5 research outputs found
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENGKODEAN DIAGNOSIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILACAP
Hospitals are health institutions that provide medical services to individuals as a whole, including inpatient, outpatient, and emergency care. Hospitals need to improve the quality of their services. This can be done by having a good medical record unit. Medical records are documents that contain information about the patient's identity, examination, treatment, procedures, and other services provided to the patient. An important data processing to store data in medical records is coding. Classifying and providing codes for disease diagnosis is known as coding. Writing codes on medical records must be precise and accurate. The impact of coding errors can affect the quality of medical records. Based on an initial survey related to coding carried out at Cilacap Regional Hospital, a problem was found that officers had difficulty reading the doctor's writing. This study aims to determine what factors influence the diagnosis coding process at Cilacap Regional Hospital. This research is a type of qualitative research with data collection method instruments through observation and interviews. The research subjects amounted to 2 people, namely coder officers and the head of the medical records unit. The results of the study obtained several factors that influence the coding process including; Writing a diagnosis that is difficult to read, incompleteness in medical records can affect the coding process that will be carried out by the coder, and the absence of a medical dictionary as a coding support book in finding unknown terms in coding.Rumah sakit adalah institusi kesehatan yang menyediakan layanan medis untuk individu secara menyeluruh, termasuk rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat. Rumah sakit perlu meningkatkan kualitas pelayanannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memiliki unit rekam medis yang baik. Rekam medis adalah dokumen yang berisi informasi tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien. Salah satu pengolahan data yang penting untuk menyimpan data dalam rekam medis adalah pengkodean. Pengklasifikasian dan pemberian kode untuk diagnosis penyakit dikenal dengan istilah coding. Penulisan kode pada rekam medis harus tepat dan akurat. Dampak dari kesalahan pengkodean dapat mempengaruhi kualitas rekam medis. Berdasarkan survei awal terkait pengkodean yang dilakukan di RSUD Cilacap, ditemukan masalah bahwa petugas mengalami kesulitan dalam membaca tulisan dokter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengodean diagnosis di RSUD Cilacap. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan instrumen metode pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Subjek penelitian berjumlah 2 orang yaitu petugas koder dan kepala unit rekam medis. Hasil penelitian didapatkan beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengkodean diantaranya; Penulisan diagnosis yang sulit dibaca, ketidaklengkapan pada rekam medis dapat mempengaruhi proses pengkodean yang akan dilakukan oleh koder, dan tidak adanya kamus kedokteran sebagai buku penunjang pengkodean dalam mencari istilah-istilah yang tidak diketahui dalam pengkodean
Analisis Penyebab Pengembalian Klaim BPJS Pasien Rawat Inap Ditinjau Dari Proses Pengkodean Di RSUD Majenang
Pending Claim is a refund because there is no agreement between BPJS Health and FKRTL regarding coding rules and medical determination (claim dispute). The correct diagnosis and action code will determine the smooth process of submitting claims for medical services to BPJS Health and reduce the number of claim returns. This study aims to determine the causes of inpatient claim returns in terms of the coding process at Majenang Hospital. The research method used is a qualitative method with an observational descriptive design. Data was obtained from pending claims from July to September 2023. Data collection methods were observation and interviews. Majenang Hospital research results showed that 371 claims were returned and 187 claims were returned due to coding confirmation. Factors inhibiting the accuracy of a diagnosis or action code are the use of combined codes, errors in determining the main diagnosis, differences in perception, and discrepancies in supporting results with the diagnosis. Efforts that can be made to minimize the number of claim returns include reviewing diagnosis or action codes, communicating between DPJP, the casemix team and BPJS verifiers, coding training and having an SPO.Klaim yang tertunda adalah pengembalian dana karena belum adanya kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan FKRTL mengenai aturan penentuan koding dan medis (dispute klaim). Diagnosis dan kode tindakan yang tepat akan menentukan kelancaran proses pengajuan klaim pelayanan medis ke BPJS Kesehatan dan mengurangi jumlah pengembalian klaim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keakuratan pengkodean pada return klaim rawat inap dan faktor penghambat keakuratan pengkodean data klinis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan desain deskriptif observasional. Sampel datanya adalah data return klaim pada bulan Juli sampai September 2023. Teknik pengumpulan datanya adalah observasi dan wawancara. Hasil penelitian RSUD Majenang menunjukkan terdapat 2.689 klaim yang diajukan pada Juli-September 2023 dan 371 klaim dikembalikan. Pengembalian klaim karena konfirmasi coding sebanyak 187 klaim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penghambat keakuratan diagnosis atau kode tindakan adalah penggunaan kode gabungan, kesalahan dalam menentukan diagnosis utama, perbedaan persepsi, dan ketidaksesuaian hasil pendukung dengan diagnosis. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir jumlah pengembalian klaim antara lain dengan melakukan review diagnosis atau kode tindakan, komunikasi antara DPJP, tim casemix dan verifikator BPJS, pelatihan coding dan memiliki SPO
Analisis Kelengkapan Desain Formulir Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Purwokerto Timur I
Puskesmas is one of the health service institutions provided by the Indonesian government and is the spearhead of the national health system. Efforts in establishing quality health centre service quality, that is, by paying attention to every aspect of it. The anatomical and physical aspects are used here. Please note the number of measurement cards for patients. One of them is processing the patient's medical record form design. Medical record forms are designed and used for maintenance and monitoring. The design of the form aims to improve and complete aspects of the outpatient form design that are currently still in use and to improve the quality of health services at the Purwokerto Timur I Health Center. The objective of this research is to identify the completeness of the outpatient forms available at the Purwokerto Health Center. Timur I. This analysis uses a quantitative method with a cross-sectional descriptive approach. The subject of this study was the outpatient form at the Purwokerto Timur I Health Center. The results obtained from this study were quite good, that is, there was an outpatient form at the Purwokerto Timur I Health Center, but the results of the analysis of this form still need to be improved in completeness. There is a completeness of 76,92% in the form. The aspect of the content that has the best completeness of the form.Puskesmas merupakan salah satu lembaga pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah Indonesia dan merupakan ujung tombak sistem kesehatan nasional. Upaya dalam mewujudkan mutu pelayanan Puskesmas yang bermutu, yaitu dengan memperhatikan setiap aspek yang ada di dalamnya. Aspek anatomi dan fisik digunakan di sini. Harap dicatat jumlah kartu pengukuran untuk pasien. Salah satunya adalah pengolahan desain formulir rekam medis pasien. Formulir rekam medis dirancang dan digunakan untuk pemeliharaan dan pemantauan. Perancangan formulir yang dirancang bertujuan untuk menyempurnakan dan melengkapi aspek desain formulir rawat jalan yang saat ini masih digunakan serta untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Purwokerto Timur I. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelengkapan formulir rawat jalan yang tersedia di Puskesmas Purwokerto. Timur I. Analisis ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian ini adalah formulir rawat jalan di Puskesmas Purwokerto Timur I. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini cukup baik yaitu sudah tersedia formulir rawat jalan di Puskesmas Purwokerto Timur I, namun hasil analisa formulir ini masih perlu ditingkatkan kelengkapannya. Aspek tersebut merupakan penyempurnaan dari model klinik rawat jalan yang digunakan saat ini. Kesimpulan yang didapat adalah peneliti membuat desain formulir rawat jalan yang baru sesuai dengan pedoman yang ada
Pengaruh Penggunaan Larutan Natrium Klorida (NaCl) 35% Sebagai Media Pemanasan (Curing) Terhadap Kekuatan Transversa Resin Akrilik Heat Cured
Resin akrilik heat cured merupakan resin yang digunakan
untuk protesa yang diaktivasi dengan panas. Metode yang sering
digunakan untuk pemanasan (curing) adalah menggunakan media air
dalam suhu 74oC selama kurang lebih 2 jam, kemudian suhu air
ditingkatkan hingga suhu mendidih (100oC) selama 60 menit. Hal
ini menyebabkan proses pemanasan dan biaya produksi untuk
pembuatan protesa resin akrilik heat cured menjadi kurang efisien.
Untuk mempercepat proses pemanasan resin akrilik heat cured dapat
menggunakan larutan garam NaCl 35%, karena larutan garam NaCl
35% memiliki sifat koligatif larutan yang dapat mempercepat
tercapainya suhu optimal yang dibutuhkan untuk menghasilkan
polimerisasi yang sempurna dari resin akrilik heat cured. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh larutan garam NaCl 35%
sebagai media pemanasan (curing) terhadap kekuatan transversa
resin akrilik heat cured. Sampel penelitian berupa lempeng resin
akrilik dengan ukuran 65 mm x 10mm x 2,5 mm sejumlah 24 buah.
Sampel kemudian dibagi menjadi empat kelompok. Masing-masing
kelompok memiliki 6 buah sampel. Kelompok I dilakukan
pemanasan dengan air pada suhu 74oC selama 120 menit, kelompok
II dilakukan pemanasan dengan larutan NaCl 35% pada suhu 74oC
selama 45 menit, kelompok III sampel dipanaskan dengan larutan
NaCl 35% pada suhu 74oC selama 60 menit, dan kelompok IV
sampel dipanaskan dengan larutan NaCl 35% pada suhu 74oC selama
75 menit. Kemudian seluruh kelompok ditambah dengan pemanasan
pada suhu terminal 100oC selama 60 menit. Pengujian kekuatan
transversa menggunakan Universal Testing Machine merk
Tarnogrocki Wilherm Herm Holm. Hasil penelitian yang diuji
dengan menggunakan oneway ANOVA menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antar kelompok
perlakuan (p>0.05). Hasil uji Post Hoc Tukey-HSD juga
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai kekuatan
transversa yang signifikan pada semua kelompok uji. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah larutan NaCl 35% yang digunakan sebagai
media pemanasan selama 60 menit dapat mempersingkat waktu
pemanasan dengan menghasilkan kekuatan transversa yang setara
jika dibandingkan dengan pemanasan menggunakan air
Penyebab Pengembalian Berkas Klaim BPJS Kesehatan Pasien Rawat Inap Ditinjau Dari Syarat-Syarat Pengajuan Klaim di RSUD Majenang
Issues related to BPJS Health insurance claims often pose challenges for healthcare facilities. The primary reasons for claim rejections typically involve administrative errors, such as incomplete documentation or incorrect diagnostic codes. This study aims to identify the factors contributing to the high rate of inpatient claim rejections at RSUD Majenang. Employing a qualitative approach with a case study design, this research analyzes data collected from in-depth interviews with hospital verification officers and coding officers. The findings reveal that inaccurate diagnostic coding and incomplete supporting documentation are the primary causes of claim rejections. Inaccurate diagnostic coding is attributed to several factors, including errors in diagnosis recording, discrepancies in perceptions between hospital verifiers and BPJS Health, and potential indications of diagnostic code misuse. Additionally, a lack of interdepartmental coordination and inadequate understanding of claim guidelines contribute to the problem. The findings of this study have significant implications for efforts to improve the quality of healthcare services and the efficiency of claim management in hospitals. To streamline BPJS Health claims, it is necessary to enhance the competency of staff, strengthen interdepartmental coordination, improve the quality of medical documentation, and conduct periodic evaluations of claim procedures.Isu klaim BPJS Kesehatan seringkali menjadi kendala bagi fasilitas kesehatan. Penyebab utama pengembalian berkas klaim umumnya terkait dengan kesalahan administrasi, seperti dokumen tidak lengkap atau kode diagnosis yang salah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan tingginya tingkat pengembalian berkas klaim rawat inap di RSUD Majenang. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus, penelitian ini menganalisis data yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan petugas verifikasi rumah sakit dan petugas koding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidakakuratan kode diagnosis dan ketidaklengkapan dokumen pendukung menjadi penyebab utama pengembalian klaim. Ketidakakuratan kode diagnosis disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kesalahan dalam pencatatan diagnosis, perbedaan persepsi antara verifikator rumah sakit dan BPJS Kesehatan, serta adanya indikasi potensi penyalahgunaan kode diagnosis. Selain itu, kurangnya koordinasi antar bagian dan kurangnya pemahaman terhadap panduan klaim juga turut berkontribusi terhadap masalah ini. Temuan penelitian ini memiliki implikasi yang signifikan bagi upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan efisiensi pengelolaan klaim di rumah sakit. Agar klaim BPJS dapat berjalan lancar, perlu ditingkatkan kompetensi petugas, koordinasi antar bagian, serta kualitas dokumentasi medis. Prosedur klaim juga harus dievaluasi secara berkala