bahasa ibu atau daerah (bahasa Sunda). Akan tetapi, dari pengamatan sementara pengajaran dwibahasa menimbulkan berbagai kendala. Sehubungan dengan hal itu, tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan proses pembelajaran dwibahasa tersebut di sekolah dasar, 2) mendeskripsikan kendala yang dialami guru dalam proses pembelajaran, dan 3) mendeskripsikan harapan para guru mengenai kegiatan pembelajaran dwibahasa tersebut. Populasi penelitian ini adalah guru SD di Bogor. Sampel penelitian 47 guru kelas di enam SD di Bogor. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner. Hasil penelitian adalah 1) untuk proses pengajaran: a) bahasa Indonesia dan bahasa Sunda di SD diajarkan oleh guru kelas, b) bahasa pengantar dalam pembelajaran bahasa Sunda tidak menggunakan bahasa tersebut, tetapi menggunakan bahasa Indonesia, c) sarana pembelajaran bahasa di SD kurang memadai dan hanya memiliki buku panduan, dan d) siswa lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran kedua bahasa itu; 2) kendala yang dihadapi guru adalah a) mereka tidak mendapatkan perhatian yang serius dari sekolah dan pemerintah, dalam upaya peningkatan kemampuan, b) guru yang mengajarkan bahasa Sunda masih kurang keterampilan berbahasa Sunda, dan c) keterampilan berbahasa Sunda guru yang mengajarkan bahasa Sunda masih kurang, khususnya guru yang tidak berbahasa ibu bahasa Sunda, 3) harapan mereka adanya perhatian serius dari pemerintah terhadap pembelajaran bahasa Sunda dan mata pelajaran ini tidak dihapus
A PORTRAIT OF SUNDANESE MAINTENANCE IN MULTILINGUAL LEARNING IN BOGOR
Elementary pupils who used to be multilingual speakers began to change into monolingual. Giving Indonesian language as a language of unity to the elementary students does not mean hoping regional languages to become extinct, especially with the Sundanese language which is the top five in the number of speakers in Indonesia. Therefore, the researchers conducted research in several schools in Bogor with the aim of 1) knowing the level of institutional and government support in maintaining the use of Sundanese language in Bogor; 2) knowing the implementation of Sundanese language learning in Bogor; 3) knowing the process of multilingual learning. A quantitative method was used by distributing questionnaires to several primary schools in Bogor with a total of 47 teachers and doing observations of elementary students. Findings indicate that negative attitudes toward the Sundanese language are shown by elementary students with occasional use of Sundanese language in interacting with their friends. Institutions and governments are less supportive by not requiring each elementary to have a special Sundanese-speaking day school within a week and not allowing teachers to improve their abilities. The ability of Sundanese language teachers in elementary schools in Bogor is still low in scientific writing using Sundanese language.Keywords: Sundanese language, language maintenance, multilingual learningPOTRET PELESTARIAN BAHASA SUNDA DALAM PENBELAJARAN MULTI-BAHASA DI BOGORAbstrak Siswa sekolah dasar yang dulunya bermulti-bahasa sudah mulai berbahasa tunggal. Penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan tidak harus mematikan bahasa daerah, termasuk bahasa Sunda yang memiliki jumlah pembicara terbesar ke lima di Indonesia. Peneliti melakukan penelitian dengan tujuan 1) mengetahui tingkat dukungan lembaga dan pemerintah dalam pelestarian bahasa Sunda di Bogor; 2) mengetahui pelaksanaan pembelajaran bahasa Sunda di Bogor; 3) mengetahui proses pembelajaran multi-lingual. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan membagikan angket ke beberapa sekolah dasar di Bogor dengan total 47 guru dan melakukan observasi terhadap siswa sekolah dasar. Temuan penelitian menunjukkan adanya sikap negatif terhadap bahasa Sunda pada siswa sekolah dasar dengan kadang-kadang menggunakan bahasa Sunda ketika berinteraksi dengan teman-temannya. Lembaga dan pemerintah kurang mendukung dengan tidak mewajibkan sekolah dasar untuk menggunakan bahasa Sunda sehari dalam seminggu dan tidak mengusahakan peningkatan guru dalam berbahasa Sunda. Keterampilan guru masih rendah dalam keterampilan menulis ilmiah dalam bahasa Sunda.Kata kunci: bahasa Sunda, pelestarian bahasa, pembelajaran multibahasa</jats:p