11 research outputs found

    Salib di Ujung Timur Nusa Lease: Gereja Ebenhaezer, Tinggalan Kolonial di Desa Sila Leinitu Kecamatan Nusalaut

    Get PDF
    Not many churches in Indonesia, which still retain the authenticity of nature since the church was founded. Despite being the oldest church in Ambon Islands Lease, Ebenhaezer Church in the village of Sila Leinitu Nusa Laut sub-district which was built in 1715, is one of the many churches in the Moluccas which still retains the authenticity of nature, even after repeated experience of building renovations. This research aims to describe the architecture and layout of the church. In addition, this paper describes the findings of worship fixtures in the church hall which is now very rare in other churches in the Moluccas.Tidak banyak gereja di Indonesia yang masih mempertahankan sifat keaslian sejak gereja tersebut didirikan. Meskipun menjadi gereja tertua di Kepulauan Ambon Lease, Gereja Ebenhaezer di desa Sila Leinitu kecamatan Nusa Laut yang dibangun pada tahun 1715, adalah salah satu dari sekian banyak gereja di Maluku yang masih mempertahankan sifat keaslian tersebut, walau telah beberapa kali mengalami renovasi bangunan. Penulisan ini bertujuan untuk menggambarkan teknik arsitektur dan tata ruang gereja. Selain itu juga, penulisan ini menjelaskan tentang hasil temuan perlengkapan peribadatan di dalam ruang gereja yang kini sudah sangat jarang ditemui pada gereja lainnya di Maluku

    Baileu: Kajian Tentang Bentuk Manifestasi Fisik dari Masyarakat Adat di Kecamatan Pulau Saparua

    Get PDF
    AbstrakKeadaan identitas Baileu di wilayah Kecamatan Pulau Saparua saat ini dalam keadaan cenderung rusak karakter budayanya, dan kalau berkelanjutan akan menjadi hilang, untuk itu menemukan kembali jati diri dapat membangun pemahaman tentang karakter budaya sebenarnya. Pada beberapa desa yang dijumpai di wilayah Kecamatan Pulau Saparua, kesadaran dan  karakter tradisional tersebut sudah mulai hilang. Hal ini tergambar dari keadaan arsitektur yang lebih modern, serta kurang perhatian dari masyarakat pendukungnya. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa perubahan-perubahan besar telah terjadi dalam system adat di desa-desa kecamatan Pulau Saparua dan hanya unsur-unsur atau bagian-bagian yang terpenting dari system tersebut yang masih tetap bertahan. Baileu menjadi bangunan penting yang terletak di bagian pusat desa pada seluruh masyarakat adat di wilayah Kecamatan Pulau Saparua. Baileu dapat juga disebut sebagai rumah adat yang adalah bentuk manifestasi fisik dari desa sebagai persekutuan adat untuk melakukan segala macam bentuk pertemuan dan upacara adat atau ritual di bangunan tersebut, guna kepentingan masyarakat desa. AbstractIn some villages in the subdistrict found Saparua, awareness and traditional characters  are already lost. This is illustrated by the more modern architecture, as well as the lack of attention from community supporters. This is consistent with the fact that major changes have occurred in the indigenous system in villages and districts Saparua only elements or important parts of the system that still survive.Baileu become important buildings are located at the center of the entire indigenous villages in the subdistrict Saparua. Baileu can also be referred to as a custom home is a physical manifestation of the village as a community indigenous to do all kinds of meetings and ceremonies or rituals in the building, in the interests of the villagers

    Kaimear Island Rock Art Site at Kur Island in West Kei Islands Region, A New Discovery in Eastern Indonesia

    Get PDF
    Situs Rock art di Pulau Kaimear, Kepulauan Kur yang berada di kawasan Kepulauan Kei adalah temuan situs rock art terbaru, dan untuk pertama kalinya dicatat dan dilaporkan oleh Tim Penelitian Balai Arkeologi Maluku pada tahun 2018. Situs rock art di Pulau Kaimear sebelumnya tidak pernah dicatat dan dilaporkan oleh arkeolog di dunia. Temuan rock art Kaimear menambah deretan sejumlah rock art di Kepulauan Maluku yang sebelumnya dilaporkan oleh para arkeolog dari negara luar. Penelitian ini merupakan publikasi terkini terkait dengan penemuan lokasi situs rock art baru di wilayah Maluku. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif berdasarkan penelitian arkeologi melalui survei dan observasi didukung oleh studi pustaka. Penelitian ini juga bersifat penelitian eskploratif yang menindaklanjuti informasi dari masyarakat lokal. Pengumpulan data penelitian ini dengan cara mengambil gambar sejumlah panel rock art dan catatan lapangan yang berisi deskripsi singkat. Berdasarkan hasil analisis data, rock art di Pulau Kaimear termasuk temuan rock art yang masif, dengan jumlah gambar diperkirakan mencapai 400-500 motif gambar pada satu lokasi ceruk tebing cadas yang terjal. Selain bentuk figur manusia dalam berbagai variasi gaya, juga ditemukan bentuk hand stencil, foot stencil, perahu, hewan, lingkaran, dan masih banyak jenis gambar-gambar lain yang belum teridentifikasi. Hasil penelitian cukup menunjukkan pentingnya temuan situs ini, maka perlu ditindaklanjuti penelitian yang lebih sistematis dan intensif guna menunjang upaya pelestarian situs di masa yang akan datang. The Rock art site on Kaimear Island, the Kur Islands in the Kei Islands region was for the first time recorded and reported by the Balai Arkeologi Maluku Research Team in 2018. Archaeologists have never recorded and reported any rock art site on Kaimear Island before. The discovery of Kaimear's rock art adds to the rock art sites in Maluku, which were previously reported by archaeologists from outside the country. This study uses a qualitative descriptive approach based on archaeological research through surveys and observations supported by literature studies. It is also exploratory research that follows up information from local communities. Data collection for this study consisted of taking images of a number of rock art panels and field notes containing a brief description. Rock art on Kaimear Island includes many panels of rock art, with the number of images estimated at 400-500 patterns in a steep rocky niche location. In addition to human figure shapes in various styles, there are also hand stencils, foot stencils, boats, animals, circles, and many other unidentified images. The results of the study establish the importance of the discovery of this site, and that it is necessary to follow up with more systematic and intensive research to support the preservation of the site in the future

    Kajian Historis tentang Sistem Perdagangan di Maluku Tengah pada Abad ke-19

    No full text
    No Abstrac

    “Masohi, Masadingu, dan Hamaren”: Sistem Kerjasama Tradisional di Daerah Maluku

    No full text
    No Abstrac
    corecore