7 research outputs found

    AKTIVITAS MENGISI WAKTU LUANG UNTUK LANSIA DI TIONGKOK : STUDI KASUS HONG KONG

    Get PDF
    Ageing society has become a serious issue for many countries in the world, and China is no exception. Hong Kong is one of the regions that has the most elderly population in China. The elderly’s preference of leisure activities is affected by the local culture. Through a qualitative approach, this study will discuss the cultural influences on the type of activities prefered by senior citizens of Hong Kong. This paper ends by concluding that Hong Kong has a unique culture. This region is a melting pot of Chinese and western cultures. The distinctive culture of Hong Kong leads to a unique preference of acivities performed by the elderly. There is a mixture of Chinese tranquility and western pleasure in every activity. All of these activities have something in common, a mixture of Chinese and western cultures.Keywords: ageing society, culture, ederly, leisure activity, leisure time AbstrakMasyarakat menua sedang menjadi masalah penting bagi berbagai negara di dunia, termasuk Tiongkok. Di Tiongkok sendiri, Hong Kong menjadi salah satu region yang jumlah penduduk lansianya paling banyak. Aktivitas mengisi waktu luang dibutuhkan oleh lansia untuk meningkatkan kualitas hidup dan kepuasan hidup, serta menjaga kesehatan fisik dan mental. Aktivitas yang dipilih untuk mengisi waktu luang ini dipengaruhi oleh budaya suatu daerah. Penelitian ini akan melihat pengaruh budaya terhadap jenis aktivitas yang dilakukan lansia Hong Kong dalam mengisi waktu luang. Di akhir, tulisan ini menyimpulkan bahwa Hong Kong memiliki budaya yang unik. Merupakan Special Administrative Region di Tiongkok dan pernah dikuasai Inggris telah membuatnya memiliki budaya dengan perpaduan budaya Tiongkok dan budaya Barat. Kekhasan budaya Hong Kong membuat aktivitas yang dipilih oleh lansia dalam mengisi waktu luang pun sangat unik. Ada nuansa ketenangan ala Tiongkok dan kesenangan ala Barat dalam setiap aktivitas yang dipilih oleh lansia Hong Kong untuk mengisi waktu luang. Semua kegiatan tersebut selalu memiliki ciri khas yang sama: perpaduan antara budaya Tiongkok dan Barat.Kata Kunci: aktivitas mengisi waktu luang, budaya, lansia, masyarakat menua, waktu luan

    KESUSASTRAAN TIONGKOK DARI MASA KE MASA

    Get PDF

    PERDAGANGAN PEREMPUAN INDONESIA DALAM SITUS PENGANTIN PESANAN: PERSPEKTIF FEMINISME SOSIALIS

    Get PDF
    Mail-order bride websites can be easily found in cyberspace. These websites sell Indonesian women to Chinese men as wives. This study aims to explore the phenomenon of women cyber-trafficking in mail-order bride websites, especially the background of mail-order bride websites and their impacts on the victims. This qualitative research used the case study approach and the socialist feminism theory to investigate three mail-order bride websites. This study concludes that the oppression of women on mail-order bride websites is caused by long-standing patriarchy in Indonesia and China reflected in daily practices, cultural manifestations, and literary works in both countries. Capitalism has also played a role in the emergence of mail-order bride websites. This paper suggests promotion of gender equality and eradication of human trafficking in order to minimize cyber-trafficking through mail-order bride websites

    EFEK KEBIJAKAN SATU ANAK TERHADAP KEHIDUPAN PEREMPUAN DI TIONGKOK: SEBUAH IRONI

    Get PDF
    In the Chinese tradition that is influenced by the Confusianism, women are seen to have lower positions than men. In such a social system, the One-Child policy initiated by Deng Xiaoping since 1979 as a program to control the population, underpin the inferiority perception upon Chinese women. This article aims analyze the effects of the China’s One Child Policy towards Chinese women’s lives. It is important to understand how Chinese Women live after their lives have been affected by this Policy, in a good or a bad way. The results show that One Child Policy has negative impacts on Chinese women’s lives. It does not only lead to discrimination views againts women, but also indirectly violate a Chinese woman’s social, cultural and economic rights. Criminal cases overshadow the Chinese women, ranging from torture, neglect of children, abortion, illegal adoption, human trafficking, kidnapping, and even prostitution. On the other hand, all criminal cases makes women become “rare “ and “special” objects in China. Ironically, the scarcity of women in China actually cause the higher bargaining power of women. Now in their lives, Chinese women can go to school, work, choosing a spouse, or even file for divorce. Women’s social status in Chinese society has increased now. It means that women also obtain the positive impact of One-Child Policy.Keywords: women, confucianism, the one child policyAbstrakDalam tradisi Tiongkok yang dipengaruhi oleh Konfusianisme, perempuan selalu memiliki posisi lebih rendah daripada laki-laki. Dalam sistem sosial seperti ini, Kebijakan Satu Anak yang diperkenalkan oleh Deng Xiaoping sejak 1979 sebagai program untuk mengontrol populasi, turut mendukung inferioritas wanita Tiongkok. Artikel ini mencoba menganalisis efek Kebijakan Satu Anak di Tiongkok kepada kehidupan perempuan. Sangat penting untuk memahami bagaimana perempuan Tiongkok menjalani hidupnya pascakehidupannya telah dipengaruhi oleh kebijakan ini, dengan cara yang baik maupun yang buruk. Artikel ini berkesimpulan bahwa Kebijakan Satu Anak memiliki dampak negatif dalam kehidupan perempuan. Kebijakan ini tidak hanya menyebabkan pandangan diskriminatif terhadap perempuan, namun juga secara tidak langsung melanggar hak asasi dalam kehidupan sosial, kultural, dan ekonomi perempuan Tiongkok. Kasus kriminal pun membayangi perempuan Tiongkok, mulai dari penyiksaan, pengabaian anak perempuan, aborsi, adopsi ilegal, penjualan manusia, penculikan, bahkan prostitusi.Di lain pihak, semua kasus kriminal ini telah membuat perempuan menjadi objek yang “langka” dan “spesial” di Tiongkok. Ironisnya, kelangkaan perempuan di Tiongkok menyebabkan nilai tawar perempuan menjadi lebih tinggi. Sekarang, dalam kehidupan mereka, perempuan Cina bisa pergi ke sekolah, bekerja, memilih pasangan hidup, bahkan menuntut cerai. Status sosial perempuan dalam masyarakat Tiongkok pun sudah meningkat sekarang. Ini berarti, perempuan Tiongkok juga telah mendapatkan efek positif dari Kebijakan Satu Anak.Kata kunci: perempuan, konfusianisme, kebijakan satu ana

    THE CHINESE WAY OF THINKING Wang Meng: Beijing: Foreign Languages Press, 2018

    Get PDF

    PEREMPUAN INDONEISA DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJADI PENGANTIN PESANAN KE TIONGKOK : PERSPEKTIF INTERSEKSIONALITAS DAN OTONOMI RELASIONAL

    No full text
    Artikel ini bertujuan untuk mengetahui interseksionalitas latar belakang dan otonomi relasional perempuan dalam pengambilan keputusan menjadi pengantin pesanan dari Indonesia ke Tiongkok. Artikel ini merupakan hasil penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yang menggunakan kerangka analisis interseksionalitas dan otonomi relasional. Penelitian tersebut melakukan penelusuran riwayat hidup dua perempuan penyintas asal DKI Jakarta dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa korban pengantin pesanan adalah perempuan dengan latar belakang dan pengalaman hidup yang beragam. Terdapat interseksi latar belakang dan pengalaman tertindas perempuan di domain struktural, disiplin, hegemoni dan interpersonal yang menyebabkan perempuan tertentu rentan menjadi korban. Artikel ini menyimpulkan bahwa penyebab utama yang melatari perempuan menjadi korban adalah faktor interseksional, yang meliputi faktor ekonomi, sosial-budaya, hubungan interpersonal serta pengalaman hidup. Semua faktor saling berkelindan satu dengan lainnya, sehingga tidak ada satupun faktor dominan yang menjadi latar belakang perempuan menjadi korban pengantin pesanan. Dalam proses pengambilan keputusan, perempuan memiliki otonomi relasional karena memutuskan sendiri untuk menikah dengan laki-laki Tiongkok, berdasarkan pertimbangan interseksi latar belakang, pengalaman tertindas, nilai-nilai sosial, praktik budaya, karya sastra, serta hubungan sosial

    Ringkasan Hasil Penelitian ANALISIS BUDAYA DAN IMPLIKASI SOSIAL EKONOMI DALAM PRAKTIK SABUK JALAN TIONGKOK (China’s Belt Road Initiative)

    No full text
    China’s Belt Road Initiative (China’s BRI atau BRI Tiongkok) atau Prakarsa Sabuk Jalan Tiongkok merupakan diplomasi ekonomi dan politik Pemerintah Tiongkok yang bertujuan untuk mengamankan pasokan produksi negara dan devisa, penyebaran modal dan investasi, serta peningkatan hubungan internasional. Selain itu, China’s BRI merepresentasikan peta jalan tentang bagaimana Tiongkok memainkan strategi agar terintegrasi ke dalam ekonomi dunia. Selain itu sekaligus juga memperkuat pokgaruh politik di daerah Sabuk dan Jalan sambil menggabungkan seluruh kepentingan ekonomi, politik, budaya, dan keamanan internal dan eksternal (Mitrovic, 2018). Belt Road Initiative  dikembangkan dari dasar budaya Taoisme, Konfusianisme dan Mohisme yang mengajarkan etika dan hukum dalam bermasyarakat. Budaya Tiongkok menjadi ruh dalam berjalannya Belt Road Initiative. Xi Jinping menyebutkan bahwa Belt Road Initiative memiliki sifat damai, harmoni, terbuka dan makmur yang  sejalan dengan etika yang diajarkan dalam ajaran Konfusianisme, Taoisme, dan Mohisme. Belt Road Initiative  diharapkan membantu negara tersebut mencapai impiannya menjadi negara yang kuat. Dalam perjalanan China’s BRI, Tiongkok melakukan pendekatan sosial budaya dengan negara-negara yang diajak kerjasama. Belt Road Initiative  memberikan manfaat luar biasa bagi Tiongkok sendiri untuk merealisasikan impiannya. Tulisan ini berupaya menggambarkan mengenai ide besar China’s BRI tersebut beserta tantangan dan strategi budaya dan kerjasama lainnya yang dilaksanakan di dalamnya. Pemerintah Tiongkok ingin kerjasama BRI ini tidak berakhir dalam bentuk proyek fisik saja, tetapi juga menciptakan kerjasama bidang sosial dan budaya dan hubungan antar masyarakat. Namun, salah satu masalah yang harus diatasi Tiongkok adalah citra negatif negara tersebut di dunia. Banyak negara yang merasa khawatir terhadap dampak yang ditimbulkan oleh Belt Road Initiative.Kata kunci :China’s Belt Road Initiative (China’s BRI), BRI, BRI Tiongkok, Prakarsa Sabuk Jalan Tiongkok, proyek kerjasama, impian Tiongkok, sosial budaya
    corecore