13 research outputs found
Tingkat Kemandirian Pasien Mengontrol Halusinasi Setelah Terapi Aktivitas Kelompok
Hallucinations are positive symptoms most commontly experienced bypatients with psychiatric disorders. Perceptual stimulation therapy group activities are part of the therapeutic modalities that are given to patients with schizophrenia who experienced hallucinations in order to achieve independence of patient. This is a descriptive study which saw the picture of the level of independence of the patients in the control hallucinations after following stimulation group activity. The sampling technique used was consecutive sampling, in which 42 people were interviewed. The process of data collection using the method of observation, which in practice researchers assisted by the numerator. Analysis of the data with the percentage and frequency distribution are described in the table. The result showed that the level of independence of patient hallucinations in controlling halluciantions after following stimulation group activity therapy activity perception is supportive 28.6%, partially 61,9%, and wholly 9,5%. Based on the findings that majority of patients a level of independence that is partially, developed strategies necessary in an effort to increase the performance of nurses in the implementation of nursing actions that can foster patient independence
Studi Timbulan, Komposisi Dan Karakteristik Dalam Perencanaan Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Di Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro
Universitas Diponegoro telah membangun TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) untuk mengatasi masalah limbah padat. Namun, cukup sulit untuk melakukan penelitian secara spesifik dengan wilayah kampus Tembalang yang cukup luas yaitu 135 Ha (Sudomo, 2012). Untuk itu, perlu dilakukan perencanaan secara spesifik yang dapat mewakili keseluruhan fakultas Undip. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) merupakan salah satu fakultas yang berada di Universitas Diponegoro kawasan kampus Tembalang. FPIK terdiri dari 2 jurusan, yaitu Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan yang memiliki laboratorium untuk menunjang proses pembelajaran. Sampah yang dihasilkan oleh laboratorium tersebut berupa ikan dan/atau biota laut. Bila tidak ditangani dengan baik, maka akan menimbulkan bau tidak sedap. Berdasarkan jenis kegiatan, sumber sampah FPIK dibagi menjadi 2 area yaitu perkuliahan-perkantoran dan taman-jalan. Tujuan dari perencanaan ini adalah merencanakan sistem pengelolaan sampah di FPIK yang paling tepat dengan mengkaji timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah. Metode pengukuran timbulan dan komposisi sampah menggunakan SNI 19-3964-1994. Hasil studi menunjukan bahwa timbulan sampah rata-rata yang dihasilkan perkuliahan-perkantoran adalah 38,35 kg/hari atau 433,68 l/hari dengan komposisi volume sampah dominan adalah sisa makanan 34,96%, plastik 34,02%, serta kertas dan karton 29,20%. Sedangkan pada area taman-jalan dihasilkan 17,96 kg/hari atau 252,92 l/hari dengan komposisi volume sampah dominan adalah daun 97,32%, plastik 0,63%, sisa makanan 0,62%. Pada perencanaan ini, karakteristik sampah yang diuji antara lain densitas, kadar air, kadar abu, nilai kalor, kadar C dan kadar N. Perencanaan hasil studi akan menjadi dasar dalam perencanaan pewadahan, pengumpulan, pemindahan, dan rekomendasi pengolahan sampah pada tahun 2016 hingga 2035 yang mengacu pada SNI 19-2454-2002 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 13 Tahun 2013 sehingga tidak membuang sampah ke lahan kosong milik Undip lagi. Keseluruhan perencanaan pada tahun perencanaan membutuhkan total biaya sebesar Rp 7.849.272.035,00
Studi Timbulan, Komposisi Dan Karakteristik Dalam Perencanaan Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Di Fib Dan D3 Teknik Universitas Diponegoro
Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan D3 Teknik Universitas Diponegoro merupakan dua fakultas yang berada di kawasan kampus Tembalang dengan luas wilayah sebesar 24.815 m2 dan 12.275 m2 . Jumlah penghuni kampus sebanyak 4676 dan 1322 jiwa pada tahun 2015. Pengelolaan sampah yang ada di kedua tempat tersebut belum tertangani dengan baik, sehingga diperlukan penelitian dan perencanaan yang tepat untuk memperbaikinya. Berdasarkan jenis Peruntukan dan kegiatan, sumber sampah FIB dibagi menjadi 2 area yaitu gedung dan taman. Sedangkan D3 Teknik dibagi menjadi 3 area, yaitu gedung, taman dan kantin. Bentuk penelitian yang dilakukan adalah mengkaji timbulan, komposisi, karakteristik sampah dan bentuk perencanaannya adalah perencanaan aspek teknik operasional dan biaya pengelolaan sampah FIB dan D3 Teknik. Metode pengukuran dan pengambilan data menggunakan SNI 19-3964-1994. Timbulan sampah yang dihasilkan sampah gedung FIB adalah 0,01 kg/orang/hari dengan komposisi berat sampah dominan jenis plastik 43,2%, dan sampah taman FIB menghasilkan 0,003 kg/m2/hari dengan komposisi sampah terbanyak adalah sampah daun sebesar 72 %. Timbulan sampah untuk D3 Teknik sampah gedung sebesar 0,01 kg/org/hari, dengan komposisi paling dominan adalah sampah jenis plastik sebesar 44,8%. Sampah dari taman D3 Teknik memiliki timbulan sebanyak 0,001 kg/m2/hari dengan sampah terbanyak sampah jenis daun 92%. Sedangkan sampah yang berasal dari kantin 0,04 kg/org/hari dengan komposisi sampah yang paling sering ditemui adalah sisa makanan 72,5% . Hasil uji karakteristik sampah didapatkan nilai kadar air FIB 28,79 % dan D3 Teknik 50,58 % . Nilai kadar abu FIB 4,35% dan D3 Teknik 4,09% . Rasio C/N FIB 30,7 : 1 dan D3 Teknik 30,4 :1 . Nilai kalori dari sampah FIB 4.274 kkal/kg dan D3 Teknik 3.743 kkal/kg. Hasil perencanaan pada tahun 2016, pewadahan membutuhkan 128 buah wadah untuk FIB dan 99 buah wadah untuk D3 Teknik dengan lima pemilahan jenis sampah. Pengumpulan membutuhkan alat pengumpul dengan volume 360 L dengan 3 ritasi untuk FIB dan 1 ritasi untuk D3 Teknik. Pemindahan membutuhkan motor sampah dengan volume 956,3 L dengan 1 ritasi pemindahan, dan rekomendasi pengolahan sampah dengan cara komposting. Keseluruhan perencanaan pada tahun 2016 membutuhkan total biaya sebesar Rp. 175.736.572 untuk FIB dan Rp.180.855.451 untuk D3 Teknik
Analysis Concentration Of Nitrate (No3) In Dustfall In The Residential And Roadside (Case Studies : Srondol Bumi Indah Residence And Jalan Setibudi, Semarang)
Dustfall is one of dust pollutants which have a diameter of more than 10 mm that can be down in wet or dry deposisition. This study aimed to deternine the amaunt of total dustfall at soluble, insoluble and nitrate concentrations in soluble are in based on the different types of areas in the Srondol Residential and Setiabudi Road. Measurement of dustfall amount based on the underlying of SNI 13-4703-1998. From this research insoluble having a higher compared to soluble. The average of the highest levels of total dustfall on Setiabudi road is 348,92 57,91 gr/m2/mth. Results showed that the average concentration of total dustfall standart value according to PP 41 year 1991, 10 ton/km2/mth. Beside the levels of dustfall, this study also analyzed the concentration of nitrate in soluble dustfall. The average of nitrate concentration in the road is higher than residential area 0,502 ± 0,035 mg/l. From the result, its shown that even on different area, has no affect the concentration of nitrates, because concentration difference on the road and the residential area is not too far away
Laporan Baru Tentang Dacus Longicornis dan Dacus Petioliforma (Diptera:Tephritidae) di Daerah Istimewa YOGYAKARTA
Research was conducted in Jogjakarta from April to October 2004, to know the existence and description of Dacus spp, in Indonesia especially in Jogjakarta Special Province: The result of the exploration shows that there are two species of Dacus spp. attracted to cue lure traps. The species are Dacus (Callantra) longicornis and Dacus (Callantra) petioliforma with characteristics as follows: notopleuron and mesopleural stripe are brownish on D. longicornis and yellow on D. petioliforma; mesonotum uniformly red-brown with midline dark marking and a small yellowish spot present on D. petioliforma and absent on D. longicomis; apical scutellum is brown fulvous on D. longicomis and yellow on D. petioliforma, on both of them are broad black fulvous on basal band
Preliminary Research: Utilization of Gourami Fish Bone Flour (Osphronemus Gouramy) in Making Calcium Dumplings
HighlightKnowing the amount of daily calcium neededKnowing utilization of fish bone meal and its processed productsAnalysis of the most preferred types of food and fish speciesAbstractGourami (Osphronemus gouramy) is a type of freshwater fish native to Indonesia that is widely preferred, and has high economic value so that production per year increases. Increasing the amount of fish production will result in an increased amount of fish bone waste. However, the processing of gourami in general is still limited to using the meat for frying, grilling, filling, and making shredded fish, while the fish bones are not widely used. Several studies have shown that fish bones that are made into flour contain high calcium. Food processing from fish bone flour can be used as an alternative to meet daily calcium intake. Several stud- ies have started to use fish bone flour to become processed food with calcium such as baked donuts, starch balls, and biscuits, but there are still many other foods from the different regions that need to utilize the fish bone as one of their ingredi- ents. The purpose of this study was to analyze the understanding of the community members, and newcomers in Purbalingga regarding the use of fish bone flour, and its processed products, calcium content, also to know their favorite snacks, and types of fish. The results of the survey analysis stated that it is necessary to use Gourami fish bone flour in making calcium dumplings and its resistance to oxygen
Panduan Praktik Klinik Keperawatan Gawat Darurat
Pada praktik klinik keperawatan gawat darurat lebih berfokus pada peningkatan skill dan pengembangan pengetahuan dalam menerapkan prinsip-prinsip pemberian asuhan keperawatan gawatdarurat pada pasien yang mengalami gangguan secara actual dan potensial yang mengganggu maupun mengancam kehidupan manusia. Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah pengalaman belajar klinik Praktek klinik keperawatan gawat darurat merupakan penerapan proses keperawatan di unit gawat darurat (UGD). Pada panduan ini, akan diarahkan bagaimana melaksanakan praktik klinik berdasarkan pada target capaian sehingga praktik klinik keperawatan gawat darurat lebih terstruktur dan sistematis
Produksi Serbuk Jamu Instan dengan Alat Kristalisasi di UMKM Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
Serbuk jamu merupakan obat tradisional berbentuk serbuk berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut yang disediakan dan digunakan secara tradisional. Terdapat 2 buah UMKM yaitu UMKM “Tiga Dara” dan UMKM “Berliana” yang produktif secara ekonomis dengan memproduksi berupa serbuk jamu sebagai minuman kesehatan. Serbuk jamu instan yang diproduksi oleh UMKM Tiga Dara dan UMKM Berliana meliputi serbuk instan jahe, kunyit, temulawak, mahkota dewa, kencur, kunir putih, kunir asem, dll. Selama ini proses produksi serbuk jamu instan, dilakukan secara manual dan konvensional sehingga membutuhkan banyak tenaga serta hasil produksinya terbatas. Oleh karenanya perlu adanya mekanisasi khususnya pada pengkristalan serbuk jamu instan tersebut. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas produksi serbuk jamu instan yang tergabung dalam UMKM ”Tiga Dara” dan UMKM ”Berliana” melalui produksi serbuk jamu instan menggunakan alat kristalisasi. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan program adalah pelatihan produksi serbuk jamu instan dengan alat kristalisasi, membuat standar operasional proses (SOP) produksi , membuat SOP sanitasi dan hygiene produksi serbuk jamu instan serta SOP keselamatan dan kesehatan kerja. Hasil dari kegiatan ini adalah tercapainya keterampilan kedua UMKM dalam mengelola empon-empon menjadi produk serbuk jamu instan, higienis yang sesuai persyaratan BPOM dan telah mempunyai SOP produksi serbuk jamu instan dengan alat kristalisasi, SOP sanitasi dan hygiene produksi serbuk jamu instan serta SOP keselamatan dan kesehatan kerja