9 research outputs found

    Utilization of Different Concentration Sugarcane Molasses to the Quality of Goat Feces-Chicken Excreta-Coconut Husk Organic Liquid Fertilizer

    Get PDF
    Indonesia is an agricultural country that certainly has the potential for agricultural waste and by-products. Some of those in Indonesia are livestock manure, coconut husk, and sugarcane molasses. Utilization of this waste is limited, which is causing various environmental problems such as environmental pollution. The study is aimed to determine the quality of organic liquid fertilizer made by raw material from goat feces-chicken excreta-coconut husk with various sugarcane molasses concentrations (P0= 0%; P1= 5%; P3= 15%; P4= 20%; P5= 25%). The fermentation was carried out anaerobically for 21 days. The parameters of temperature, pH, organoleptic (color and odor), levels of C-organic, nitrogen (N) total, phosphorus (P) total, potassium (K) total, and biological tests were observed. Biological tests were conducted in the growth of mung bean (Vigna radiata) and spinach (Amaranthus tricolor). Data were analyzed using one-way ANOVA. Variations in the addition of molasses sugarcane did not affect the liquid fertilizer's temperature and pH during fermentation. However, the treatments had positive effect on organoleptic test, C-organic, N total, P total, K total, and biological tests. The addition of 15% sugarcane molasses (P3) showed a dominating performance toward most of the parameters tested. The P3 treatment produced liquid fertilizer with a pleasant smell, and the contents of C-organic, total N, total P, and total K were 2.12%, 0.25%, 0.13%, and 0.13%,  respectively. and produce spinach as a biological test with plant height, number of leaves, leaf width, stem diameter, and root length were 21.82 cm, 6.66 sheets, 3.59 cm, 4.09 mm, and 14.67 cm, respectively

    The Effect of Young Coconut Husk on the Quality of Goat Manure-Chicken Excreta Bioculture

    Get PDF
    The negative impact of chemical fertilizers use is soil fertility declining. The situation occurs because of biological, physical, and chemical properties of the soil is decreased. Agricultural waste is a large commodity which utilization can still be optimized, for example by using as raw material for organic liquid fertilizer. Agricultural wastes that have good quality as fertilizer include goat manure, chicken excreta, and coconut husk. The utilization of agricultural waste as organic fertilizer is one way of creating sustainable agriculture. This study aims to test the quality of liquid fertilizer (bioculture) of goat manure and chicken excreta by adding various levels of coconut husk. Bioculture is made by anaerobic fermentation for 21 days. The parameters observed included levels of C-organic, N, P, and K bioculture, as well as germination tests to determine the presence of phytotoxins. The data were analyzed using one way ANOVA. The treatment of P5 (5% coconut husk) showed the highest levels of N and P, while the K content was not significantly different from the treatment of P4 (2.5% coconut husk). The germination test showed no phytotoxin activity in bioculture

    Pembuatan Kopi Decaf dalam Kemasan Drip Bag dengan Metode Cold Brew di Rumah Kopi Ibu Bumi Banyuwangi

    Get PDF
    Rumah Kopi Ibu Bumi is a coffee house that processes roasted coffee and coffee brewing products. The method of brewing coffee at Rumah Kopi Ibu Bumi has been less practical, resulting in a thick, concentrated coffee body, relatively expensive products, and can only be enjoyed in one serving. This makes the process of brewing coffee inefficient and less economical. The cold brew method using drip bag coffee allows to solve this problem. This method results in a lower caffeine brew of coffee, can be used for several brews, and the product is more affordable. This program produces decaf coffee packaging products in drip bags that are ready to be marketed. This program was carried out well with the increasing of understanding and skills of business owners and employees in Rumah Kopi Ibu Bumi.Rumah Kopi Ibu Bumi merupakan usaha kopi rumahan yang mengolah kopi sangrai dan produk seduhan kopi. Metode seduhan kopi di Rumah Kopi Ibu Bumi selama ini kurang praktis, menghasilkan body kopi yang tebal, pekat, produk relatif mahal, dan hanya bisa dinikmati dalam satu kali porsi. Hal ini membuat proses menyeduh kopi menjadi tidak efisien waktu dan kurang ekonomis. Metode cold brew menggunakan drip bag coffee memungkinkan untuk mengatasi permasalahan ini. Metode ini menghasilkan seduhan kopi yang lebih rendah kafein, dapat digunakan untuk beberapa kali seduh, dan produk lebih terjangkau. Kegiatan ini menghasilkan produk kemasan kopi decaf dalam drip bag yang siap dipasarkan. Kegiatan ini terlaksana dengan baik dengan meningkatnya pemahaman dan keterampilan pemilik usaha dan karyawan Rumah Kopi Ibu Bumi

    PENGARUH NITROGEN DAN MOLIBDENUM TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ASIMILASI NITROGEN, PERTUMBUHAN DAN HASIL PADA TANAMAN PADI HITAM (Oryza sativa L.)

    No full text
    Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai dengan Agustus 2017 bertempat di Green House Gedung CDAST dan Laboratorium CDAST Universitas Jember. Percobaan disusun menggunakan RAL faktorial 4 x 4 dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah nitrogen : N0 (0,4 mM), N1 (3,2 mM), N2 (6,4 mM), dan N3 (12,8 mM). Faktor kedua adalah molibdenum : M0 (0 mg/l), M1 (0.01 mg/l), M2 (0,02 mg/l), M3 (0,03 mg/l). Variabel pengamatan terdiri atas : 1) aktivitas enzim nitrat reduktase, 2) kandungan sukrosa, 3) kandungan gula reduksi, 4) kandungan klorofil total, 5) laju pertumbuhan, 6) jumlah anakan, 7) jumlah malai, 8) panjang malai, 9) berat segar, dan 10) berat gabah. Hasil percobaan menunjukkan bahwa taraf optimum nitrogen terhadap aktivitas NR selama 1 jam adalah 12.4 mM sebesar 2,824 mM nitrit.μg protein-1 (M0); 10,022 mM sebesar 2,946 mM nitrit.μg protein-1 (M1); 9,562 mM sebesar 3.009 mM nitrit/μg protein (M2); dan 10,239 mM sebesar 3,022 mM nitrit/μg protein (M3). Taraf optimum molibdenum terhadap aktivitas NR selama 1 jam adalah 0.012 mg.L-1 sebesar 0.728 mM nitrit.μg protein-1 (N0); 0,019 mg.L-1 sebesar 2,328 mM nitrit.μg protein (N1); 0,017 mg.L-1 sebesar 2.545 mM nitrit.μg protein-1 (N2); dan 0,008 mg.L-1 sebesar 2.725 mM nitrit.μg protein-1 (N3). Taraf optimum nitrogen terhadap aktivitas NR selama 2 jam adalah 9,711 mM sebesar 2,542 mM nitrit.μg protein-1 (M0); 10,646 mM sebesar 3,07 mM nitrit.μg protein-1 (M1); 9,7 mM sebesar 3,199 mM nitrit.μg protein-1 (M2); dan 12,618 mM sebesar 3,036 mM nitrit.μg protein-1 (M3). Taraf optimum molibdenum terhadap aktivitas NR selama 2 jam adalah 0.0126 mg.L-1 sebesar 0,528 mM nitrit.μg protein-1 (N0); 0,019 mg.L-1 sebesar 2,128 mM nitrit.μg protein-1 (N1); 0,012 mg.L-1 sebesar 2,696 mM nitrit.μg protein-1 (N2); dan 0,022 mg.L-1 sebesar 3,068 mM nitrit.μg protein-1 (N3). Taraf terbaik nitrogen dan molibdenum terhadap pertumbuhan tanaman padi hitam terdapat pada perlakuan N2M1. Taraf terbaik nitrogen dan molibdenum terhadap hasil tanaman padi hitam terdapat pada perlakuan N1M1, N1M2, dan N1M3

    Respon Pertumbuhan dan Hasil Padi Hitam (Oryza sativa L) Lokal Banyuwangi terhadap Aplikasi Beberapa Jenis Pupuk Kandang

    No full text
    Beras hitam merupakan varietas lokal yang mengandung pigmen paling baik, memiliki rasa dan aroma yang baik dengan penampilan yang spesifik dan unik. Beras hitam masih jarang dibudidayakan dan dikonsumsi oleh masyarakat dikarenakan banyak masyarakat yang belum familiar tentang beras hitam, umur tanam padi hitam yang lebih panjang dibandingkan padi putih (bisa mencapai 5-6 bulan), dan produktivitasnya yang lebih rendah dibandingkan padi putih. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kuantitas padi hitam adalah dengan pemupukan, baik organik maupun anorganik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan taraf pupuk organik terbaik yang didapatkan dari pupuk kandang untuk dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil beras hitam. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 2 faktor yaitu jenis pupuk kandang dan taraf pupuk kandang. Pupuk kandang yang digunakan yaitu pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, dan pupuk kandang kambing. Taraf pupuk kandang yang digunakan adalah 0% (0 g), 50% (6,25 g), 100% (12,5 g), 150% (18,75 g), 200% (25 g), dan 250% (31,25 g) dengan tiga ulangan. Perlakuan pupuk kandang kambing sebanyak 18,75 g mampu meningkatkan kandungan klorofil hingga 2,67 mg/g.Beras hitam merupakan varietas lokal yang mengandung pigmen paling baik, memiliki rasa dan aroma yang baik dengan penampilan yang spesifik dan unik. Beras hitam masih jarang dibudidayakan dan dikonsumsi oleh masyarakat dikarenakan banyak masyarakat yang belum familiar tentang beras hitam, umur tanam padi hitam yang lebih panjang dibandingkan padi putih (bisa mencapai 5-6 bulan), dan produktivitasnya yang lebih rendah dibandingkan padi putih. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kuantitas padi hitam adalah dengan pemupukan, baik organik maupun anorganik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan taraf pupuk organik terbaik yang didapatkan dari pupuk kandang untuk dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil beras hitam. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 2 faktor yaitu jenis pupuk kandang dan taraf pupuk kandang. Pupuk kandang yang digunakan yaitu pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, dan pupuk kandang kambing. Taraf pupuk kandang yang digunakan adalah 0% (0 g), 50% (6,25 g), 100% (12,5 g), 150% (18,75 g), 200% (25 g), dan 250% (31,25 g) dengan tiga ulangan. Perlakuan pupuk kandang kambing sebanyak 18,75 g mampu meningkatkan kandungan klorofil hingga 2,67 mg/g

    Pembuatan Bar Soap Eco-Enzyme Melalui Proses Saponifikasi di Banyuwangi

    No full text
    Kelompok ibu rumah tangga Desa Gitik telah produktif memproduksi eco-enzyme F1 dalam skala rumah tangga dan mengaplikasikan dalam kegiatan sederhana bidang pertanian dan keperluan sanitasi sehari-hari. Eco-enzyme merupakan hasil fermentasi dari limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula, serta air. Pemanfaatan eco-enzyme yang dilakukan oleh ibu rumah tangga Desa Gitik  meliputi sanitasi seperti membersihkan badan (sebagai sabun mandi) dan kegiatan yang mengarah ke arah komersialisasi produk belum dilakukan. Hal ini karena cairan eco-enzyme yang dihasilkan tidak digemari masyarakat karena mempunyai aroma menyengat. Selain itu pembuatan produk sanitasi seperti sabun membutuhkan proses lebih lanjut dengan tambahan bahan tertentu melalui saponifikasi yang belum pernah dilakukan oleh masyarakat karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki. Metode pengabdian dilakukan dengan tahapan survei lokasi, sosialisasi program, penyusunan progam rencana kerja, pelatihan dan pendampingan serta monitoring dan evaluasi kegiatan. Kegiatan pengabdian ini mampu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan ibu rumah tangga dalam memproduksi sabun mandi eco-enzyme hasil fermentasi F1 yang prospektif untuk dikembangkan menjadi usaha baru

    Karakteristik Pupuk Cair Eco-Enzyme Berbahan Dasar Limbah Sayur Dan Buah Terhadap Kandungan Nutrisi Dan Bahan Organik

    No full text
    Sebanyak 60% sampah yang terbuang di TPA adalah sampah organik, dimana pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan banyak masalah. Oleh karena itu perlu suatu langkah memanfaatkan limbah tersebut sebagai produk yang bermanfaat dan mempunyai nilai guna seperti eco-enzyme.  Eco-enzyme merupakan fermentasi limbah organik seperti ampas buah dan sayuran, gula dan air yang mengandung berbagai nutrisi penting untuk tanaman seperti N, P, K, dan C-organik. Bentuk eco-enzyme yang berupa cairan membuat aplikasinya sebagai pupuk cair lebih praktis. Pembuatan eco-enzyme sebagai pupuk cair sangat berpeluang untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui kombinasi bahan ecoenzim yang menghasilkan nutrisi tinggi sebagai pupuk cair. Rancangan penelitian menggunakan RAL 4 perlakuan (sayur + manggis; sayur + jeruk); sayur + buah naga; sayur) dengan 3 ulangan. Perlakuan kombinasi bahan berpengaruh signifikan terhadap semua parameter pengamatan. Perlakuan sayur + jeruk (P2) memberikan hasil nutrisi terbaik secara keseluruhan

    Estimation of Paddy leaves Chlorophyll Content Using Convolutional Neural Network (CNN)

    No full text
    In contemporary agriculture, the demand for cutting-edge machine-learning techniques to elevate crop assessment and management is paramount. This study introduces an innovative approach employing a Convolutional Neural Network (CNN) with Inception_v3 as its base model to estimate chlorophyll levels in paddy leaves. The primary aim is to craft a robust, precise model capable of non-destructively predicting chlorophyll content, promising substantial improvements in the efficiency of evaluating paddy crop health and nutritional status. The dataset comprises 566 images of paddy leaves, spanning 122 unique chlorophyll content levels. A meticulous data partitioning strategy allocates 244 images for model training, with 122 and 180 images for validation and testing, respectively. Model performance metrics include a test loss of 1.19 and a test accuracy of 0.81. Leveraging the Inception_v3 architecture empowers the CNN model to extract intricate, distinguishing features from paddy leaf images. This capability enables the model to discern subtle variations in chlorophyll content across different classes, underpinning its promising predictive prowess. Future research directions may explore potential model enhancements and dataset expansion, marking significant progress toward revolutionizing crop health assessment in modern agriculture

    Prognostic Scoring System for Mortality of Hospitalized COVID-19 Patients in Resource-Limited Settings: A Multicenter Study from COVID-19 Referral Hospitals

    No full text
    Background: Many studies identified the risk factors and prognostic factors related to in-hospital COVID-19 mortality using sophisticated laboratory tests. Cost and the availability of supporting blood tests may be problematic in resource-limited settings. This multicenter cohort study was conducted to assess the factors associated with mortality of COVID-19 patients aged 18 years and older, based on history taking, physical examination, and simple blood tests to be used in resource-limited settings. Methods: The study was conducted between July 2020 and January 2021 in five COVID-19 referral hospitals in Indonesia. Among 1048 confirmed cases of COVID-19, 160 (15%) died during hospitalization. Results: Multivariate analysis showed eight predictors of in-hospital mortality, namely increased age, chronic kidney disease, chronic obstructive pulmonary disease, fatigue, dyspnea, altered mental status, neutrophil-lymphocyte ratio (NLR) ≥ 5.8, and severe-critical condition. This scoring system had an Area-under-the-curve (AUC) of 84.7%. With cut-off score of 6, the sensitivity was 76.3% and the specificity was 78.2%. Conclusion: The result of this practical prognostic scoring system may be a guide to decision making of physicians and help in the education of family members related to the possible outcome
    corecore