5 research outputs found
Pengeringan Lidah Buaya (Aloe Vera) Menggunakan Oven Gelombang Mikro (Microwave Oven)
. Aloe vera (Aloe vera) is known as a useful plant, both as food, cosmetics or pharmaceuticals. Due its high water content, Aloe vera should be processed immediately after harvest. This paper will discuss the drying of aloe vera using microwave oven. The drying process of 50 gr Aloe vera gel and rind using 80 Watts microwave power completed in 140 minutes to reach the final moisture content of 7% wet basis. The drying process in microwave drying shows similar process to that of conventional drying. Dipolar rotation mechanism of water molecules at microwave drying does not affect the drying stage. It shows however shorter process time. The water removal of the drying material occurred in the early minutes until the 50th minute. This because of the high free water surface on the material, while from minute 50 to minute 140 slowed the drying process. Highest temperature of the material during the process is achieved at 57.6 oC in drying of gel and 70.7 oC in drying of Aloe vera rind. It is expected that there is no damage of nutritional content during drying in the this temperature range. Quality analysis of flour and tea of Aloe vera after drying by microwave showed that Aloe vera powder produced within the range of the standard, both visually and microbiologically, but indicated as low quality when viewed from acid content levels. Whether microwave heating mechanism affects the acidity, this needs further study
Aplikasi Microwave untuk Disinfestasi Tribolium Castaneum (Herbst.) Serta Pengaruhnya terhadap Warna dan Karakteristik Amilografi Terigu
Aplikasi microwave telah dipelajari untuk disinfestasi Tribolium castaneum (Herbst.) dan pengaruhnya terhadap karakteristik warna dan amilografi tepung terigu. Kerusakan karena serangan T. castaneum selama penyimpanan menyebabkan terjadinya Perubahan fisik dan kimiawi tepung. Kerusakan fisik berupa terjadinya Perubahan warna tepung, sedangkan kerusakan kimiawi karena adanya aktifitas enzim lipase dan benzokuinon yang berasal dari hasil sekresi T. castaneum. Penelitian dilakukan dengan menggunakan tepung yang tidak di fumigasi pada tahap milling. Kontaminasi pun dilakukan dengan memberikan biakan T. castaneum masing-masing 10 jantan dan 10 betina ke dalam 50 g dan 100 g sampel tepung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat mortalitas pada sampel yang tidak diberi aplikasi microwave setelah penyimpanan 42 hari adalah 0 % baik untuk sampel 50 g dan 100 g. Kadar air meningkat, sedangkan tingkat kecerahan warna, puncak viskositas menurun. Sampel yang diberi perlakuan energi microwave 23,76 kJ, 24,00 kJ, 31,68 kJ dan 36,00 kJ menunjukkan mortalitas 100 % dari T. castaneum, sedangkan kecerahan warna, puncak viskositas, kadar air, menurun setelah penyimpanan 42 hari baik pada berat sampel 50 g dan 100 g
Pengaruh Kadar Air terhadap Beberapa Sifat Fisik Biji Lada Putih
Sifat fisik biji-bijian diperlukan dalam merancang suatu peralatan untuk penanganan, pemisahan, pengeringan, penyimpanan dan pengolahannya. Sifat fisik biji lada putih ditentukan sebagai fungsi kadar air pada rentang 15,40 - 64,80 % basis kering (b.k.). Tinggi, panjang dan lebar rata-rata pada kondisi kadar air 15,40 % (b.k.) adalah 4,11 ± 0,27 mm; 4,35 ± 0,34 mm dan 4,35 ± 0,35 mm berturut-turut. Pada rentang kadar air 15,40 - 64,80 % b.k., hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan secara linear pada ketiga dimensi aksial, diameter rata-rata, kebulatan dari 0,969 hingga 0,977, volume dari 39,50 hingga 67,34 mm3, luas permukaan dari 55,87 hingga 79,92 mm2 dan massa seribu biji dari 52,47 hingga 75,63 g. Bulk density dan true density memiliki hubungan polinomial dengan Perubahan kadar air biji. Porositas menurun dari 45,01 % hingga 44,88 % dengan peningkatan kadar air pada rentang 15,40 - 64,80 % (b.k.)
Aplikasi Energi Gelombang Mikro untuk Pengendalian Hama Gudang Araecerus Fasciculatus (De Geer) pada Biji Kakao
Kualitas biji kakao Indonesia masih tergolong rendah akibat adanya interferensi serangga hama. Fumigasi merupakan upaya yang selama ini dilakukan untuk menekan interferensi serangga hama. Namun, kekhawatiran akan kesehatan dan polusi lingkungan telah menyebabkan cara tersebut kurang baik. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pemanasan dengan oven gelombang mikro dengan berbagaitingkat daya dan waktu terhadap mortalitas hama gudang Araecerus fasciculatus pada biji kakao dan penurunan kadar airnya serta penggunaan energi oven gelombang mikro selama proses pemanasan. Daya masukan oven gelombang mikro yang digunakan adalah 264, 400, dan 600 watt, sedangkan waktu pemanasan adalah 60, 120, dan 180 detik dengan tiga kali ulangan. Mortalitas hama gudang Araecerus fasciculatus mengalami peningkatan dengan meningkatnya tingkat daya dan waktu pemanasan. Hama Araecerus fasciculatus mencapai mortalitas 100% pada tingkat daya 600 watt selama 180 detik dengan penggunaan energi sebesar 99.72 kJ. Persentase penurunan kadar air basis basah pada tingkat daya dan waktu tersebut sebesar 28.7%
