49 research outputs found

    DETEKSI PEMBAWA Î’-THALASSEMIA DI YOGYAKARTA BERDASARKAN FRAGILITAS SEL DARAH MERAH

    Get PDF
    β-Thalassemia merupakan suatu kelainan genetik yang bersifat herediter dengan prevalensi tinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia, diperkirakan sejumlah 200.000 bayi pembawa thalassemia lahir setiap tahun sehingga diperlukan upaya deteksi dini yang sederhana, cepat, dan murah. NESTROFT (Naked Eye Single Tube Red Cell Osmotic Fragility Test) sebagai metode deteksi berdasarkan fragilitas sel darah merah memiliki sensitivitas uji pada carrier β-thalassemia sebesar 99,8%. Oleh karena itu, pengembangan metode tersebut untuk deteksi pembawa β-Thalassemia di populasi Indonesia perlu dikembangkan. Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan 102 sampel individu dewasa. Dilakukan uji NESTROFT dengan mencampurkan sampel uji dalam dua larutan, yakni buffer saline 0,36% sebagai reagen uji dan akuades steril sebagai kontrol. Hasil positif ditunjukkan dengan garis hitam pada latar belakang kertas tidak dapat dilihat secara kasat mata pada sampel uji dibandingkan kontrol akibat adanya penurunan osmotic fragility pada eritrosit. Selanjutnya, pemeriksaan indeks hematologis juga dilakukan sebagai data konfirmasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji NESTROFT dapat mendeteksi sebesar 88,9% dari total subyek pembawa sifat β-thalassemia. Hasil pemeriksaan hematologis juga menunjukkan kondisi sampel positif dengan ciri sebagai pembawa  Î²-thalassemia seperti kondisi mikrositik, hipokromik, anisositosis, poikilositosis, serta nilai MCV maupun MCH rendah. Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa uji NESTROFT dapat dijadikan sebagai langkah awal diagnosis (preliminary detection) pembawa β-thalassemia yang efektif dan efisien. Selain itu, uji NESTROFT dapat digunakan pula untuk deteksi dini kelainan hemoglobin lainnya

    Nilai Tumor Marker CA 15-3 dan Kadar Leukosit Pada Penderita Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengamati penggunaan CA 15-3 sebagai penanda tumor dalam memantau efektivitas pengobatan pada penderita kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Data penelitian berupa data sekunder diperoleh 46 penderita yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh sampel (100%) adalah perempuan, dengan 9 orang (19,6%) berusia dewasa, 26 orang (56,5%) pra-lansia, dan 11 orang (23,9%) lansia. Sebanyak 15 orang (32,6%) tidak memiliki riwayat keganasan kanker payudara dalam keluarga, sementara 31 orang (67,4%) memiliki riwayat  keganasan kanker payudara dalam keluarga. Hasil pemeriksaan CA 15-3 menunjukkan bahwa 40 orang (87%) memiliki nilai di bawah 25 U/mL, sedangkan 6 orang (13%) memiliki nilai di atas 25 U/mL. Sementara itu, dalam hal kadar leukosit, 36 orang (76,1%) mengalami leukopenia, 10 orang (21,7%) memiliki kadar normal, dan 1 orang (2,2%) mengalami peningkatan kadar. Uji chi-square untuk kedua parameter menunjukkan nilai p value masing-masing 0,858 dan 0,919 (p < 0,05), menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan hasil pemeriksaan CA 15-3 dan leukosit pada penderita kanker payudara yang menjalani kemoterapi

    Literature review : pengaruh pemberian esktrak daun sambiloto (andrographis paniculat) terhadap interlekuin-6 pada diabetes mellitus tipe ii

    Get PDF
    Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas sel terhadap insulin. Kadar Interleukin 6 (IL-6) ditemukan pada penderita Diabetes Mellitus. IL-6 yaitu sitokin pro-inflamasi karena berperan penting dalam inflamasi kronik yang ditunjukkan dengan peningkatan kadar sitokin inflamasi pada pasien DM tipe 2. Sambiloto Andrographis Paniculat (Burm. f) Nees) dikenal juga dengan sebutan “King of Bitters” yang merupakan tanaman asli dari India dan Cina. Sambiloto masuk kedalam jenis tumbuhan family Acanthaceae yang sudah digunakan selama beberapa abad di Asia dalam hal pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sambiloto (Andrographis Paniculat) terhadap interleukin-6 pada Diabetes Mellitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka atau literature review yaitu kajian literatur yang membahas tentang pengaruh pemberian esktrak daun sambiloto (Andrographis Paniculat) terhadap Interlekuin-6 pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Pada penelitian ini pencarian literatur menggunakan data base PubMed dan Google scholar dengan metode PICO. Berdasarkan hasil olah data dari beberapa artikel jurnal menunjukkan bahwa pengaruh pemberian ekstrak daun sambiloto (Andrographis Paniculat) memiliki efek anti hiperglikemik melalui peningkatan aktivitas enzim glikolitik, kadar insulin dan mengurangi stres oksidatif serta menyebabkan penurunan kadar penanda bio pro-inflamasi seperti TNFα dan IL-6

    SYSTEMATIC REVIEW: HUBUNGAN IMMUNOGLOBULIN MACROGLOBULIN (IgM) DAN IMMUNOGLOBULIN GAMA (IgG) DENGAN TROMBOSITOPENIA PADA PENYAKIT DEMAM TIFOID

    Get PDF
    Latar Belakang: Demam tifoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Diagnosis terhadap penyakit ini dibuat berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang, termasuk pemeriksaan laboratorium. Diagnosis demam tifoid meliputi: pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan serologis (uji widal, Tubex, Typhidot), kultur dengan cara isolasi kuman, dan pemeriksaan molekuler, seperti Polimerase Chain Reaction (PCR). Respon imun yang khas dimulai dengan peningkatan antibodi IgM terhadap antigen yang menstimulasi (imunogen), fase ini diikuti dengan produksi antibodi IgG terhadap antigen. Selain pemeriksaan serologi, pemeriksaan trombosit juga digunakan sebagai pendukung diagnosis dalam kasus tifoid. Tujuan: Untuk menganalisi adanya hubungan reaktivitas IgM dan IgG dengan trombositopenia pada pasien demam tifoid. Metode Penelitian: Ulasan dilakukan pada dua database yaitu Google Scholar dan DOAJ. Jurnal publikasi tahun 2011-2020 yang melakukan penelitian tentang pemeriksaan serologis demam tifoid untuk mendeteksi reaktivitas IgM IgG dan pemeriksaan trombosit yang digunakan sebagai pendukung diagnosis. Hasil: Hasil penelusuran literature yang diperoleh dari 10 jurnal yang memiliki data pemeriksaan serologis demam tifoid dengan pemeriksaan trombosit sebagai penunjang pemeriksaan menunjukan adanya hubungan antara reaktivitas pemeriksaan IgM dan IgG dengan trombositopenia pada pasien demam tifoid. Simpulan: Berdasarkan hasil analisis dari beberapa sumber referensi yang didapatkan, maka diambil kesimpulan, yaitu: terdapat hubungan antara hasil reaktivitas demam tifoid IgM dan IgG dengan trombositopenia

    Literature review: analisis perbedaan kadar trigliserida perokok dan bukan perokok pada penderita diabetes melitus tipe 2

    Get PDF
    Kebiasaan buruk masyarakat yang sulit dihentikan dari kehidupan sehari-hari salah satunya adalah merokok. Pada rokok terdapat nikotin yang dapat meningkatkan lipolisis dan asam lemak yang tidak memiliki konsentrasi serta mempengaruhi profil lemak darah seperti trigliserida. Kadar trigliserida dapat juga dipengaruhi oleh berbagai macam faktor penyakit. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 trigliserida dibentuk dari kelebihan glukosa yang menyebabkan peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar trigliserida perokok dan bukan perokok pada penderita diabetes melitus tipe 2. Metode penelitian yang digunakan adalah literature review berupa penelitian deskriptif kualitatif. Penelusuran dilakukan dengan menggunakan kata kunci berdasarkan PICO (diabetes; smoker; triglycerides) untuk digunakan pada database PubMed dan Google Scholar menggunakan aplikasi Harzing Pop dengan hasil 10 jurnal. Hasil penelitian literature review dari semua penelusuran yang digunakan yaitu perbedaan kadar trigliserida perokok dan bukan perokok pada penderita diabetes melitus tipe 2 didasarkan pada lama merokok dan banyaknya jumlah batang rokok yang dikonsumsi. Hal tersebut mengakibatkan tingginya kadar trigliserida yang dibuktikan dengan hasil uji Kolmogorov-smirnov p value 0,004 (p <0,05). Antara perokok elektrik dengan perokok tembakau tidak terdapat perbedaan signifikan berdasarkan uji Independent T-Test p value 0,146 (p >0,05). Sedangkan pada penderita diabetes melitus terkontrol dan tidak terkontrol dengan hasil uji statistik p value 0,793 (p >0,05) juga menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna pada kadar trigliserida. Berdasarkan uji yang telah dilakukan, terdapat perbedaan kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang dipengaruhi oleh faktor risiko seperti usia, jenis kelamin, konsumsi rokok per hari, lama merokok, status gizi dan beberapa faktor lainnya. Kadar trigliserida perokok pada penderita diabetes melitus tipe 2 lebih tinggi dibandingkan yang bukan perokok pada penderita diabetes melitus tipe 2 dikarenakan profil lipid pada tubuh yang berubah akibat nikotin dalam rokok yang meningkatkan kadar trigliserida

    SYSTEMATIC REVIEW: PENGARUH PEMBERIAN PROPOLIS TERHADAP KADAR INTERLEUKIN-1 BETA (IL-1 BETA) PADA PENYAKIT DIABETES MELLITUS TIPE-2

    Get PDF
    Latar Belakang: Diabetes mellitus tipe-2 (DM tipe-2) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi penyebab utama kematian di dunia mencapai 90- 95% kasus dibandingkan jenis diabetes yang lain. Tingginya kadar interleukin-1 beta (IL-1 beta) menunjukkan peningkatan inflamasi pada penyakit DM tipe-2 sehingga diperlukan adanya alternatif pengobatan yang dapat menekan respon imun tersebut salah satunya dengan propolis sebagai anti-inflamasi dan anti-oksidan. Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh pemberian propolis terhadap kadar IL-1 beta pada penyakit DM tipe-2. Metode Penelitian: Pencarian literatur dilakukan melalui tiga database yaitu Google Scholar, PubMed dan Science Direct dengan metode PICO. Jurnal yang digunakan pada penelitian ini memiliki ketentuan sepuluh tahun terakhir (2010-2020) dengan jenis penelitian eksperimental dan kajian pustaka. Hasil Penelitian: Hasil penelusuran literatur diperoleh sepuluh jurnal yang menunjukkan bahwa kadar glukosa darah dan insulin mengalami penurunan setelah pemberian propolis. Pada kelompok DM tipe-2 dengan pemberian jenis propolis yang berbeda menunjukkan kadar IL-1 beta yang lebih rendah dibandingkan kelompok tanpa perlakuan. Selain itu, perlakuan dengan pemberian propolis pada subjek tikus menunjukkan kadar IL-1 beta yang lebih tinggi dibandingkan pada subjek manusia. Simpulan: Terdapat penurunan kadar IL-1 beta pada penyakit DM tipe-2 setelah pemberian propolis namun tidak spesifik yang menunjukkan bahwa zat tersebut dapat berperan sebagai imunomodulator. Saran: Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait modifikasi dosis dan waktu pemberian propolis untuk mengetahui efek imunosupresor tersebut terhadap sitokin pro-inflamasi lainnya pada penyakit DM tipe-2

    LITERATURE REVIEW: UJI SENSITIVITAS BAKTERI PATOGEN PADA ULKUS PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2

    Get PDF
    Diabetes Mellitus tipe-2 merupakan penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan kenaikan gula darah atau gangguan fungsi resistensi insulin. Diabetes yang tidak terkontrol dapat menimbulkan berbagai komplikasi salah satunya Diabetes Mellitus yaitu ulkus diabetes. Ulkus diabetes merupakan salah satu komplikasi kronis Diabetes Mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai kematian jaringan. Kadar glukosa yang tinggi menjadi tempat strategi untuk bakteri berkembang. Bakteri yang terdapat pada ulkus diabetes dilakukan uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik untuk menguji kepekaan suatu bakteri terhadap suatu antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri pada ulkus pasien Diabetes Mellitus tipe-2 dan mengidentifikai sensitivitas antibiotik pada ulkus pasien Diabetes Mellitus tipe-2. Metode yang digunakan penelitian ini yaitu dengan metode literature review. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukan bahwa dari 11 jurnal yang diteliti ditemukan jenis bakteri pada ulkus pasien Diabetes Mellitus tipe-2 yaitu Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Streptococcus sp., E.coli, Klebsiella pneumonia. Uji sensitivitas antibiotik yang dilakukan dengan metode difusi kirby bauer menunjukan hasil sensitif terhadap antibiotik Ciprofloksasin (100%), Meropenem (100%), dan Cefotaxime (100%). Ditemukan bakteri pada ulkus Diabetes Mellitus tipe-2 yaitu Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Streptococcus sp., E.coli, Klebsiella pneumonia

    LITERATURE REVIEW: PERBANDINGAN KADAR INTERLEUKIN-6 (IL-6) DAN INTERLEUKIN-10 (IL-10) PADA PASIEN COVID-19 DENGAN GEJALA RINGAN DAN BERAT

    Get PDF
    Latar Belakang : Coronavirus Disease-19 (COVID-19) merupakan penyakit yang menyebabkan infeksi dengan tingkat gejala ringan hingga berat. Terjadinya badai sitokin pada infeksi SARS-CoV-2 dipengaruhi dengan pelepasan sitokin interleukin-6 (IL-6) dan interleukin-10 (IL-10) yang dihasilkan sebagai respon dari sistem imun dan mempengaruhi tingkat gejala yang terjadi. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui perubahan kadar IL-6 dan IL-10 sebagai faktor inflamasi, anti-inflamasi, dan biomarker pada COVID-19. Metode Penelitian: Pencarian literature dilakukan pada tiga database yaitu PubMed, Google Scholar, dan Science Direct. Jurnal yang membahas pengukuran kadar interleukin-6 (IL-6) dan interleukin-10 (IL-10) pada pasien COVID-19 dengan gejala ringan dan berat. Hasil Penelitian: Hasil penelusuran literatur diperoleh 10 jurnal yang menunjukkan bahwa kadar IL-6 dan IL-10 pada pasien COVID-19 lebih tinggi daripada kelompok normal. Pada pasien COVID-19 dengan gejala ringan kadar IL-6 dan IL-10 diperoleh lebih rendah daripada pasien COVID-19 gejala berat. Pasien COVID-19 dengan usia lanjut menunjukkan kadar IL-6 dan IL-10 lebih tinggi begitupun dengan tingkat gejala yang dialami cenderung lebih berat jika dibandingkan dengan pasien COVID-19 usia produktif. Selain itu, pasien lelaki cenderung menunjukkan kadar IL-6 dan IL-10 lebih tinggi serta tingkat gejala lebih berat jika dibandingkan dengan perempuan. Simpulan: Adanya perbedaan tingkat gejala ringan dan berat mempengaruhi tinggi atau rendahnya kadar IL-6 dan IL-10 pada pasien COVID-19. Selain itu faktor usia dan jenis kelamin juga mempengaruhi kadar IL-6 dan IL-10 serta tingkat gejala yang dialami. Saran: Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kadar IL-6 dan kadar-10 dengan dengan kondisi klinis yang lebih bervariasi untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh kadar IL-6 dan IL-10 dalam infeksi COVID-19

    LITERATURE REVIEW: CEMARAN BAKTERI PATOGEN PENYEBAB KERACUNAN PADA DAGING AYAM DI PASAR TRADISIONAL

    Get PDF
    Daging merupakan bahan makanan yang penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.Daging ayam memiliki rasa yang enak, tekstur yang lembut dan harga yang relatif murah. Daging ayam sendiri sangat rawan terhadap bahaya biologis. Bakteri merupakan penyebab utama penurunan kualitas daging segar. Suatu produk hewani dapat dikatakan aman apabila tidak mengandung bakteri patogen yaitu bakteri yang menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia yang memakannya. Kontaminasi bakteri patogen pada bahan pangan asal hewani seperti daging ayam merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian.Semakin banyak jumlah mikroba awal dalam daging, maka semakin cepat pula kerusakannya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kualitas bakteriologis daging ayam yang dijual di pasar tradisional. Metode yang digunakan penelitian ini menggunakan metode literature review yaitu dengan mencari artikel maupun jurnal penelitian, penelusuran literatur menggunakan database Google Scholar dan PubMed. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa dari 11 jurnal yang diteliti ditemukan jenis bakteri patogen penyebab keracunan pada daging ayam yang dijual di pasar tradisional yaitu 63,63% terdapat cemaran Eschericia coli, 45,45% terdapat cemaran Salmonella sp., 27,27% terdapat cemaran Staphylococcus aureus, dan 18,18% terdapat Coliform, dimana tingkat cemaran tertinggi 1x109 CFU/g terhadap bakteri Salmonella sp. dan Eschericia coli dengan kadar cemaran 6x106 CFU/g

    LITERATURE REVIEW : EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI ANTIRETROVIRAL DENGAN PEMERIKSAAN CLUSTER OF DIFFERENTIATION 4 (CD4) PADA PASIEN HIV

    Get PDF
    Penyakit HIV-AIDS merupakan peyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV secara total. Terapi Antiretroviral menjadi salah satu upaya penyembuhan untuk meningkatkan jumlah CD4, Jumlah kadar CD4 dalam darah menjadi penentu pemberian terapi antiretroviral. Mengetahui efektivitas Terapi obat antiretroviral pada pasien HIV dengan indikator CD4. Ulasan dilakukan pada tiga database yaitu PubMed, Google Cendekia, dan Sciencedirect. Jurnal yang melakukan pemeriksaan CD4 pada pasien HIV setelah pemberian terapi antiretroviral. Kombinasi obat ARV yang digunakan pasien HIV mempunyai dampak baik dalam membantu peningkatan CD4 pada pasien HIV. Pemeriksaan menunjukkan bahwa apabila sampel dibagi menurut jenis regimen terapi selalu terdapat kenaikan kadar CD4 pada tiap-tiap kelompok sebanyak 50 sel/mm3 CD4,kepatuhan dalam konsumsi obat dapat membantu kenaikan CD4. Kombinasi terapi antiretroviral yang digunakan TDF+3CT+EFV menjadi salah satu terapi yang mendapat kenaikan CD4 sebanyak 50 sel/mm3 - 100 sel/mm3 setiap pemeriksaan CD4 6 bulan sekali. Perlu memberikan sosialisasi kepada pasien tentang kepatuhan konsumsi obat
    corecore