5 research outputs found
Cascade Aerator dan Bubble Aerator dalam Menurunkan Kadar Mangan Air Sumur Gali
Konsentrasi mangan di dalam sistem air alami umumnya kurang dari 0,1 mg/l. Jika melebihi 1 mg/l maka perlu pengolahan air. Air sumur gali di Kelurahan Kumai Hilir Kalimantan Tengah, mempunyai kadar Mn 2,02 mg/l, melebihi baku mutu berdasarkan Kepmenkes No 907/Menkes/VII/SK/2002. Masalah penelitian adalah bagaimana menurunkan kadar Mn dalam air sumur gali menggunakan cascade dengan proses aerasi. Tujuan penelitian ini adalah menurunkan kadar Mn dalam air sumur gali dengan proses aerasi dan mengetahui efektivitas cascade aerator dan bubble aerator dalam menurunkan kadar Mn dalam air sumur gali. Metode penelitian adalah Quasy Experiment dengan rancangan Pre and Post Test Design. Sampel penelitian diambil dengan teknik grap sampling, proses aerasi dilakukan di salah satu rumah warga dan pemeriksaan kadar Mn di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan cascade aerator memberikan hasil yang lebih baik dalam menurunkan kadar Mn air sumur gali dengan rata-rata 0,02 mg/l, telah sesuai dengan baku mutu dengan efektivitas sebesar 98,74%. Bubble aerator dapat menurunkan kadar Mn air sumur gali dengan rata-rata 0,43 mg/l, dan efektivitas 76,47%. Hasil ini belum sesuai dengan baku mutu menurut Kepmenkes No 907/Menkes/VII/SK/2002, yaitu 0,1 mg/l. Simpulan penelitian adalah cascade aerator lebih efektif dalam menurunkan kadar Mn air sumur gali. The concentration of manganese in natural water systems is generally less than 0.1 mg /l, if it exceeds 1 mg/l, water treatment is needed. Water wells dug in Kumai Hilir village in Central Kalimantan, has Mn concentration of 2.02 mg/l, exceeded the standard quality based Kepmenkes No. 907/Menkes/VII/SK/2002. The research problem was how to reduce Mn levels of dug well water using the cascade aeration process. Research purpose was to reduce Mn levels of dug well water with aeration process and determine the effectiveness of cascade aerator and bubble aerator in reduce Mn levels of dug well water. The research method was queasy experiment with pre and post test design. Samples were taken with grap sampling techniques, aeration process was done in one of the houses and Mn levels in the laboratory examination. The results showed that cascade aerator gives better results in reduce Mn levels of dug well water (average of 0.02 mg/l, fit with standard quality (effectiveness of 98.74%). Bubble aerators can reduce Mn levels of dug well water with an average of 0.43 mg/l, and the effectiveness of 76.47%. This result is not fit with standard quality according to Kepmenkes No. 907/Menkes/VII/SK/2002 , was 0,1 mg/l. Conclusion, cascade aerator was more effective to reduce Mn levels of dug well water
Kontaminasi Residu Pestisida dalam Buah Melon (Studi Kasus pada Petani di Kecamatan Penawangan)
Salah satu penyebab rendahnya konsumsi buah adalah rendahnya mutu buah terutama disebabkan oleh tingginya kontaminasi residu pestisida. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa residu pestisida dalam buah melon di Kabupaten Grobogan sebagai salah satu sentra produksi melon di Jawa Tengah dengan penggunaan pestisida yang cukup beragam. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross secsional. Penggunaan pestisida oleh petani diukur dengan observasi dan wawancara, sedangkan kadar residu pestisida diukur dengan metode Gas Cromatography (GC) dan High Performance Liquid Cromatography (HPLC). Kadar residu pestisida dalam buah melon yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, dibandingkan dengan baku mutu SNI 7313:2008 tentang Batas Maksimum Residu (BMR) hasil pertanian. Sampel dalam penelitian ini adalah 3 buah melon yang menggambarkan perbedaan jenis dan frekuensi penggunaan pestisida selama masa tanam melon, yaitu tingkat tinggi (sampel A), sedang (sampel B) dan rendah (sampel C). Hasil pengukuran residu pestisida golongan organophosphat (diazinon, parathion, ethion, profenofos, malathion dan chlorpyrifos) pada 3 buah melon, semuanya masih dibawah Limit Of Detection (LOD). Kadar residu karbamat (carbofuran) pada sampel A sebesar 0,09 ppm, sampel B sebesar 0,05 ppm dan sampel C < 0,097 LOD. Disarankan petani untuk mengurangi penggunaan pestisida untuk keamanan residu pestisida dalam buah melon. The quality of fruits are not good because the pesticides residue contamination is high. It makes the consumption of fruits are low. Melon usualy consume in fresh condition, so the residue of pesticides inside are very dangerous for food safety and public health. This study aims to identify and analyze pesticides residu in melon fruit in Grobogan, as the one of melon production center in Central Java, with many types of pesticides use.It is observa-tional study with cross sectional approach. The use of pesticides by farmers measured by observation and interviews, while the levels of pesticides residue were measured by High Performance Liquid Cromatography (HPLC) method and Gas Cromatography (GC). The residue level of pesticides in the melon fruit were analyzed descriptively, compared with the ISO 7313:2008 quality standard on the Maximum Residue Limit (MRL) on agricultural product. Samples in this study were 3 melons represented the levels of pesticides use, they were high (sample A), moderate (sample B) and low (sample C). The results of measure-ments of organophosphat group (diazinon, parathion, ethion, profenofos, malathion and chlorpyrifos) residues at 3 melons were not detected, because it was below of the Limit of Detection (LOD) of the testing tools in laboratory. The level of carbamate (carbofuran) residue in sample A was 0.09 ppm, 0.05 ppm in sample B and sample C < 0.097 LOD. The recomendations farmers should decrease the pesticides use to make the safety level of pesticides residue
Pengaruh Konsentrasi Tawas Pada Air Sumur Terhadap Daya Tetas Telur Nyamuk Aedes Aegypti Di Laboratorium
ENGLISHDengue Hemorrhagic Fever (DHF) still be public health problem that was quite serious in Indonesia. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is caused by dengue virus and transmitted by the Aedes aegypti mosquito. The main breeding place of Ae. aegypti is the water container that does not relate directly to the ground, like a cistern, jars and other containers which contain of clean and clear water. Beside of that the other factor contribute to the survival of Ae. aegypti is the water that is free from chemicals. Alum is widely used by the Indonesian community as water purifier because of its use is very cheap and easily obtained. This research objectives were 1). To determine if alum effect on hatchability of Ae. aegypti eggs in the laboratory. 2). To know the LC50 and LC90 of alum on the hatchability Ae. aegypti eggs. The research design is a Post Test Only Control Group Design, with 7 treatments of various concentrations of alum and four replicates. Alum concentration were used 2.8 g/l, 1.96 g/l, 1.37 g/l, 0.96 g/l, 0.67 g/l, 0.47 g/l, 0.33 g/l, 0.23 g/l and 0.16 g/l. The data were analyzed using Kruskall Waillis test, and to determine of LC50 and LC90 probit analysis was used. Result showed that the alum in well water can reduce hatchability of Ae. aegypti eggs, if provided in the highest concentration of 2.8 g/l. There were significant differences at various alum concentration on the percentage of Ae. aegypti eggs hatching. The higher concentration of alum, it makes the numbers of eggs hatched smaller. Data processing with probit analysis program showed that the inhibition of eggs hatching by 50% at concentrations of 0.19616 g / l and 90% at concentrations of 0.40088 g / l. Based on these results alum can be used as an alternative in a decrease of Ae. aegypti density.INDONESIADemam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius di Indonesia. Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Tempat perindukan utama Ae. aegypti adalah penampungan air dalam rumah tangga maupun alamiah yang tidak berhubungan dengan tanah. Faktor lain yang berperan untuk kelangsungan hidup Ae. aegypti adalah air yang bebas dari bahan kimia. Tawas banyak digunakan keluarga Indonesia sebagai penjernih air karena sangat murah dan mudah diperoleh. Tujuan penelitian adalah : 1). untuk mengetahui apakah tawas berpengaruh pada daya tetas telur Ae. aegypti di Laboratorium? 2). Mengetahui LC 50 dan LC 90 dari tawas terhadap daya tetas telur Ae.aegypti. Rancangan penelitian adalah Post Test Only Control Group Design, dengan 7 perlakuan yaitu berbagai konsentrasi tawas dan 4 kali ulangan. Konsentrasi tawas yang digunakan adalah (2,8gr/l), (1,96gr/l), (1,37gr/l), (0,96gr/l), (0,67gr/l), (0,47gr/l), (0,33gr/l), (0,23gr/l) dan (0,16gr/l). Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji Kruskall Waillis dan untuk mengetahui LC50 dan LC90 digunakan Analisis Probit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tawas pada air sumur dapat menurunkan daya tetas telur Aedes aegypti jika diberikan dalam konsentrasi yang adekuat yaitu 2,8gr/l. Terdapat perbedaan yang bermakna pada berbagai dosis tawas terhadap presentase penetasan telur Ae. aegypti. Makin tinggi konsentrasi tawas makin sedikit jumlah telur yang menetas. Hasil pengolahan data dengan program analisis probit menunjukkan bahwa daya hambat terhadap penetasan telur sebesar 50% pada konsentrasi 0,19616 gr/l dan daya hambat tawas terhadap penetasan telur sebesar 90% pada konsentrasi 0,40088 gr/l. Berdasarkan hasil tersebut tawas dapat di gunakan sebagai alternatif dalam penurunan kepadatan Ae.aegypti
Tingkat Pemberdayaan USAha Garam Rakyat (Pugar) Ditinjau Dari Aspek Produksi, Distribusi, Permintaan Pasar Dan Sosial Budaya
PUGAR activities to improve productivity concidered slowly. PUGAR need to be empowered again, to improve the welfare of farmers and the success of self-sufficiency salt industry in 2015. The purpose of this study is to analyze the people's business empowerment (PUGAR) based on aspects of production, distribution, demand for industrial salt in Central Java. Determining the level of empowerment of the salt business people in Central Java. The study was conducted by distributing questionnaires to farmers, conducting FGD and interview. A technical analysis to determine the level and strategy for empowerment. The result is production aspects related to the empowerment of low-level technology, aspects of distribution, and market demand is low, but socio-cultural aspects and sustainability efforts ishigh level. . pro short-term priority is to optimize the technology applied to the production process, improving the distribution chain and sustainable market information so as to create stability salt business people
PERILAKU ORGANISASI
Dalam kehidupan sosial, setiap individu berperilaku dengan sifat dan karakteristik masing-masing baik dalam hal kepribadian, sikap, kecakapan, bakat, kepandaian maupun minat. Perilaku timbul sebagai akibat dari adanya stimulus tertentu yang dialami seseorang baik yang berasal dari dalam diri maupun yang berasal dari lingkungannya. Perilaku manusia ada yang timbul secara sadar dan ada pula yang tak sadar Mekanisme perilaku terdiri atas dua aliran yaitu aliran behaviorisme dan aliran holistik.
Di dalam berorganisasi, individu berkumpul dengan perilaku masing-masing serta karakteristik yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, perilaku organisasi merupakan suatu wadah untuk belajar memahami berbagai perilaku dan mempelajari cara-cara dalam menyelesaikan persoalan yang kemungkinan timbul karena perbedaan perilaku tersebut.
Dalam buku ini menjelaskan mengenai konsep dasar dan sejarah perilaku organisasi kemudian dilanjutkan dengan perilaku individu dan kepribadian, sikap dan stres kerja dan kreativitas dan inovasi pegawai dalam organisasi, kepuasan kerja, konflik kerja dan cara mengelola konflik , teori motivasi dan pendekatannya serta sistem reward dan peningkatan kinerja pegawai, perencanaan dan pengambilan keputusan dan kelompok dalam organisasi, pengorganisasian dan perubahan kepemimpinan dan pengembangan organisasi dan kedisiplinan dan komitmen kerja , budaya organisasi , teori pembelajaran, kepribadian, persepsi, sikap dan motivasi serta budaya masyarakat dalam menyuarakan aspirasi dan komunikasi dalam organisasi