6 research outputs found
Konversi dan Konsumsi Pakan dari Formulasi Pakan dengan Kandungan Protein Berbeda
The aim of this research was to investigate effects of fermented ricebran to evaluate the feed
convertion ratio and feed consumption of layer chicken by in- vivo method. Material research were: chicken
layer Isa Brown strain, feed stuff: maize, extracted soybean, fishmeal, methionin,premix vitamin, premix
mineral, DCP, L-Lysin, oil, non fermented ricebran, fermented ricebran, feed additive. Eight different feed
formulation are: control/P0(crude protein(CP):18.14%, P1 (CP: 18.34%), P2(CP: 18.54%), P3(CP: 18.74%),
P4(CP: 18.41%), P5(CP: 18.61%), P6(CP: 18.81%), P7 (CP: 19.00%). The result of research showed that P0
was different significantly (P<0.05) in feed convertion ratio and feed consumption of layer chicken by invivo method. The best result was P7 with feed conversion rasio :2.10 and feed consumption (88.67
g/chicken/day).
Keywords : feed convertion ratio, feed consumption, fermented ricebran, layer chicke
REKAYASA FORMULA PAKAN BERDASARKAN KEBUTUHAN ASAM AMINO UNTUK MENDAPATKAN EFISIENSI YANG TINGGI SERTA EKONOMIS
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bahan pakan yang berpotensi sebagai somber asam amino kritis serta mendapatkan formula ransum yang sesuai dengan kebutuhan ayam pedaging. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah memilih beberapa bahan pakan kemudian menganalisis kandungan asam aminonya dengan metode HPLC dan kandungan proteinnya dengan metode Kjeldahl. Hasil analisis asam amino dan protein tersebut digunakan untuk menyusun ransum starter dan finisher. Tahap kedua adalah menerapkan beberapa formula ransum yang telah disusun, sedangkan sebagai kontrol digunakan ransum komersial. Pada tahap ini digunakan 48 ekor ayam pedaging strain Arbor Acres (CP-707) umur satu minggu yang dibagi dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan, masing-masing ulangan berisi 2 ekor ayam. Ransum starter diberikan pada umur 1 � 3 minggu, sedangkan ransum finisher diberikan pada umur 4 � 6 minggu. Variabel yang diamati dari tahap ini adalah bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, konsumsi, konversi/ efisiensi ransum, persentase karkas, biaya pakan dan kecemaan asam amino kritisnya. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Pada tahap pertama dihasilkan tiga macam formula ransum starter dengan kandungan protein 19% dan tiga macam formula ransum finisher dengan kandungan protein 15%. Semua formula ransum tersebut dibuat memenuhi kebutuhan asam amino kritis untuk ayam pedaging. Hasil pengamatan pada tahap kedua diketahui bahwa ketiga formula ransum menghasilkan bobot badan akhir, pertambahan bobot badan dan konsumsi lebih tinggi dibandingkan dengan ransum kontrol meskipun hanya F2 (menggunakan tepung darah) yang berbeda nyata, konversi pakan dan biaya pakan paling baik pada F3 (tepung daging ayam), serta kecernaan asam amino kritis paling baik pada F1 (tepung udang) meskipun tidak berbeda nyata dengan kontrol. Persentase karkas ketiga formula ransum tidak berbeda nyata dengan ransum kontrol. SUMMARY Two experiments were conducted to determine the feedstuff potentiality as critical amino acid source and to formulate broiler feeds. In experiment 1, some of feedstuff were choose then analize the amino acid content using HPLC and protein content using Kjeldahl method. The result of these data were use to formulate the starter and finisher feeds. In experiment 2, three feeds formula and commercial feed as control were used. 48 male broilers from Arbor Acres strain (CP 707) 1 week age were divided using CRD method to 4 treatments and 6 replications, 2 birds per-se. Starter feed for I - 3 weeks birds age and finisher feed for 4 - 6 weeks age. Pre-slaughter BW, BW gain, consumption, conversion, carcass percentage, feed cost and critical amino acid digestibility were measured. Data were analize using F test then using Duncan s Multiple Range Test. The outcome of experiment 1 were three starter feeds 19% CP and three finisher feeds 15% CP. All of feeds were based on critical amino acid requirements for broilers. In experiment 2, pre-slaughter BW, BW gain, consumption from three feeds formula were higher than control although F2 (blood meal) only were significantly (P< 0.05). The best conversion and feed cost at F3 (poultry meat meal) and the critical amino acid digestibility from F1 (shrimp meal) as good as control. Carcass percentage from three feeds formula as good as control
ISOLASI DAN KARAKTERISASI ENSIM SELULASE DARI KEONG EMAS DAN RAYAP SEBAGAI BAHAN PENDEGRADASI SELULOSA
The aim of this research is to know the type of celullase enzyme from golden snails gut and termites gut and to know the enzyme activity by in-vitro system. Supernatant from golden snails (Pomacea canaliculata) gut and termites (Macrotermes sp.) gut were characterized the enzymes type by SDS-PAGE, Western Blot and Dot Blot testing. The enzymes activity from golden snail and termites supernatant then tested by CMC, pNPC and pNPG. The result of this research were there are many protein bands on SDS-PAGE that estimate of cellulase enzyme type, that is exoglucanase, endoglucanase and fl¬glucocidase enzymes. Western Blot and Dot Blot test then used to ensure this estimation. Western Blot test didnt clear showed the protein bands, while Dot Blot test showed the antigen-antibody reaction from golden snail and termite cellulase same as purified cellulase from Trichoderma virile, that revealed exoglucanase, endoglucanase and 13-glucocidase enzymes. The golden snails endoglucanase activity was higher than termites endoglucanase activity. The golden snails exoglucanase activity was higher than termites exoglucanase activity. The golden snails [3-glucocidase activity was higher than termites 3-glucocidase activity. The conclusion of this research were there are 3 cellulase enzymes type in golden snail and termite gut, that is exoglucanase, endoglucanase and ll-glucocidase enzymes. The golden snails cellulase enzymes activity was higher than termites cellulase enzymes activity
PEMAHAMAN MATERI KULIAH DENGAN METODE CERAMAH, CASE STUDY, ROLE PLAY DAN PANEL FORUM
Berdasarkan evaluasi nilai mata kuliah Teknologi Pakan Temak bagi mahasiswa semester III dengan menggunakan kombinasi antara metode ceramah dan metode Case-study, Role-play dan Panel forum temyata cukup dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas mahasiswa dalam memahami mated kuliah, yaitu adanya interaksi antar mahasiswa juga antara mahasiswa dengan staf pengajar. Hal ini ditunjukkan pula dengan adanya peningkatan nilai rata-rata yang cukup balk, sehingga dapat diharapkan cukup efektif untuk meningkatkan indeks prestasi mahasiswa. Diskusi mahasiswa yang lebih hidup serta rasa persaingan untuk membuat kelompok lain tidak bisa mendeteksi pemalsuan bahan pakan merupakan pertanda positif sehingga hal ini perlu dijaga kelangsungannya. Adanya penurunan tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kinerja Dosen bisa disebabkan oleh kinerja Dosen yang memang mengalami penurunan atau kemungkinan mahasiswa sudah semakin kritis dalam menyikapi kinerja Dosen
IDENTIFIKASI PROTOZOA SIMBIOTIK PADA SALURAN PENCERNAAN KEONG EMAS (Pomacea canaliculata)
Semua hewan tingkat tinggi tidak bisa memproduksi ensim yang bisa mendegradasi serat kasar, yang bisa mendegradasinya adalah mikrobia yang hidup dalam saluran pencernaan hewan tersebut. Hewan tingkat rendah ada yang bisa menghasilkan ensim pencerna serat kasar, namun masih bersimbiosis dengan mikrobia untuk mendegradasi serat kasar, misalnya pada rayap dan kecoa. Keong emas (Pomacea canalrculata) merupakan keong air tawar yang banyak mengkonsumsi hijauan yang terdiri dari tumbuhan air dan dedaunan misalnya ganggang, azolla, rumput bebek, eceng gondok, bibit padi, sayuran serta ubi-ubian. Tumbuhan banyak mengandung karbohidrat terstruktur atau disebut juga sebagai serat kasar. Oleh sebab itu dalam saluran pencernaannya juga mengandung mikrobia pencerna serat kasar. Penelitian ini bertujuan mengetahui jenis jenis protozoa yang bersimbiosis dengan keong emas dalam mendegradasi serat kasar serta mengetahui jumlah masing-masing protozoa pads isi saluran pencernaan keong emas untuk mengetahui jenis protozoa yang paling dominan. Pemeriksaan protozoa dilakukan dengan membuka cangkang keong emas untuk mengambil saluran pencernaannya, diambil sebanyak 0,1 gram kemudian dilarutkan ke dalam NaCl fisiologis sampai 10 ml, divortex selama kurang lebih 10 menit sampai terberituk larutan homogen. Larutan tersebut selanjutnya diteteskan di atas kamar hitung hemositometer, ditutup dengan gelas penutup kemudian diperiksa dengan pembesaran 400x. Setiap obyek pada hemositometer dapat dibaca pads empat lapangan pandang, sedangkan perhitungan jumlah protozoa adalah banyaknya protozoa pada empat lapangan pandang dibagi empat kemudian dikalikan 10.000 adalah merupakan jumlah protozoa tiap ml larutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam saluran pencernaan keong emas terdapat dua macam protozoa yaitu Microspirotrichonympha dan Dinenympha. Microspiro trichonynipha merupakan protozoa yang dominan, dengan persentase sebesar 88,6% kemudian diikuti oleh Dinenyrnpha sebanyak 11,4%. Disarankan perlunya penelitian lanjutan mengenai pengembangbiakan Microspirotrichonympha, aktivitasnya dalam mendegradasi selulosa, serta kemungkinan penerapannya sebagai probiotik
PEMAHAMAN MATERI KULIAH DENGAN METODE CASE STUDY, ROLE PLAY DAN PANEL FORUM
Dalam upaya meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi kuliah diperlukan suatu metode dan proses pembelajaran yang cukup efektif dan efisien guna meningkatkan nilai mutu atau hasil akhir evaluasi ujian mahasiswa. Mata kuliah Patologi Klinik (3 SKS) yang meliputi kuliah 2 SKS dan praktikum 1 SKS diberikan kepada mahasiswa semester V Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR. Pada umumnya sistem perkuliahan ini disampaikan dengan ceramah. Oleh karena mahasiswa yang mengikuti cukup banyak sekitar ± 120 orang, maka hasil yang dicapai belum dapat mencapai nilai maksimal. Dalam penelitian ini digunakan metode kombinasi yaitu metode ceramah dan tutorial yang membahas kasus dan didiskusikan pada panel forum. Sehingga timbul suatu permasalahan apakah metode case � study, role � play dan panel forum merupakan metode yang efisien dan efektif untuk meningkatkan pemaharnan suatu materi kuliah ? Tujuan dari penerapan metode ini adalah meningkatkan pemahaman materi kuliah patologi klinik yang diharapkan dapat meningkatkan hasil evaluasi ujian dan nilai indeks prestasi mahasiswa. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode case study, role play dan panel forum ini diawali dengan kuliah umum (ceramah). Setelah mengikuti 3 kali perkuliahan mahasiswa diberi kasus (skenarlo) yang berkaitan dengan topik mata kuliah tersebut. Pada diskusi kasus ini mahasiswa dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri darn 18 � 20 mahasiswa, masing-masing dibimbing seorang dosen. Setiap kasus dibahas 3 x pertemuan, pertemuan I merupakan curah pendapat, pertemuan II analisis masalah diikuti tugas kelompok dan pertemuan III kesimpulan diakhiri dengan makalah individu. Nilai akhir ujian meliputi nilai kuiz, UTS, Ujian praktikum, Nilai Tutorial (keaktifan mahasiswa, nilai makalah dan UAS). Hasil akhir ujian setelah dilakukan evaluasi, maka dengan menggunakan metode case study, role play dan panel forum ini dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahan patologi klinik, hal ini dapat ditunjukkan dengan peningkatan prosentase nilai AB, B dan BC dan penurunan nilai D dan E. Dari hasil kuesioner mahasiswa dapat diketahui dengan menggunakan metode ini mendorong mahasiswa belajar aktif dan meningkatkan interaksi antar mahasiswa maupun dengan dosen