30 research outputs found

    Multi Level Education Katoga Improve The Competence of Health Cadres, Public Figure, and Family in Preventing, Early Detection and Handling Pregnancy Emergency

    Get PDF
    Introduction: Extraordinary policies have been launched by the government to reduce Maternal Mortality Rate/ Infant Mortality Rate (MMR/IMR) , however this has not been comparable with the expected results. The purpose of this study was to determine the effectiveness of Katoga's multi-level education on the competence of cadres, public figure, and families in preventing, detecting early and handling emergency pregnancy to reduce MMR/IMR. Methods: This research study used action research with stratified respondents, 10 health cadres who will provide training to 30 community leader respondents and subsequently public figure will provide training to 60 selected families with simple random sampling. The independent variable was multi-level education and the dependent variable was competence in early detection of emergencies in pregnancy. Data were collected using a questionnaire and analyzed by t-test. Results: The results showed that the increasing of the competence in preventing, early detecting and handling emergency pregnancy after receiving multilevel education training in health cadres from the previous value of 70 to 93; in community leaders from 61.1 to 80.5 and in families from 58.0 to 78.9. There was a significant increase in competency with multi-level education training in increasing competency in a larger population with a cadre pValue of 0.003; community leaders 0,000 and families 0,000. Conclusions: Community empowerment in the health sector through multi-level education can spread knowledge in preventing, detecting high-risk pregnancies early and managing maternal emergencies so as to facilitate the task of health nurses to obtain information about pregnant women detected as high-risk populations

    KOMUNIKASI PEMASARAN USAHA SKALA MIKRO (MICRO ENTERPRISE) KUB BAJRAH GUNAH KLAMPIS BANGKALAN DALAM MEMASARKAN PRODUK TERASI, PETIS DAN KERUPUK IKAN

    Get PDF
    Secara geografis Indonesia terdiri dari 70% laut. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan potensi lestari sumber daya ikan (SDI) laut Indonesia sekitar 6,4 juta ton per tahun mendatangkan peluang pengembangan usaha kelautan dan perikanan. Seiring dengan hal tersebut, potensi bahan baku perikanan yang sedemikian besar mendorong tumbuhnya usaha-usaha pengolahan makanan berbahan dasar ikan terutama usaha skala mikro kecil menengah, khususnya di wilayah-wilayah sentra penghasil perikanan seperti di kecamatan Klampis. Salah satu Kelompok Usaha Bersama (KUB) skala mikro yang mengusahakan produk berbasis hasil perikanan adalah KUB “Bajrah Gunah” yang berlokasi di Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan yang memproduksi petis, terasi dan kerupuk ikan. Namun demikian,usaha skala mikro (micro enterprise) seringkali terkendala berbagai permasalahan terutama dibidang pemasaran, apalagi dalam kondisi harus bersaing dengan perusahaan skala menengah ataupun industri skala besar lainnya. Komunikasi pemasaran merupakan kata kunci strategis untuk memainkan peran produk lokal agar bisa berkembang oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh usaha skala mikro KUB Bajrah Gunah. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh KUB Bajrah Gunah masih bersifat minimalis melalui pemasaran mulut ke mulut, info kontak di label sederhana, pameran melalui dinas di Bangkalan dan alat komunikasi berupa HP. Namun demikian dari sisi jejaring, pemasaran yang dilakukan kelompok usaha ini sudah cukup luas hingga ke Pasuruan, Bawean,  Kalimantan dan Malaysia melalui komunikasi relasi. Temuan bahwa relasi dan koneksi memiliki peran kuat dalam jalur pemasaran usaha skala mikro di KUB Bajrah Gunah membuat bisnis ini hanya dapat berkembang jika memiliki kekuatan komunikasi internal keluarga dan teman tanpa mengandalkan publik sebagai target konsumen

    STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN USAHA SKALA MIKRO (MICRO ENTERPRISE) KUB BAJRAH GUNAH KLAMPIS BANGKALAN PADA PRODUK TERASI, PETIS DAN KERUPUK IKAN

    Get PDF
    Potensi lestari sumber daya ikan (SDI) laut Indonesia sekitar 6,4 juta ton per tahun. Seiring dengan hal tersebut, potensi bahan baku perikanan yang sedemikian besar mendorong tumbuhnya usaha-usaha pengolahan makanan berbahan dasar ikan terutama usaha skala mikro kecil menengah, khususnya di wilayah-wilayah sentra penghasil perikanan seperti di kecamatan Klampis. Salah satu Kelompok Usaha Bersama (KUB) skala mikro yang mengusahakan produk berbasis hasil perikanan adalah KUB “Bajrah Gunah” yang berlokasi di Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan yang memproduksi petis, terasi dan kerupuk ikan. Namun demikian,usaha skala mikro (micro enterprise) seringkali terkendala berbagai permasalahan terutama dibidang pemasaran, apalagi dalam kondisi harus bersaing dengan perusahaan skala menengah ataupun industri skala besar lainnya. Komunikasi pemasaran merupakan kata kunci strategis untuk memainkan peran produk lokal agar bisa berkembang oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh usaha skala mikro KUB Bajrah Gunah. Metode analisis yang digunakan adalah SWOT analysis yang datanya diperoleh hasil Focus Group Discussion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi pemasaran yang harus dilakukan adalah perbaikan label sebagai sarana komunikasi dan promosi terhadap pelanggan, Perluasan jejaring, model serta saluran komunikasi pemasaran untuk membidik target konsumen yang lebih luas melalui penambahan media komunikasi pemasaran selain handphone, seperti web dan blog, serta pembuatan sarana promosi lainnya seperti leaflet, banner serta ikut serta dalam jejaring pameran yang lebih luas, branding yang kuat dengan label yang lebih marketable, perbaikan kemasan yang sesuai bagi seluruh produk yang ada, pelatihan secara kontinu  serta berjenjang dari pihak terkait serta plang papan nama KUB di dekat jalan utama untuk menginformasikan keberadaaan KUB Bajrah Gunah

    Rantai Pasok (Supply Chain) Pemasaran Komoditas Kacang Tanah di Kabupaten Bangkalan

    Get PDF
    Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) memberi peluang dengan kerjasama ASEAN Integrated Food Security yang salah satunya menciptakan pasar yang kondusif serta berfokus pada pengumpulan, analisis, diseminasi dan informasi pertanian. Manajemen rantai pasok diperlukan bagi beberapa komoditas utama agar dapat meningkatkan perekonomian wilayah. Dan salah satu komoditas pertanian yang strategis adalah kacang tanah.Kabupaten Bangkalan Madura merupakan salah satu sentral pengembangan tanaman pangan kacang tanah dengan luas panen lebih dari 15.000 hektar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rantai pasok komoditas kacang tanah di Kabupaten Bangkalan. Penelitian ini menggunakan data primer dengan pengumpulan data secara snowball sampling di beberapa wilayah utama penghasil kacang tanah yakni Konang,Geger, Modung, Socah. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk membuat saluran pemasarannya serta menghitung margin pemasaran dan farmer share. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rantai pasok pemasaran kacang tanah di Kabupaten Bangkalan terdiri dari tiga saluran pemasaran yakni petani-konsumen, petani- pedagang perantara - konsumen dan petani - pedagang perantara-pedagang besar-konsumen. Perolehan tingkat keuntungan tertinggi pada saat petani menjual langsung ke pasar sebesar Rp 12,141.00 sedangkan margin pemasaran tertinggi diperoleh pedagang perantara sebesar Rp 10,050.00. Farmer share tertinggi pada saluran satu sebesar 100%, saluran dua sebesar 68,26% dan terendah pada saluran tiga sebesar 38, 59%

    Peanut Supply Chain Reinforcement Model

    Get PDF
    The study focused on reinforcement model establishment for peanut supply chain as one of potential exporting commodity due to the threat of global trade liberalization. As one of main peanut producer area, however, Bangkalan Regency has poor management along the chain with various problems internally and externally. The research involved primary data through both observation and in depth interview of several key informants at main producer area in Bangkalan Regency such as head of farmer groups, extension workers and local leaders. The strategic model analyzed by using SWOT analysis had resulted turn around strategy that emphasizes consolidation and improvement of weaknesses while catching opportunities. Improvement of weaknesses strategies can be done by involving farmers into local base institution such as farmer group and cooperative group, providing farmers the literacy program, educating farmer on digital equipments for e-market preparation, and empowering micro scale business of peanut base material. Next, the opportunities considered to be taken are embracing middleman as partner, building peanut industry, distributing infrastructure improvement to remote agricultural area, providing information by having partnership with vendor such as XL and Telkomsel, and assisting farmer’s marketing institution in the operation

    Transforming Developing Countries Agrifood Value Chains

    Get PDF
    The global agrifood trade is highly reliant on developing countries, which affects value chain transformation and which often results in an imbalance of governance and value addition. In order to address this imbalance and increase the overall value creation, this paper develops and empirically tests a framework for agrifood value chain transformation in developing countries. The research employs a qualitative methodology to explore the proposed framework, which is based on a value chain maturity assessment of current practice and identification of a transformation route. Three primary value chain maturity levels in developing countries are established: traditional, managed, and best practice. Each level is determined using key indicators relating to governance (vertical-horizontal coordination, and information flow) and value addition (value orientation, safety, and quality). The application of this framework to Indonesia’s cashew nuts value chain reveals a mix of traditional and managed practices. The short-medium term transformation focuses on enabling farmers, as the decoupled actors, to advance from a traditional to a more managed chain. Further, the major wholesaler and exporter are identified as highly influential in driving the transformation process. The long-term transformation focuses on developing best practices regarding branded value addition and collaborative governance. This framework offers a novel value chain transformation approach based on a maturity assessment technique leading to the identification of transformation routes. This method takes a holistic transformation approach via the evaluation all the value chain actors’ governance and value-addition capabilities. Follow-up research is required to identify the enablers and barriers of globalised value chain transformation, especially with respect to sustainability

    MANAJEMEN PEMASARAN PRODUK KAKAO KEBUN BANJARSARI PTP XII JEMBER

    Get PDF
    Kakao sebagai penyumbang devisa Indonesia menduduki peringkat keempat setelah kelapa sawit, karet, dan kelapa. Kakao menjadi komoditas strategis paling tidak salah satunya karena komoditi ini merupakan komoditi perdagangan internasional yang memiliki nilai yang tinggi dimana Indonesia menyumbang sebesar 16% kakao untuk dunia. Salah satu perkebunan di wilayah II yang menjadi andalan produksi kakao khususnya berada di Kebun Banjarsari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen pemasaran yang dilakukan oleh Kebun Banjar Sari PTP XII Jember. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kegiatan pemasaran di Kebun Banjarsari PTPN XII terpusat dibagian direksi pemasaran PTPN XII Surabaya. Segmentasi baik dengan target menengah ke atas pada konsumen lokal seperti PT. Mayora dan PT.Indofood dan konsumen luar negeri yakni Singapore, India, Swiss, Jerman, Belanda, Belgia dan Jepang. Saluran pendistribusian  pemesanan oleh konsumen lokal sistemnya delivery order (DO) dan konsumen luar negeri Order Pengangkutan (OP). Bauran pemasaran pada Kebun Banjarsari adalah produk biji kakao kering dengan jenis edel dan bulk yang terbagi menjadi beberapa tingkatan mutu. Harga kakao sesuai mutu antara kisaran Rp 110.700,00 dan Rp 40.500,00. Dari sisi Place, bagian pemasaran yang dikelola oleh PTPN XII Surabaya. Promotion, dilakukan oleh PTPN XII bagian direksi pemasaran bekerjasama dengan International Cocoa Organization (ICCO). Selanjutnya terkait people, sumberdaya direksi  pemasaran  diutamakan untuk karyawan yang teliti dan mampu berkomunikasi dengan baik dalam bahasa Indonesia maupun asing. Process yang dimaksudkan yaitu adanya aliran kerja yang mengikuti prosedur yang   ditetapkan   oleh   pihak   perusahaan   mengenai   prosedur pemasaran. Physical evidence, lokasi Kebun Banjarsari yang memiliki pabrik gerengrejo berada di dekat dengan sumber bahan baku sekaligus berada di kawasan jalur lintas provinsi sehingga akses distribusi mudah terjangkau oleh pelanggan

    Implementasi Manajemen Sumber Daya Manusia Sebagai Pendukung Pengembangan Bisnis Cv Kajeye Food

    Get PDF
    Peranan sumber daya manusia dalam bisnis adalah sebagai alat penggerak internal perusahaan yang memanfaatkan seluruh fasilitas dalam perusahaan untuk mencapai tujuan. Sumber daya manusia yang baik akan dapat mencapai hasil yang maksimal apabila di kelola dengan cara yang terencana, terorganisir, terkendali, terawasi dan didukung ketepatan dalam memotivasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi manajemen sumber daya manusia di CV kajeye Food Malang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif melalui olahan data yang diperoleh dari in depth interview dengan karyawan maupun pemilik perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi manajemen Sumber daya manusia terkait pengembangan bisnis perusahaan berjalan baik dalam mendukung bisnis CV kajeye dengan pengelolaan yang sudah terstruktur. Direktur memegang kepemimpinan secara langsung sehingga gap informasi antara atasan dan bawahan sangat kecil. Karyawan senior memegang peranan atas regenerasi skill terhadap karyawan baru. Penerapan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengawasan, pengembangan dan pelatihan, seleksi dan proses serta kompensasi sudah terpenuhi meskipun terdapat kelemahan seperti dalam perencanaan tenaga kerja yang menggunakan sistem rekrutmen pasif. Perusahaan juga menyediakan fasilitas yang dibutuhkan karyawan dalam operasional bisnis seperti musholla, kantin, kendaraan operasional, P3K dan perlengkapan sdm selama operasional

    DAMPAK PERUBAHAN HARGA PUPUK TERHADAP PERMINTAAN PENAWARAN KOPI INDONESIA

    Get PDF
    The complexity of Indonesia and international coffee market is an interesting phenomenon to be checked. Especially in diversity of commodity coffee market. Therefore, this research take the problems of keragaan coffee market and see the existence of change when the component change in variable of former of commodity market coffee domesticly and also international happened. Result of this research is that diversity Indonesia coffee market in econometrics model determined by interaction of linkage and the influence from coffee demand factor that influenced by the amount of the coffee produce, the coffee stock, amount of the Indonesia coffee import and the tapered down with the amount of the Indonesia coffee export. Coffee’s demand was influenced by the Indonesia coffee price, the amount of the world coffee import, earnings per capita of Indonesia and tea price. The applying of fertilize price policy have an effect on by simultan to keragaan the Indonesia coffee market especially at the variables of the coffee productivity, the coffee production, coffee supply, areal wide, the coffee price, the coffee demands, the export and import of Indonesia’s coffee. The best of policy alternatif is increasing of fertilize price equal to 10%. The increasing of smaller fertilize price will assist on coffee farming if it seen from traditional coffee farmer’s side. Keywords : Coffee commodity, Coffee demand, Coffee supply, Fertilizer price

    FAKTOR PEMBEDA IMPLEMENTASI BISNIS BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE BUSINESS) PADA WIRAUSAHA MAHASISWA UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

    Get PDF
    Dunia wirausaha belum menjadi alternatif yang dipandang menarik bagi kebanyakan mahasiswa Indonesia sebagai pilihan karirnya untuk jangka panjang. Saat ini di Indonesia jumlah wirausaha hanya berkisar 0,18% atau 400.000 jiwa saja. Pemerintah mencanangkan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) sejak tahun 2009 untuk dapat mengubah pola pikir (Mindset) dari pencari kerja (Job Seeker) menjadi pencipta lapangan kerja. Program pendorong wirausaha ini didukung oleh perguruan tinggi di Indonesia, salah satunya Universitas Trunojoyo Madura. Namun demikian, keberlanjutan bisnis wirausaha mahasiswa ini belum memberikan hasil yang maksimal karena membangun bisnis tidak sebatas mendirikan bisnis. Hal tersebut juga erat kaitannya dengan orientasi terhadap bisnis berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembeda implementasi bisnis berkelanjutan yang dilakukan oleh wirausaha Mahasiswa di lingkungan Universitas Trunojoyo Madura. Metode yang digunakan yakni analisis diskriminan menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang membedakan implementasi bisnis berkelanjutan pada wirausaha mahasiswa adalah profit jangka panjang dan permintaan pelanggan.DIFFERENTIATION FACTORS ON SUSTAINABLE BUSINESS IMPLEMENTATION OF STUDENTS ENTREPENEUR IN TRUNOJOYO UNIVERSITY OF MADURAABSTRACTEntrepeneursip has not seen as an interesting alternative long term career by most of college students. By this time, number of entrepreneur in Indonesia ranged about 0,18% or 400.000 peoples. Government had stipulated Entreprenurial Program for College Student since 2009 to change mindset from job seeker into be job creator. This trigger program has been supported by Colleges in Indonesia, one of those is University of Trunojoyo Madura. Nevertheless continuation of business of college students has not shown maximum result yet since building business is not only about creating business. This is closely related to the orientation of sustainable business. This research aimed to find out the differentiate factor of sustainable business implementation by college students in University of Trunojoyo Madura. Method being used was discriminant analysis by using qualitative and quantitative data. Research result shown that factors differentiate the implementation of sustainable business on college students is long term profit orientation dan customer demand
    corecore