214 research outputs found

    KONTRIBUSI STRES KERJA, DISIPLIN KERJA, KOMPETENSI GURU TERHADAP PROFESIONALITAS GURU DI SD NEGERI SE-KECAMATAN CAWAS KLATEN

    Get PDF
    Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi (1) stres kerja guru, disiplin kerja guru, kompetensi guru terhadap profesionalitas guru di SD se- Kecamatan Cawas Klaten; (2) stres kerja guru terhadap profesionalitas guru di SD se-Kecamatan Cawas Klaten; dan (3) disiplin kerja guru terhadap profesionalitas guru di SD se-Kecamatan Cawas Klaten; dan (4) kompetensi guru terhadap profesionalitas guru di SD se-Kecamatan Cawas Klaten. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat ex-post facto. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SD se-Kecamatan Cawas Klaten yang berjumlah 178 guru dan sampelnya adalah 119 guru. Penentuan sampling dengan menggunakan proporsional random sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan angket atau kuesioner. Teknik analisis data dilakukan dengan regresi linear berganda dengan uji prasyarat analisis ada yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat kontribusi variabel stress kerja, disiplin kerja, kompetensi guru terhadap profesionalitas guru SD Negeri Kecamatan Cawas Klaten secara simultan, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Dengan nilai R² sebesar 0,481 berarti variabel stress kerja, disiplin kerja, kompetensi guru secara bersama-sama dapat menjelaskan variabel profesionalitas guru sebesar 48,1%. Sedangkan sisanya sebesar 51,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti; (2) terdapat kontribusi variabel stress kerja terhadap profesionalitas guru SD Negeri Kecamatan Cawas Klaten, hal ini ditunjukkan dengan signifikansi = 0,000 < 0,05 dengan besarmya sumbangan efektif yang diberikan terhadap kemampuan profesionalitas guru sebesar 13,37%; (3) terdapat kontribusi variabel disiplin kerja terhadap profesionalitas guru SD Negeri Kecamatan Cawas Klaten, hal ini ditunjukkan dengan signifikansi = 0,026 < 0,05 dengan besarmya sumbangan efektif yang diberikan terhadap profesionalitas guru sebesar 19,58%; dan (4) terdapat kontribusi variabel kompetensi guru terhadap profesionalitas guru SD Negeri Kecamatan Cawas Klaten, hal ini ditunjukkan dengan signifikansi = 0,000 < 0,05 dengan besarmya sumbangan efektif yang diberikan terhadap profesionalitas guru sebesar 15,52%

    Desain Prototipe Motor Induksi 3 Fasa

    Get PDF
    Hampir disetiap rumah tangga dan industri dewasa ini menggunakan mesin listrik yang dapat beroperasi sebagai generator baik satu fasa maupun tiga fasa.Jenis mesin listrik yang umum digunakan sebagai motor penggerak atau peralatan dalam industri adalah motor induksi. Hal ini disebabkan karena jenis motor induksi mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan jenis motor lainnya, antara lain karena konstruksinya sederhana dan harganya yang relative murah serta lebih ringan.Penelitian ini bertujuan membuat prototipe motor induksi 3 fasa dan mengetahui karakteristik hasil output RPM dari motor induksi tersebut. Desain prototipe motor induksi 3 fasa pada bagian statornya memanfaatkan bahan-bahan seperti koker sebanyak 6 buah dengan ukuran 6 cm x 4,2 cm, inti besi atau current berbentuk E sebanyak 168 buah dengan ukuran 6,6 cm x 4,4 cm dan current berbentuk I sebanyak 174 buah dengan ukuran 6,6 cm, untuk kumparannya menggunakan kawat email berdiameter 0,3 mm dengan jumlah 2200 lilitan. Pada bagian rotornya memanfaatkan kaleng bekas diberi belitan mengelilingi sisi-sisi kaleng.Pengujian motor induksi 3 fasa pada saat kaleng diberi belitan dan kaleng tanpa belitan. Pengamatan yang dilakukan adalah pengambilan data terkait tegangan input, arus dan RPM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat tegangan 50 volt rotor belum dapat berputar. Namun pada saat tegangan 75 volt sampai 200 volt rotor dapat berputar secara perlahan sesuai tegangan yang dimasukkan, kecepatan putar rotor tersebut mencapai 290,3 RPM. Sedangkan pada saat rotor tanpa diberi belitan penelitian menunjukkan bahwa pada saat tegangan 50 volt sampai 125 volt rotor belum dapat berputar, kemudian pada saat tegangan 150 volt sampai 200 volt rotor dapat berputar namun sangat pelan hanya mencapai kecepatan putar maksimal 64,4 RPM. Hal ini disebabkan pada saat rotor tanpa diberi belitan, karena rotor tidak dapat menangkap medan magnet yang dikeluarkan oleh stator sehingga kumparan rotor tidak dapat mengalami gaya Lorentz yang menimbulkan torsi yang cenderung menggerakkan rotor sesuai arah pergerakan medan induksi stator

    A Contrastive Analysis Between English Idioms and Their Indonesian Translations in the Novel the Girl on the Train by Paula Hawkins (2015)

    Full text link
    . This study explores to find out the similarities, the differences, and the learning problems in a particular context, through a contrastive analysis. The researchers have employed a descriptive, qualitative method during the research since the aim of this study is to find out the similarities, differences, and the learning problems of English idiom and its Indonesian translation in the novel The Girl on the Train by Paula Hawkins (2015). Based on the analysis that has been done, the researchers have found out that there are 16 verbal idioms, 6 informal idioms, 4 idioms with special keywords, 2 idioms related to special themes, and 2 idiomatic pairs. About the similarities and differences, the researchers have concluded that there are 13 of 16 English idioms similar to its Indonesian translations and 3 of them different. In the informal idiom-type, there are 3 English idioms similar to its Indonesian translations and also there are 3 English idioms different from its Indonesian translations. In the idioms with special-keyword type, there is no English idiom similar to its Indonesian translation, but there are 4 English idioms that are different from its Indonesian translations. In the idioms related to special-theme type, there are 2 English idioms similar to its Indonesian translations and there is no difference. In the idiomatic-pair type, there are 2 English idioms similar to its Indonesian translations, but there is no difference in this type. Indonesian learners should note these similarities and differences between English idiom and its Indonesian translation in the novel, so they will not face learning problems or make translating mistakes when translating idioms from English into Indonesian. This is essential, especially in a translation concerning the differences between the English and Indonesian idioms

    THE LANGUAGE OF INFORMALITY WITHIN ELT CONTEXT

    Get PDF
    This research paper explores aspects of informality in the English language, the target hearers referred to by the aspects, and the functions the aspects convey in verbal interactions or communication, and its contribution to English Language Teaching (ELT) in the world. The research data are retrieved, obtained, and verified from informal-English-affiliated URLs or Websites, i.e. Web-Data as sources of informal English. As the findings, informal English involves the notorious, casual, heteregeneous, inconsistent, irregular, unorganized, incomplete, shorter, cut-down, reversed-up, and speaker-dependent aspects, and has the direct and literal nature. Informal English with its relatively any topics, personal and private, is used for close people to confirm their in-group solidarity or membership of a social group within relaxed situations and unofficial contexts. Knowledge and practices of informal English are necessary for teachers as well as learners. ELT teachers should include informal English in their teaching-syllabus material with particularly-set circumstances. Learning the knowledge and practices of informal English through ELT classrooms should prevent English learners from uncontrolled learning exposures to various informal morally-dangerous settings. This way will expectedly encourage English learners to be alert and careful in using informal English, hence encouraging them to maintain interpersonal and social harmony to some broader extent

    A PHILOSOPHY OF LANGUAGE ON THE INDONESIAN SUBJECTIVE THIRD-PERSON SINGULAR PRONOUNS WITHIN THEIR PROBABLE ENGLISH EQUIVALENTS

    Get PDF
    This simple research article is about a philosophy of language on the Indonesian subjective third-person singular pronouns DIA and IA and their probable equivalents in the English language. The philosophy involves discussions on the nature of meaning of DIA and IA, the use of DIA and IA, the cognition of DIA and IA, and the relationship between DIA and IA and reality in Indonesian context. English probable equivalents are analyzed and elaborated to contribute a conclusion on new forms and functions of the subjective pronouns DIA and IA in Indonesian context. This article is more of philosophy rather than of discourse analysis, as it draws our attention to the fact that language use is, indeed, a matter of probability which later may evolve into being or a reality, i.e. the forms and functions of DIA and IA in formal use as well as practical use in Indonesian context.Keywords: Subjective Pronouns, Third-Person Singular Pronouns, Indonesian Subjective Third-Person Singular Pronouns, English Subjective Third-Person Singular Pronouns, Word Equivalent

    Analisis Pengembangan Fungsi Bandara Tunggul Wulung Cilacap sebagai Bandara Komersial

    Full text link
    Kabupaten Cilacap, Banyumas dan Banjarnegara termasuk wilayah paling berpotensi di Jawa Tengah. Data BPS tahun 2006-2015 menyatakan sektor wisatawan mengalami rata-rata pertumbuhan tiap tahun sebesar 18,07% dan sektor industri dengan pertumbuhan rata-rata PDRB sebesar 33,65%. Untuk mendukung perkembangan potensi-potensi tersebut diperlukan peranan tiap sisi moda transportasi, termasuk transportasi udara yang berlokasi di Bandara Tunggul Wulung Cilacap. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peningkatan jumlah penumpang dan pesawat terbang sampai tahun rencana 2035, mengevaluasi kondisi eksisting serta menganalisis kebutuhan fasilitas udara meliputi runway, taxiway dan apron sampai tahun rencana 2035 sesuai pesawat rencana yang digunakan. Pertumbuhan jumlah penumpang dianalisis menggunakan Metode Kesesuaian Dengan Variabel Bebas dengan menganggap prosentase pertumbuhan jumlah penumpang sama dengan pertumbuhan jumlah wisatawan. Y= (Xn x 18,07%) + Xn, Y: penumpang pada tahun yang dihitung, Xn: penumpang tahun sebelumnya dan 18,07%: prosentase pertumbuhan rata-rata wisatawan. Analisis untuk tahun rencana 2035 menghasilkan total penumpang datang dan berangkat berjumlah 324.128 orang. Untuk pertumbuhan pergerakan jumlah pesawat terbang dianalisis dengan memperkirakan jumlah penumpang agar dapat ditampung sebanyak 80% (load factor 80%) tiap tahunnya oleh pesawat rencana ATR 72-500 dan Cessna C208B Grand Caravan. Sehingga menghasilkan total pergerakan pesawat pada tahun rencana 2035 sebanyak 8030 pergerakan dengan rincian 4380 untuk ATR 72-500 dan 3650 untuk Cessna C208B Grand Caravan. Rute yang ditempuh adalah Cilacap – Jakarta (60%), Cilacap – Bandung (20%) dan Cilacap – Semarang (20%). Sesuai hasil tersebut disimpulkan bahwa runway dan apron Bandara Tunggul Wulung Cilacap tidak mampu melayani kebutuhan sampai tahun rencana, sehingga runway dengan dimensi 1.400 m x 30 m perlu dilakukan penambahan panjang menjadi 1.600 m dengan lebar tetap 30 m dan apron dengan dimensi 125 m x 90 m juga perlu dilakukan penambahan panjang menjadi 257 m dengan lebar tetap 90 m, kemudian untuk taxiway dengan dimensi 110 m x 18 m tidak memerlukan pengembangan karena masih mencukupi. Frekuensi penerbangan yang sedikit pada tahun rencana 2035 menyebabkan hasil analisis tebal perkerasan tambahan rencana pada runway dan apron kurang dari tebal perkerasan eksisting. Oleh karena itu, tebal perkerasan tambahan runway dan apron pada penerapannya disamakan dengan tebal perkerasan eksisting. Tahapan pengembangan Bandara Tunggul Wulung Cilacap dimulai dengan perpanjangan pada daerah runway. Setelah itu, dilanjutkan dengan pengembangan pada daerah apron. Pengembangan bandara dilakukan secara bertahap supaya biaya yang dikeluarkan tidak langsung banyak dalam satu waktu, tetapi bertahap menyesuaikan kebutuhan

    DEVELOPMENT OF IPAS TEACHING MATERIALS IN THE INDEPENDENT CURRICULUM FOR GRADE IV ELEMENTARY SCHOOL BASED ON METACOGNITIVE STRATEGIES

    Get PDF
    Metacognition is one-factor influencing students' processes and learning achievement. Many studies have shown that metacognition helps individuals become more effective learners, enabling them to regulate and improve their thinking and learning methods more effectively. This study aims to produce metacognitive-based teaching materials for the subject of Science in Grade IV Elementary School with the Merdeka Curriculum and to test its validity. This research is a Research and Development (R &amp; D) using the Borg and Gall development model, which is simplified into seven stages: a preliminary study, research planning, design development, limited trial, revision of limited trial, large-scale trial, and revision of large-scale trial. The samples were selected using a purposive sampling technique, with 10 students in the limited trial and 26 in the large-scale trial. The validity of the teaching materials was evaluated by subject matter experts, metacognitive experts, and educational media experts, as well as response questionnaires from teachers and students. The data analysis technique used is descriptive, which presents the product development results. The results of the study show that the development of metacognitive-based teaching materials for the subject of Science in Grade IV Elementary School with the Merdeka Curriculum is valid and feasible to use, based on the validation results from subject matter experts, metacognitive experts, and educational media experts, as well as student assessment questionnaires with average criteria of excellent. The results of the large-scale trial show an increase in student learning motivation, from 45% of students with high self-directed learning motivation to 70% of 26 students. Metakognisi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar siswa. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa metakognisi membantu seseorang menjadi pembelajar yang lebih efektif, karena metakognisi menjadikan seseorang mampu mengatur dan memperbaiki cara berpikir dan belajarnya secara lebih efektif. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar yang berbasis metakognitif pada mata pelajaran IPAS kelas IV SD dengan Kurikulum Merdeka serta menguji kevalidannya. Jenis penelitian ini adalah Research and Development (R &amp; D) dengan model pengembangan Borg and Gall yang disederhanakan menjadi tujuh tahap yaitu, studi pendahuluan, perencanaan penelitian, pengembangan desain, uji coba terbatas, revisi uji coba terbatas, uji coba skala luas, revisi hasil uji coba secara luas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu 10 pesera didik pada uji coba skala terbatas dan 26 siswa pada uji coba skala luas. Validitas bahan ajar diupayakan melalui validasi ahli materi, ahli metakognitif, dan ahli media pendidikan, serta angket respon dari pendidik dan siswa. Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif yang memaparkan hasil pengembangan produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan bahan ajar berbasis metakognitif pada mata pelajaran IPAS kelas IV SD dengan Kurikulum Merdeka valid dan layak digunakan berdasarkan hasil validasi dari ahli materi, ahli metakognisi dan ahli media serta berdasarkan angket penilaian siswa dengan rata-rata kriteria sangat baik. Hasil ujicoba skala luas menunjukkan peningkatan motivasi belajar siswa yaitu dari 45% siswa yang mempunyai motivasi belajar mandiri tinggi meningkat menjadi 70% dari 26 siswa

    TRANSLATION STRATEGIES FOR CULTURAL EXPRESSIONS IN GARUDA INDONESIA’S INFLIGHT MAGAZINE "COLORS"

    Get PDF
    The aims of this research were to find the translation strategies, translation accuracy, and translation readability of cultural expressions in tourism texts of the Garuda Indonesia Inflight Magazine Colors. The research used a descriptive – qualitative method. To achieve the aims of this study, the researcher used some techniques to analyze the data such as reading and collecting data, encoding data, underlining the cultural expressions in the tourism texts, assessing translation accuracy, assessing translation readability, categorizing types of translation strategies and drawing conclusion. Based on the data analysis from three expert judgements, it was found that 84.5% of the data were accurate because the expressions in the target language have equivalent meaning with the source language; 15.5% of the data were less accurate because the expressions had no equal meaning with the source language and the equivalence seemed less natural; and 0% of the data were inaccurate. Meanwhile, 74% of the data were readable because the translation was very easy to understand; 16.67% of the data were less readable because the translation was not very easy to understand; and 9.33% of the data were unreadable because the translation was difficult to understand. The dominant strategy was the synonymy which got the percentage of 29%, which meant that translators also used the target language words which were more or less the same as the general source language words
    corecore