30 research outputs found
Analisis Perbandingan Quantity Take Off (QTO) Beton Menggunakan Metode Building Information Modelling (BIM) dan Metode Konvensional (Studi Kasus : Proyek Kantor PNM Cabang Jember)
Along with the world of construction that is growing, the stakeholders involved in it are trying to find methods and technologies that can make the activities contained in construction projects more efficient. Building Information Modeling (BIM) is one of the most widely applied technological developments in the world of construction. One of the benefits of implementing BIM is that it can produce Quantity Take-Off (QTO) data output based on the 3 Dimensional model that has been created. This research examines the PT Permodalan Nasional Madani Branch Office Building Construction Project in Jember City which performs QTO calculations using 2 methods, namely the conventional method and the BIM method. The purpose of this study is to find out the results of the calculation of the QTO of the Conventional Method and the BIM Method, then to compare the results of the calculation of the QTO of the Conventional Method and the BIM Method, and to analyze the reasons for the differences in the results of QTO calculations on the Conventional Method and the BIM Method. The conventional method of performing calculations is using Ms.Excel software with reference to 2D drawings from AutoCAD. The BIM method uses Autodesk Revit software by performing 3D modeling which is directly integrated with the quantity calculation. The QTO calculation is carried out on the need for concrete materials in the superstructure (columns, beams and slabs) of the building. The results of QTO Concrete using the BIM method on column work 41.59 m³, beams 33.29 m³, and floor slabs 154.39 m³. The total QTO of concrete for the superstructure using the BIM method is 229.23 m³. The results of QTO Concrete using the Conventional method on column work 44.36 m³, beams 58.79 m³, and floor slabs 154.54 m³. The total QTO of concrete for the superstructure using the conventional method is 257.68 m³. The difference in the QTO results of the BIM and conventional methods for column work is 6.24%, beams are 43.37%, floor plans are 0.12%. The difference in the highest QTO value is in the beam structure item. The total difference in volume of concrete between the conventional method and the BIM method is 28.45 m³ or 11.04%. The reason for the difference in QTO results between the BIM and Conventional methods is due to the double calculations in the Conventional method at each intersection point between columns, beams and plates. Whereas with the BIM method every meeting will be calculated only on one of the elements with the order of domination of the calculation from the highest, namely plate, column, plate
Analisis Perbandingan Pekerjaan U-ditch Precast dan Cast In Situ Dalam Segi Waktu dan Biaya (Proyek Pembangunan Pengaman Pantai di Jakarta Tahap 4 Paket 1)
Daerah pesisi kota Jakarta merupakan kawasan yang sering terjadi bencana banjir dari air hujan ataupun air laut (rob). Banjir rob yang terjadi di daerah utara. Untuk mengurangi resiko tersebut, maka disusun rencana induk pengamanan pantai di Jakarta. Pada proyek ini terdapat item pekerjaan saluran yang mana item pekerjaan ini juga termasuk item pekerjaan utama untuk menanggulangi air dari warga dan dibuang ke laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui durasi pekerjaan dan biaya antara 2 metode pekerjaan saluran yakni metode cast in situ dan metode beton precast. Pada saat pengerjaan proyek pengaman pantai, terdapat beberapa opsi metode pekerjaan. Salah satunya adalah pekerjaan saluran. Metode yang dipilih adalah cast in situ atau pekerjaan di tempat atau beton precast. Pemilihan metode berdasarkan biaya dan waktu pekerjaan. Pada penelitian kali ini dilakukan 2 perhitungan metode yaitu cast in situ dan precast dari segi biaya dan waktu pelaksanaan. Dengan menganalisa waktu yang didapat dari proyek didapatkan hasil penelitian untuk metode saluran cast in situ memerlukan bobot biaya sebanyak 2,27% dari nilai kontrak dengan waktu pengerjaan selama 150 hari. Sedangkan pekerjaan saluran dengan metode precast memerlukan biaya sebesar 2,47% dari biaya kontrak dengan memerlukan waktu pengerjaan selama 90 hari. Kata kunci: pengaman pantai, cast in situ, precast, salura
Analisis Metode Penggunaan Beton Fast Track Ditinjau dari Segi Biaya & Waktu Proyek Rusun Rawabuntu
Penggunaan material kayu pada bekisting konvensional akan semakin terbatas karena sumber bahan baku yang semakin berkurang. Pada Proyek Pembangunan Rumah Susun Rawabuntu Mahata Serpong, metode pelaksanaan pekerjaan bekisting pada lantai 1 sampai dengan lantai 4 menggunakan konvensional, sementara pada lantai 5-32 menggunakan bekisting aluminium. Sebagai salah satu dasar pertimbangan pemilihan metode bekisting harus mengetahui dahulu keunggulan dari masing-masing metode yang akan digunakan. Analisa metode pekerjaan bekisting dapat dijadikan sebagai keputusan dalam menentukan pemilihan metode bekisting, sehingga pelaksanaan pekerjaan struktur tersebut dapat dilaksanakan secara efisien. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam penggunaan bekisting aluminium efisien dari segi biaya, mutu dan waktu pekerjaan. Harga satuan pekerjaan bekisting konvensional sebesar Rp152.000.00 per m2 dengan pemakaian maksimal bekisting sebanyak 3 kali, sementara bekisting aluminium dapat diefisiensi pada pemakaian sebanyak 30 kali dengan harga satuan sebesar Rp149.000,00 per m2 dengan pemakaian maksimal sebanyak 300 kali. Segi mutu pelaksanaan bekisting aluminium lebih unggul karena bekisting dalam dikerjakan secara bersamaan untuk kolom, dinding, balok dan pelat lantai. Waktu pelaksanaan lebih cepat 3 hari jika menggunakan bekisting aluminium dengan durasi selama 13 hari, sementara bekisting konvensional selama 16 hari pekerjaan per 1 lantai. Kata kunci: bekisting konvensional, bekisting aluminiu
Black Carbon Concentration in Kitchens Using Fire-Wood and Kerosene Fuels
In this study, the magnitude of black carbon (BC) in the kitchen bas quantified in giving a preliminary picture about its potential on human health burden. BC concentration was derived from PM10 measurements by means of Smoke Stain Reflectometer quantifying during cooking and off-cooking. Sampled households bas characterized by two groups i.e use wood and kerosene fuel each of which had been measured during cooking and off-cooking. The result of the research showed that The kitchen use fire-wood fuel in cooking condition, BC concentration were in the range 35.25± 0,23 to 83,803 ± 0.37 µg m-3, while for off-cooking condition it showed 3.59 ± 0.06 to 8.98 ± 1.02 µg m-3. In contrast, lower BC concentration was performed in kitchens use kerosene fuel where for cooking condition which it reached up to 6.90 ± 0.06 – 22.29 ± 0.46 µg m-3, and it exhibited only 2.32 ± 0.04 – 5.74 ± 0.1 µg m-3 during off-cooking condition. The findings suggest black carbon concentration on average introduce high risk towards human health in cooking using fire-wood fuel
PERENCANAAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DOMESTIK KELURAHAN SAMPANGAN, KELURAHAN BENDAN NGISOR, KELURAHAN PETOMPON KECAMATAN GAJAHMUNGKUR
ABSTRAK
Perencanaan Detail Engineering Design (DED) Sistem Penyaluran Air Limbah Domestik Kelurahan Sampangan, Kelurahan Bendan Ngisor, Kelurahan Petompon Kecamatan Gajahmungkur
Ardining Sunggi Rohmah, Nurandani Hardyanti, Wiharyanto Oktiawan
Kelurahan Sampangan, Kelurahan Bendan Ngisor, dan Kelurahan Petompon adalah wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi. Kelurahan tersebut juga berbatasan langsung dengan Sungai Kaligarang dan beberapa anak sungai lainnya. Sebagian besar septik tank yang digunakan oleh warga di ketiga kelurahan tersebut yaitu septik tank yang merembes ke tanah, bahkan di Kelurahan Bendan Ngisor masih ditemukan kebiasaan BAB’S di sungai. Hal tersebut berpotensi untuk menyebabkan pencemaran lingkungan khususnya air tanah. Sehingga diperlukan sebuah sistem penyaluran air limbah domestik terpusat di Kelurahan Sampangan, Bendan Ngisor, dan Kelurahan Petompon. Sistem penyaluran air limbah domestik yang digunakan yaitu tipe shallow sewer. Perencanaan ini dibagi menjadi 11 blok wilayah layanan. Luas daerah pelayanan sebesar 201 hektar dan melayani penduduk sebanyak 20.097 jiwa. Pada wilayah perencanaan ini melewati 2 buah anak sungai dan 1 saluran drainase sehingga diadakan pembangunan 3 jembatan pipa. Rencana anggaran biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan perencanaan ini yaitu sebesar Rp. 32.429.834.000,00 Sementara biaya operasional dan pemeliharaan dalam perencanaan ini yaitu Rp.39.184.188,00/Bulan
Kata kunci: Kepadatan Penduduk, Pencemaran,Perencanaan Teknis, Penyaluran Air Limbah Domestik, Sistem Shallow Sewe
POTENSI NILAI KALOR SAMPAH PRODUK PROSES BIODRYING SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF STUDI KASUS: SAMPAH TPA BANYUURIP, KABUPATEN MAGELANG
ABSTRAK
Kota Magelang merupakan Kota di Jawa Tengah dengan jumlah timbulan sampah yang masuk ke TPA Banyuurip adalah 71,82 ton/hari pada tahun 2017-2018. Sampah yang bisa diangkut ke TPA Banyuurip hanya 85,80% dari timbulan sampah total. Daya tampung TPA Banyuurip kini sudah hampir melebihi kapasitas dan beroperasi dengan metode controlled landfill. TPA ini belum melakukan pengelolaan sampah yang dapat dimanfaatkan menjadi energi alternatif. Biodrying adalah salah satu teknik pengelolaan sampah dengan mengalirkan udara dan memanfaatkan panas dari dekomposisi aerobik untuk mengurangi kadar air dan meningkatan nilai kalor sampah. Hasil dari proses biodrying ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif atau RDF (Refuse Derived Fuel) apabila nilai kalor terpenuhi. Penelitian ini dilakukan selama 21 hari dengan menggunakan 2 buah reaktor untuk mengetahui besar potensi nilai kalor produk proses biodrying sampah TPA Banyuurip sebagai bahan bakar alternatif. Suhu puncak yang dicapai oleh reaktor dengan debit udara 0 l/m lebih rendah dan kadar air akhir lebih tinggi dibandingkan reaktor dengan debit udara 6 l/m. Nilai kalor produk proses biodrying yang dihasilkan tanpa adanya penambahan debit aerasi (0 l/m) pada reaktor 1 hanya bisa mencapai 4727,10 cal/gram, sedangkan dengan adanya penambahan debit aerasi (6 l/m) menghasilkan nilai kalor akhir sebesar 6102,82 cal/gram. Potensi nilai kalor TPA Banyuurip adalah sebesar 300% dari total kebutuhan untuk industri kertas yang berada di Kota Magelang dan masih menyimpan cadangan produk biodrying sebesar 67,58% yang dapat dimanfatkan untuk industri semen.
Kata Kunci : Biodrying, suhu, kadar air, potensi nilai kalor, bahan bakar alternati
ESTIMASI SEBARAN NO2 DI PERSIMPANGAN JALAN RINGROAD UTARA KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN ATCS (AREA TRAFFIC CONTROL SYSTEM) DENGAN METODE CALINE4 DAN SURFER13
ABSTRAK
Kota Yogyakarta merupakan salah satu Kota besar di Indonesia yang memiliki pertumbuhan kendaraan yang tinggi, menurut data dari BPS Kota Yogyakarta tahun 2016, jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi di Kota Yogyakarta sebanyak 2.223 bus, 13.875 truk, 273 angkot, 54.546 mobil, dan 399.542 motor. Meningkatnya jumlah kendaraan memberikan kontribusi pada tingkat pencemaran dikarenakan berkontribusi pada meningkatnya jumlah gas NO2, NOx, CO, HC, dan TSP yang merupakan hasil dari pembakaran bahan bakar minyak (Hickman, 1999). Meningkatnya jumlah NO2 di udara dapat menyebabkan penurunan kualitas udara. Untuk mengetahui kualitas udara di Kota Yogyakarta diperlukan pengukuran validasi konsentrasi NO2 dengan menggunakan metode Griess Saltzman menggunakan sprektrofotometer dan estimasi sebaran polutan dengan menggunakan software Caline4 dan Surfer13. Dari hasil perhitungan konsentrasi NO2 di lapangan selanjutnya dibandingkan dengan hasil estimasi software Caline4. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 4 hari pada pukul 07.00 – 09.00 dan 15.00 – 17.00 WIB, didapatkan konsentrasi sebesar 0,281–0,518 µg/Nm3. konsentrasi NO2 hasil validasi pada Simpang Condongcatur dan Simpang Kentungan masih memenuhi baku mutu udara ambien yakni 400 µg/Nm³ yang berdasarkan pada PP No.41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara. Adapun faktor yang mempengaruhi nilai konsentrasi NO2 adalah volume kendaraan, kecepatan angin, arah angin, dan faktor meteorologi lainnya.
Kata kunci:Caline4, Surfer 13, Yogyakarta, Emisi, Nitrogen Dioksida (NO2
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR HASIL HOME INDUSTRY BATIK DENGAN METODE OZONASI, IONISASI, DAN KOMBINASI TERHADAP PARAMETER BOD DAN WARNA
Pengolahan Limbah Cair Hasil Home Industry Batik dengan Metode Ozonasi, Ionisasi, dan Kombinasi terhadap Parameter BOD Dan Warna
Syarifah Ayuning Utami, Nurandani Hardyanti, Abdul Syakur
Industri kain batik merupakan industri yang akan selalu berkembang karena permintaan kain batik sebagai bahan dasar pakaian terus mengalami peningkatan. Pewarnaan batik banyak menggunakan pewarna kimia karena lebih praktis, murah, dan mudah ditemukan di pasaran. Limbah cair dari sisa pewarna kimia memiliki kandungan yang berbahaya bagi manusia maupun lingkungan. Namun sayangnya industri rumah tangga (home industry) biasanya tidak melakukan pengolahan pada limbah yang mereka hasilkan. Pengolahan limbah cair batik dapat dilakukan secara kimiawi yaitu dengan metode ozonasi dan ionisasi. Metode pengolahan ini dipilih karena pengolahan kimia dapat dilakukan secara batch dan tidak memerlukan lahan yang luas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi penyisihan parameter BOD dan warna pada pengolahan limbah cair hasil home industry batik menggunakan reaktor ozon, reaktor ionisasi, serta kombinasi reaktor ozon dan reaktor ionisasi. Pada penelitian ini, penulis menggunakan variasi tegangan 12 kV, 14 kV, 16 kV, 18 kV, dan 20 kV serta variasi waktu kontak 30 menit dan 60 menit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efisiensi penyisihan parameter BOD tertinggi pada pengolahan menggunakan reaktor ozon terjadi saat tegangan yang digunakan sebesar 16 kV dengan waktu kontak 60 menit yaitu 73,29
%. Efisiensi tertinggi pada pengolahan menggunakan reaktor ionisasi terjadi saat tegangan sebesar 16 kV dengan waktu kontak selama 60 menit yaitu 79,38 %. Sedangkan efisiensi tertinggi pada pengolahan menggunakan kombinasi reaktor ozon dan reaktor ionisasi terjadi saat tegangan sebesar 16 kV dengan waktu kontak selama 60 menit yaitu 80,75 %. Pada penyisihan parameter warna, efisiensi tertinggi pengolahan menggunakan reaktor ozon terjadi saat tegangan yang digunakan sebesar 20 kV dengan waktu kontak 60 menit yaitu sebesar 24,51 %. Efisiensi tertinggi pengolahan menggunakan reaktor ionisasi terjadi saat tegangan yang digunakan sebesar 20 kV dengan waktu kontak 60 menit yaitu sebesar 19,41 %. Sedangkan efisiensi tertinggi pengolahan menggunakan reaktor ozon terjadi saat tegangan yang digunakan sebesar 20 kV dengan waktu kontak 60 menit yaitu sebesar 20,61 %.
Kata kunci: batik, ozonasi, ionisasi, ionisasi, tegangan tingg
EDUKASI PELINDUNGAN LAPISAN OZON MELALUI IDENTIFIKASI ALIRAN MASSA REFRIGERANT DAN BAHAN PENDINGIN DI KOTA SURAKARTA
Pengabdian masyarakat ini bermitra dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta untuk mengidentifikasi aliran massa bahan pendingin di Kota Surakarta. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengindentifikasi bahan pendingin di Kota Surakarta. Bahan pendingin berpotensi memberikan kontribusi terhadap gas rumah kaca sehingga pengetahuan mengenaik aliran massa sangat diperlukan untuk edukasi lanjutan terkait. Pengambilan sampel dilakukan pada penyedia jasa bengkel/servis AC, distributor, penjual bahan kimia dan para pengguna, terutama dari sektor non domestik. Kegiatan ini dibatasi pada inventarisasi kegiatan yang berpotensi menggunakan bahan perusak ozon, utamanyya dari massa refrigerant yang digunakan secara umum. Dari hasil survei yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa refrigeran yang paling banyak ditemukan di Kota Surakarta adalah R-22 dan yang paling rendah adalah MC-22 dimana bahan tersebut digunakan sebagai bahan pendingin pada AC ruangan, lemari pendingin, freezer, ixe cube dan cold roomKata kunci : bahan pendingin, refrigeran, distributor AC, Surakart