10 research outputs found
ANALISIS FAKTOR PENENTU DALAM PEMILIHAN STRATEGI PROMOSI UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Penelitian mengenai analisis faktor penentu dalam pemilihan strategi promosi Universitas Palangka Raya (UPR) bertujuan untuk mengetahui kelebihan, kekurangan, peluang, dan acaman melalui analisis SWOT sehingga diketahui strategi dalam meningkatkan promosi UPR. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif yang menggunakan metode analisis SWOT melalui survei terhadap 702 mahasiswa di UPR. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di lingkungan UPR, Provinsi Kalimantan Tengah. Hasil dari penelitian ini yakni UPR memiliki kekuatan dalam pemanfaatan media sosial, kerjasama dengan sekolah, lokasi strategis, beragamnya jurusan, biaya kuliah terjangkau, dan diversifikasi jalur masuk. Untuk mengatasi kelemahan, UPR perlu mengurangi ketergantungan pada media sosial, meningkatkan kualitas pendidikan, dan memperluas pertimbangan calon mahasiswa. Peluang UPR dapat dioptimalkan melalui perbaikan website, promosi di sekolah-sekolah, peningkatan jalur beasiswa, dan sosialisasi alumni. Peralihan status ke BLU dapat meningkatkan branding dan kualitas kampus. Ancaman terbesar adalah penurunan minat mahasiswa jika promosi tidak ditingkatkan, sehingga strategi promosi lebih efektif, dengan peningkatan fasilitas, pengajaran, dan jalur beasiswa. 
Analisis Faktor Penentu dalam Pemilihan Strategi Promosi Universitas Palangka Raya
Penelitian mengenai analisis faktor penentu dalam pemilihan strategi promosi Universitas Palangka Raya (UPR) bertujuan untuk mengetahui kelebihan, kekurangan, peluang, dan acaman melalui analisis SWOT sehingga diketahui strategi dalam meningkatkan promosi UPR. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif yang menggunakan metode analisis SWOT melalui survei terhadap 702 mahasiswa di UPR. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di lingkungan UPR, Provinsi Kalimantan Tengah. Hasil dari penelitian ini yakni UPR memiliki kekuatan dalam pemanfaatan media sosial, kerjasama dengan sekolah, lokasi strategis, beragamnya jurusan, biaya kuliah terjangkau, dan diversifikasi jalur masuk. Untuk mengatasi kelemahan, UPR perlu mengurangi ketergantungan pada media sosial, meningkatkan kualitas pendidikan, dan memperluas pertimbangan calon mahasiswa. Peluang UPR dapat dioptimalkan melalui perbaikan website, promosi di sekolah-sekolah, peningkatan jalur beasiswa, dan sosialisasi alumni. Peralihan status ke BLU dapat meningkatkan branding dan kualitas kampus. Ancaman terbesar adalah penurunan minat mahasiswa jika promosi tidak ditingkatkan, sehingga strategi promosi lebih efektif, dengan peningkatan fasilitas, pengajaran, dan jalur beasiswa.
Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut Buah Cempedak (Studi Kasus Kabupaten Kapuas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Kotawaringin Barat)
Cempedak (Artocarpus champeden) adalah tumbuhan asli Indonesia yang juga ditemukan di Malaysia dan Papua Nugini. Tanaman ini dapat ditemui di banyak wilayah Indonesia, termasuk Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Jawa. Meskipun informasi detail tentang produksi cempedak dan nangka di Indonesia terbatas, pada tahun 2014, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi keduanya mencapai 223.253 kuintal. Untuk mengembangkan cempedak lebih lanjut, penting untuk memahami preferensi pelanggan terhadap karakteristik buah ini. Evaluasi tingkat kepuasan pelanggan terhadap atribut buah cempedak juga krusial dalam menentukan area yang perlu ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pembeli buah cempedak di Kabupaten Kapuas, Pulang Pisau, dan Kotawaringin Barat serta mengevaluasi tingkat kepuasan mereka terhadap atribut buah. Metode deskriptif kualitatif digunakan dengan menggunakan sampel 90 responden dari ketiga kabupaten tersebut, yang dipilih dengan metode accidental sampling. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada kesamaan dalam karakteristik responden berdasarkan usia dan perbedaan dalam tingkat pendidikan serta pendapatan di antara ketiga kabupaten. Hasil juga menunjukkan bahwa secara umum, kepuasan konsumen terhadap buah cempedak di ketiga kabupaten tersebut dapat dikategorikan sebagai puas. Saran dari penelitian ini termasuk perluasan usaha untuk mempertahankan kualitas atribut seperti rasa, bentuk, dan ukuran buah cempedak oleh petani, serta perlunya pemerintah daerah melakukan penelitian lebih lanjut untuk menghasilkan varietas cempedak yang sesuai dengan harapan konsumen
Studi Komparatif Sosial Lembaga Pada Desa Wisata Gamplong dan Desa Wisata Pulesari Kabupaten Sleman Sebagai Penggerak Wisata Berbasis Ekonomi Kreatif
Kota Yogyakarta terkenal dengan jenis wisata yang khas, yaitu jenis wisata budaya sebagai cagar budaya Jawa. Dewasa ini para wisatawan mulai menggemari tempat wisata yang tidak hanya sekedar menyajikan keindahan alamnya saja tetapi lebih kepada interaksi masyarakat. Oleh karena itu mulai berkembang jenis wisata minat khusus, yaitu wisata alternatif yang disebut desa wisata. Desa wisata di wilayah Kabupaten Sleman berkembang sangat dinamis dan mampu menggerakkan sektor pariwisata di Kabupaten Sleman. Desa wisata Gamplong termasuk dalam sektor ekonomi kreatif bidang kerajinan (handycraft), sedangkan Desa Wisata Pulesari mengusung konsep Go Green and Back to Nature dengan permainan interaktifnya. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis proses sosial lembaga yang tedapat pada Desa Wisata Gamplong dan Desa Wisata Pulesari untuk dijadikan sebagai acuan desa wisata lain mengembangkan potensi yang dimiliki dari segi ekonomi kreatif yang berbeda. Metode yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif dengan menggunakan teknik triangulasi data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan Desa Wisata Pulesari dan Desa Wisata Gamplong melalui beberapa tahap perkembangan kelompok dimana tahap dependency and inclusion yang terjadi di Desa Wisata Pulesari aktor yang berperan untuk menggerakkan masyarakat adalah Bapak Amin Sarjana sedangkan pada Desa Wisata Gamplong adalah masyakat pengrajin tenun dan serat alam. Tahap counterdependency and fight yang ada pada kedua desa wisata terletak pada sumber daya manusia yang sebagian masyarakat belum memahami hakikat akan pentingnya wisata dan potensi wisata yang dimiliki. Kemudian tahap trust and structure dimana kedua desa wisata masing-masing telah memiliki struktur organisasi yang dibangun bersama setelah melewati konflik yang terjadi sebelumnya. Tahap work pada kedua desa wisata telah berjalan dengan adanya pembagian kinerja pada struktur organisasi dan adanya rencana program jangka menengah serta kerjasama dan pelatihan dengan pihak terkait yang telah dilaksanakan. Tahap termination yang dilakukan pada kedua desa wisata masing-masing dengan mengadakan rapat evaluasi kinerja setiap bulan.
Kata Kunci: desa wisata, ekonomi kreatif, proses sosial lembaga, studi komparatif, Yogyakart
Aplikasi Pewarna Batik pada Tenun dari Serat Daun Nanas (Kajian Proporsi Jenis Benang dan Jenis Pewarna)
Abstrak
Salah satu jenis serat alam yang potensial adalah serat daun nanas. Terkait dengan isu lingkungan, perkembangan penggunaan pewarna alami sebagai pewarna tekstil belakangan ini semakin meningkat. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui kekuatan daya sobek kain tenun yang dihasilkan, mengetahui pengaruh aplikasi jenis pewarna dan kombinasi jenis serat terhadap intensitas warna kain, dan mengetahui pengaruh aplikasi jenis pewarna dan kombinasi jenis serat terhadap ketahanan luntur kain. Metode yang digunakan yaitu RAK dengan 2 faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian kekuatan daya sobek kain menunjukkan bahwa kain yang terbuat dari 50% serat daun nanas : 50% katun memiliki kekuatan daya sobek lebih tinggi dengan nilai rerata 1306,67 gram arah pakan dan 1381,33 gram arah lusi. Perlakuan terbaik berdasarkan intensitas warna yang dipilih yaitu pada perlakuan proporsi jenis benang 100% katun dengan jenis pewarna kunyit dengan nilai 0,198 berdasarkan perhitungan Multiple Attribute. Perlakuan terbaik berdasarkan ketahanan luntur warna yang dipilih yaitu pada perlakuan proporsi jenis benang 50% serat daun nanas : 50% katun dengan jenis pewarna alpukat dengan nilai rerata 3,3 pada uji ketahanan gosokan kering, 7,2 pada uji ketahanan gosokan basah, 1,3 pada uji ketahanan pencucian (Stainning Scale), dan 1,4 pada uji ketahanan pencucian (Grey Scale).
Kata kunci: kain, katun, pewarna daun alpukat, pewarna kunyit
Abstract
One type of potential natural fibers are pineapple leaf fiber. As environmental issues, the use of natural dyes for coloring textiles lately increasing. The purposes of this research is to determine the strength of the resulting woven fabric torn, knowing the effect of the application of the dyes and the combination of the type of fiber to the intensity of the color of fabric, and determine the influence of the type of application and combination dye fastness types of fiber to fabric. This method used RCBD (Randomized Complete Block Design) with 2 factors. The results showed that fabric with proportion of 50% pineapple leaf yarn: 50% cotton had higher value of tensile strength. The average value were 1306.67 gram and 1381.33 gram from “Pakan” direction and “Lusi” direction. The best treatment based on color intensity selected, namely was proportion of 100% cotton yarn with type of dye turmeric with a value of 0.198 based on Multiple Attribute calculation. The best treatment based on the selected color fastness proportion of 50% yarn pineapple leaf fiber: 50% cotton with type of dye avocado leaf with a mean value of 3.3 on a dry rub resistance test, 7.2 in the wet rub resistance test , 1.3 on endurance test laundering (Stainning Scale), and 1.4 on the endurance test laundering (Grey Scale).
Keywords: avocado leaf color, cotton, fabric, turmeric colo
PERBAIKAN KINERJA RANTAI PASOK AGROINDUSTRI PISANG MENGGUNAKAN MCDM (MULTI CRITERIA DECISION MAKING)
The problems faced by the banana agro-industry include the procurement process of raw materials from banana suppliers, which has not been able to meet the industry's needs. The selection process of banana suppliers has not been a factor considered by the industry in its strategic planning. The technology used should be able to produce quality processed banana products, but in reality, production is still below the available normal capacity. The distribution of processed banana products to consumers has not been well identified, and market access is still limited, resulting in stagnant industry development. The aim of this research is to identify the problems related to the performance of the banana agro-industry supply chain, measure the performance of the banana agro-industry supply chain, and provide and evaluate solutions that can be used to improve the performance of the banana agro-industry supply chain. The method used in this research is to measure the performance of the supply chain using weighting with the multiple criteria decision-making (MCDM) method, which consists of the Analytical Hierarchy Process (AHP), determining alternative solutions using the VIKOR (Vise Kriterijumska Optimizacija I Kompromisno Resenje) method. The results show that the identification of problems in the banana agro-industry supply chain consists of 5 main criteria and 20 sub-criteria, as well as 7 proposed solutions. The measurement of the supply chain performance resulted in a score of 32.032 (poor), indicating that the performance of the banana agro-industry supply chain is still low. The alternative solution provided to improve the performance of the banana agro-industry supply chain is to establish collaboration and partnerships among supply chain stakeholders.Permasalahan yang terjadi pada agroindustri pisang terdiri dari proses pengadaan bahan baku dari pemasok pisang belum dapat memenuhi kebutuhan industri. Proses pemilihan pemasok pisang belum menjadi faktor yang dipertimbangkan oleh industri dalam perencanaan strateginya. Teknologi yang digunakan seharusnya dapat menghasilkan produk olahan pisang yang berkualitas, tetapi pada kenyataannya produksi masih di bawah kapasitas normal yang tersedia. Distribusi produk olahan pisang kepada konsumen yang belum teridentifikasi dengan baik dan akses pasar yang masih terbatas berdampak pada perkembangan industri yang stagnan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan kinerja yang ada pada rantai pasok agroindustri pisang, melakukan pengukuran kinerja rantai pasok agroindustri pisang, serta memberikan dan mengevaluasi solusi yang dapat digunakan untuk perbaikan kinerja rantai pasok agroindustri pisang. Metode yang digunakan adalah pengukuran kinerja rantai pasok menggunakan pembobotan dengan metode multiple criteria decision-making (MCDM) terdiri dari AHP (Analytical Hierarchy Process), menentukan alternatif solusi dengan metode VIKOR (Vise Kriterijumska Optimizacija I Kompromisno Resenje). Hasil menunjukkan bahwa identifikasi permasalahan pada rantai pasok agroindustri pisang terdiri dari 5 kriteria utama dan 20 sub kriteria serta 7 solusi yang ditawarkan. Pengukuran kinerja rantai pasok diperoleh nilai 32.032 (poor) yang artinya kinerja rantai pasok agroindustri pisang masih rendah. Alternatif solusi yang diberikan untuk perbaikan kinerja rantai pasok agroindustri pisang adalah dibentuk kolaborasi dan kemitraan antar pelaku rantai pasok
PERBAIKAN KINERJA RANTAI PASOK AGROINDUSTRI PISANG MENGGUNAKAN MCDM (MULTI CRITERIA DECISION MAKING)
The problems faced by the banana agro-industry include the procurement process of raw materials from banana suppliers, which has not been able to meet the industry's needs. The selection process of banana suppliers has not been a factor considered by the industry in its strategic planning. The technology used should be able to produce quality processed banana products, but in reality, production is still below the available normal capacity. The distribution of processed banana products to consumers has not been well identified, and market access is still limited, resulting in stagnant industry development. The aim of this research is to identify the problems related to the performance of the banana agro-industry supply chain, measure the performance of the banana agro-industry supply chain, and provide and evaluate solutions that can be used to improve the performance of the banana agro-industry supply chain. The method used in this research is to measure the performance of the supply chain using weighting with the multiple criteria decision-making (MCDM) method, which consists of the Analytical Hierarchy Process (AHP), determining alternative solutions using the VIKOR (Vise Kriterijumska Optimizacija I Kompromisno Resenje) method. The results show that the identification of problems in the banana agro-industry supply chain consists of 5 main criteria and 20 sub-criteria, as well as 7 proposed solutions. The measurement of the supply chain performance resulted in a score of 32.032 (poor), indicating that the performance of the banana agro-industry supply chain is still low. The alternative solution provided to improve the performance of the banana agro-industry supply chain is to establish collaboration and partnerships among supply chain stakeholders.Permasalahan yang terjadi pada agroindustri pisang terdiri dari proses pengadaan bahan baku dari pemasok pisang belum dapat memenuhi kebutuhan industri. Proses pemilihan pemasok pisang belum menjadi faktor yang dipertimbangkan oleh industri dalam perencanaan strateginya. Teknologi yang digunakan seharusnya dapat menghasilkan produk olahan pisang yang berkualitas, tetapi pada kenyataannya produksi masih di bawah kapasitas normal yang tersedia. Distribusi produk olahan pisang kepada konsumen yang belum teridentifikasi dengan baik dan akses pasar yang masih terbatas berdampak pada perkembangan industri yang stagnan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan kinerja yang ada pada rantai pasok agroindustri pisang, melakukan pengukuran kinerja rantai pasok agroindustri pisang, serta memberikan dan mengevaluasi solusi yang dapat digunakan untuk perbaikan kinerja rantai pasok agroindustri pisang. Metode yang digunakan adalah pengukuran kinerja rantai pasok menggunakan pembobotan dengan metode multiple criteria decision-making (MCDM) terdiri dari AHP (Analytical Hierarchy Process), menentukan alternatif solusi dengan metode VIKOR (Vise Kriterijumska Optimizacija I Kompromisno Resenje). Hasil menunjukkan bahwa identifikasi permasalahan pada rantai pasok agroindustri pisang terdiri dari 5 kriteria utama dan 20 sub kriteria serta 7 solusi yang ditawarkan. Pengukuran kinerja rantai pasok diperoleh nilai 32.032 (poor) yang artinya kinerja rantai pasok agroindustri pisang masih rendah. Alternatif solusi yang diberikan untuk perbaikan kinerja rantai pasok agroindustri pisang adalah dibentuk kolaborasi dan kemitraan antar pelaku rantai pasok
Karakterisasi Fisik Film Berbasis Polivinil Alkohol (PVA) Dengan Penambahan Nanoclay Sebagai Filler
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanik pada film polivinil alkohol dengan penambahan nanoclay golongan bentonit sebagai bahan aditif yang dapat dijadikan filler pada film PVA. Biopolimer PVA (polivinil alkohol) dipilih karena sifatnya yang dapat membentuk film, larut dalam air, mudah dalam proses, tidak beracun, biocompatible dan biodegradable. Untuk memperkuat film tersebut digunakan nanoclay sebagai filler dalam pembuatan film. Perlakuan pada penelitian ini adalah konsentrasi penambahan nanoclay dengan variasi 0, 2%, 4% dan 6%. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin meningkat ketebalan film yaitu mulai 0,012 – 0,040 mm, peningkatan kuat tarik (tensile strength) dari 0-8,98MPa dan nilai elongasi film berturut-turut 42,85 – 73,38%, penurunan kelarutan film mulai dari 22,76 – 7,71%, hasil untuk transmisi cahaya film yaitu pada 400nm diangka 54,45 - 16,54%, 600nm diangka 62,12-26,585% 800nm 68,78-36,41%. Penambahan nanoclay sebagai filler pada film berbasis PVA memberikan pengaruh terhadap karakteristik fisik film yang dihasilkan
Aplikasi Pewarna Batik Pada Tenun Dari Serat Daun Nanas ( Kajian Proporsi Jenis Benang Dan Jenis Pewarna)
Salah satu jenis serat alam yang potensial adalah serat daun nanas. Terkait dengan isu lingkungan, perkembangan penggunaan pewarna alami sebagai pewarna tekstil belakangan ini semakin meningkat. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui kekuatan daya sobek kain tenun yang dihasilkan, mengetahui pengaruh aplikasi jenis pewarna dan kombinasi jenis serat terhadap intensitas warna kain, dan mengetahui pengaruh aplikasi jenis pewarna dan kombinasi jenis serat terhadap ketahanan luntur kain. Metode yang digunakan yaitu RAK dengan 2 faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian kekuatan daya sobek kain menunjukkan bahwa kain yang terbuat dari 50% serat daun nanas : 50% katun memiliki kekuatan daya sobek lebih tinggi dengan nilai rerata 1306,67 gram arah pakan dan 1381,33 gram arah lusi. Perlakuan terbaik berdasarkan intensitas warna yang dipilih yaitu pada perlakuan proporsi jenis benang 100% katun dengan jenis pewarna kunyit dengan nilai 0,198 berdasarkan perhitungan Multiple Attribute. Perlakuan terbaik berdasarkan ketahanan luntur warna yang dipilih yaitu pada perlakuan proporsi jenis benang 50% serat daun nanas : 50% katun dengan jenis pewarna alpukat dengan nilai rerata 3,3 pada uji ketahanan gosokan kering, 7,2 pada uji ketahanan gosokan basah, 1,3 pada uji ketahanan pencucian (Stainning Scale), dan 1,4 pada uji ketahanan pencucian (Grey Scale)
Pelatihan Pembuatan dan Penerapan Ecoenzyme di Pondok Pesantren Darul Amin Sebagai Upaya Pemanfaatan Limbah Organik: Pelatihan Pembuatan dan Penerapan Ecoenzyme di Pondok Pesantren Darul Amin Sebagai Upaya Pemanfaatan Limbah Organik
Sampah merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak kota di seluruh dunia. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang penyumbang sampah terbesar di dunia. Indonesia adalah penyumbang sampah terbesar kedua dengan volume 187,2 juta ton/tahun, dengan China pada posisi pertama dengan 262,9 juta ton/tahun. Pada tahun 2003, seorang doktor dari Thailand bernama Dr. Rosukon Poompanvong menerima penghargaan dari FAO atas penemuan eco enzyme. Program ini merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat pada pondok pesantren Darul Amin agar dapat memanfaatkan sampah dapur organik yang sudah tidak terpakai menjadi bermanfaat untuk lingkungan. Kegiatan ini dilakukan pada hari Minggu, 13 Oktober 2024. Sebelum memulai kegiatan, terdapat beberapa tahapan persiapan, antara lain berupa koordinasi awal dengan pimpinan pondok pesantren, survey waktu dan tempat pelaksanaan serta pendataan target peserta. Kegiatan ini diikuti oleh pengurus dan santri pondok pesantren sebanyak 38 orang. Kegiatan berupa pembelajaran bersama dengn pakar menggunakan metode ceramah dan diskusi,kemudian diakhiri dengan demonstrasi pembuatan produk eco enzyme.Abstrak
Sampah merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak kota di seluruh dunia. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang penyumbang sampah terbesar di dunia. Indonesia adalah penyumbang sampah terbesar kedua dengan volume 187,2 juta ton/tahun, dengan China pada posisi pertama dengan 262,9 juta ton/tahun. Pada tahun 2003, seorang doktor dari Thailand bernama Dr. Rosukon Poompanvong menerima penghargaan dari FAO atas penemuan eco enzyme. Program ini merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat pada pondok pesantren Darul Amin agar dapat memanfaatkan sampah dapur organik yang sudah tidak terpakai menjadi bermanfaat untuk lingkungan. Kegiatan ini dilakukan pada hari Minggu, 13 Oktober 2024. Sebelum memulai kegiatan, terdapat beberapa tahapan persiapan, antara lain berupa koordinasi awal dengan pimpinan pondok pesantren, survey waktu dan tempat pelaksanaan serta pendataan target peserta. Kegiatan ini diikuti oleh pengurus dan santri pondok pesantren sebanyak 38 orang. Kegiatan berupa pembelajaran bersama dengn pakar menggunakan metode ceramah dan diskusi,kemudian diakhiri dengan demonstrasi pembuatan produk eco enzyme.
Kata kunci: eco enzyme, pemberdayaan, pondok pesantre