23 research outputs found
Tinjauan Kejadian Misfiled di Rak Penyimpanan Rekam Medis RSUD Dr. Adjidarmo Kab. Lebak Tahun 2022
Misfiled is an error in the storage of medical records, or the non-discovery of medical records on the storage shelf. This study aims to determine the description of misfiled events in the medical record storage shelf of RSUD Dr. Adjidarmo Kab. Lebak in 2022. This study uses a descriptive analysis method with a quantitative approach by conducting observations and interviews. The results of the study with 99 samples found that 9 (9.1%) of the misfiled and the non-misfiled were 90 (90,9%). Most of the medical records that occurred were misfiled because it did not fit on the proper shelf or medical record documents located on another shelf. The storage system used is a centralized system and its alignment system uses a digit filing terminal. The first factor causing the misfiled in the hospital is that the medical record officer is not careful in storing medical records, because there are still often errors when reading the numbers written. Another factor is in the facilities and infrastructure of the storage room, because there is no tracer as a substitute for medical records that come out of the shelves. The advice is always to use tracers to replace medical records that come out, so as not to misfiled the alignment of medical records.Misfiled adalah kesalahan dalam penyimpanan rekam medis, ataupun tidak ditemukannya rekam medis di rak penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian misfiled di rak penyimpanan rekam medis RSUD Dr. Adjidarmo Kab. Lebak Tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis pendekatan kuantitatif dengan cara melakukan observasi dan wawancara. Hasil penelitian dengan 99 sampel diketahui bahwa 9 (9,1%) yang misfiled dan yang tidak misfiled berjumlah 90 (90,9%). Sebagian besar rekam medis yang terjadi misfiled tersebut karena tidak sesuai pada rak semestinya atau dokumen rekam medis yang terletak pada rak lain. RSUD Dr. Adjidarmo Kab. Lebak menggunakan sistem penyimpanan sentralisasi dan sistem penjajaran terminal digit filing. Faktor pertama penyebab terjadinya misfiled di Rumah Sakit tersebut adalah petugas penyimpanan yang diketahui kurangnya tenaga kesehatan rekam medis. Faktor lainnnya adalah pada sarana dan prasarana ruang penyimpanan, dikarenakan belum adanya tracer sebagai pengganti rekam medis yang keluar dari raknya. Saran selalu menggunakan tracer untuk menggantikan rekam medis yang keluar, agar tidak terjadinya misfiled pada penjajaran rekam medis
TINJAUAN KEBUTUHAN TENAGA ALIH MEDIA REKAM MEDIS DI RSIJ CEMPAKA PUTIH JAKARTA
Alih media rekam medis merupakan proses pemindahan rekam medis inaktif berbasis kertas ke dalam bentuk file (micro film, file dalam hard disk, file dalam compact disc) dengan tujuan agar lebih efisien. Metode ABK-Kes adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDMK berdasarkan pada beban kerja. Penelitian ini mengenai Tinjauan Kebutuhan Tenaga Alih Media Rekam Medis di RSIJ Cempaka Putih Jakarta menggunakan metode ABK-Kes. Tujuan penelitian menghitung kebutuhan tenaga alih media rekam medis. Penelitian menggunakan metode ABK-Kes. Dengan sampel yang berjumlah 100 berkas rekam medis yang telah dihitung menggunakan rumus slovin. Hasil penelitian Standar Prosedur Operasional (SPO) Alih Media masih mengacu kepada SPO Retensi, karena SPO pada bagian Alih Media belum tersedia. Jam kerja petugas dari pukul 07.30-16.30 WIB atau setara dengan 40 jam/minggu. Sementara hasil perhitungan standar beban kerja petugas yaitu 662.840. Faktor Tugas Penunjang sebesar 2,34% dan Standar Tugas Penunjang sebesar 1,02. Hasil kesimpulan Rekapitulasi SDMK Alih Media Rekam Medis yang dibutuhkan berjumlah 6 orang sedangkan saat ini petugas hanya 1 orang. Saran sebaiknya ada penambahan SDM alih media sebanyak 5 orang dengan kriteria minimal lulusan D3 Perekam Medis dan Informasi kesehatan sesuai kompetensinya
TINJAUAN KELENGKAPAN PENGISIAN RINGKASAN PULANG REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSU ADHYAKSA
Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Unit kerja rekam medis besar perananya dalam kegiatan – kegiatan rumah sakit yaitu, dengan melayani dengan cepat, tepat waktu, lengkap dan kapan saja terhadap permintaan – permintaan catatan medis yang diperlukan. Resume Medis adalah informasi yang terdapat dalam ringkasan riwayat keluar semua pasien selama perawatan dan pengobatan pasien yang telah diusahakan oleh tenaga kesehatan dan pihak terkait, lembar ini harus ditandatangani oleh dokter yang merawat pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi SOP, menentukan persentase kelengkapan ringkasan pulang dan mengetahui faktor-faktor penyebab ketidaklengkapan ringkasan pulang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi analisis kuantitatif, dan pedoman wawancara. Berdasarkan hasil Rekapitulasi kelengkapan pengisian ringkasan pulang rawat inap secara analisis kuantitatif terhadap 77 Rekam Medis didapatkan hasil tertinggi pada komponen identifikasi pasien yaitu 100%. Pada komponen laporan yang penting didapatkan hasil tertinggi 99% pada sub komponen tanggal masuk dan keluar dan ringkasan riwayat penyakit dan untuk kelengkapan terendah pada sub komponen penunjang lain yaitu 52%. Pada komponen autentifikasi penulis didapatkan hasil tertinggi pada sub komponen tanda tangan dokter yaitu 92% dan untuk hasil terendah pada sub komponen nama dokter yaitu 82%
KARAKTERISTIK PASIEN MENINGGAL AKIBAT CORONA VIRUS DISEASE DI RSUD KOJA
Corona Virus Disease merupakan jenis virus yang dapat mengakibatkan infeksi pada saluran pernapasan atas (ISPA), yang menimbulkan gejala ringan hingga berat. Virus COVID-19 dapat mengakibatkan penyakit yang lebih serius misalnya pneumonia. Tanggal 2 Maret 2020 pertama kali kasus COVID-19 dilaporkan di Indonesia. Virus COVID-19 dengan cepat menyebar dan meningkat pesat di Indonesia dengan peningkatan jumlah yang terus bertambah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi pasien meninggal akibat Coronavirus Disease (COVID-19) di RSUD Koja. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah rekam medis pasien meninggal akibat COVID-19 bulan Juli 2020 sampai dengan Desember 2020. Dari hasil pengambilan sampel menggunakan rumus slovin didapatkan jumlah sampel sebanyak 81 rekam medis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus terkonfirmasi COVID-19 tertinggi terjadi pada kelompok usia ≥ 60 tahun dengan jumlah 44 %, berjenis kelamin laki-laki 61%, penyakit gagal ginjal 51%, diabetes mellitus 35%, Congestive heart failure 19%, hipertensi 16%. Kesimpulan: Sebagian besar karakteristik pasien meninggal karena kasus COVID-19 paling tinggi usia ≥ 60 tahun, laki-laki, riwayat komorbid chronic kidney disease (CKD), diabetes mellitus, penyakit kardiovaskula
ANALISIS KELENGKAPAN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHAKTI MULIA TAHUN 2022
Kelengkapan informasi dalam pengisian rekam medis dapat menjadi masalah, karena rekam medis dapat memberikan informasi terinci tentang apa yang sudah terjadi kepada pasien selama berada di rumah sakit, hal ini pun berdampak pada mutu rekam medis serta terhadap pelayanan yang diberikan terhadap rumah sakit. Syarat rekam medis yang bermutu adalah terkait kelengkapan isian rekam medis. RS Bhakti Mulia telah memiliki Standar Prosedur Operasional tentang pengisian rekam medis rawat inap, namun belum 100% sesuai dan masih terdapat hambatan dalam pelaksanaannya Mengetahui gambaran kelengkapan isi rekam medis pasien rawat inap di Rumah Sakit Bhakti Mulia.Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan cara memberikan gambaran dan menjelaskan hasil yang didapat secara lengkap.Hasil analisis kuantitatif dari 97 rekam medis rawat inap didapatkan kelengkapannya dengan persentase 78,75%, pada komponen Identifikasi Pasien dengan persentase 89%, Catatan yang Penting dengan persentase 85,25%, Autentikasi Penulis dengan persentase 48,75%, dan Catatan yang Baik dengan persentase 92%.Kesimpulan yang dapat dilihat bahwa pengisian rekam medis rawat inap pada tahun 2022 di RS Bhakti Mulia masih belum mencapai 100% dikarenakan keterbatasan waktu dokter dalam mengisi rekam medis dan sering terlewat beberapa formulir sehingga tidak terisi. ketidaklengkapan dari rekam medis rawat inap yaitu membuat angka review rekam medis rawat inap menjadi tidak bagus dan membuat proses kelanjutan pengobatan terganggu karena riwayat pengobatan pasien tidak lengkap
TINJAUAN KELENGKAPAN REKAM MEDIS RAWAT INAP PADA KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT MARINIR CILANDAK
Rekam medis harus dibuat secara tertulis dan terisi dengan lengkap guna dapat dipergunakan untuk keperluan khusus. Di Rumah Sakit Angkatan Laut Marinir Cilandak masih ditemukan rekam medis yang pengisiannya masih belum lengkap padahal rekam medis sangat penting sebagai sumber informasi untuk mengindeks rekam medis serta menyiapkan laporan ke rumah sakit dan Dinas Kesehatan. Data yang dianalisis adalah rekam medis rawat inap pada kasus Demam Berdarah Dengue. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, analisis yang dipakai adalah analisis kuantitatif kelengkapan rekam medis. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 81 rekam medis rawat inap pada kasus Demam Berdarah Dengue didapatkan total kelengkapan rekam medis rawat inap pada kasus Demam Berdarah Dengue sebesar 90,12% dan 4 komponen analisis kuantitatif yaitu identitas pasien diisi dengan lengkap 86,41%, laporan penting di isi lengkap 92,59%, autentifikasi penulis diisi lengkap 85,18%, catatan yang baik di isi lengkap 96,29%. Peningkatan pengisian kelengkapan rekam medis dapat dilakukan dengan cara sosialisasi hasil pengisian rekam medis kepada dokter dan perawat, komite rekam medis sehingga menyadari bahwa pengisian dengan lengkap dapat menciptakan rekam medis yang berkualitas dan dapat di pertanggung jawabkan keaslian dari rekam medis tersebut
TINJAUAN KEBUTUHAN RAK PENYIMPANAN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT ANANDA BEKASI
Ruang penyimpanan rekam medis tekadang menjadi suatu hal yang terabaikan. Banyak unit rekam medis yang kurang memperhatikan kelengkapan sarana dan prasarana ruang penyimpanan rekam medis. Bila kita perhatikan masih banyak unit rekam medis yang memiliki ruang penyimpanan terbatas. Hal ini disebabkan karena kelengkapan ruang yang kurang memadai sehingga menyebabkan ruangan kurang nyaman. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan jumlah rak rekam medis dan luas ruang penyimpanan untuk 5 tahun mendatang. Jenis penelitian ini dengan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Instrumen penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Hasil dari penelitian ini adalah jumlah rak penyimpanan rekam medis yang ada di Rumah Sakit Ananda Bekasi saat ini berjumlah 22 rak dan memiliki luas ruangan 49,31m2. Sebaiknya rekam medis inaktif dialih media, dengan melakukan scanner lembar rekam medis yang penting-penting seperti resume medis, persetujuan operasi, laporan operasi, bukti bayi baru lahir dan lain-lain. Agar rak rekam medis inaktif bisa digunakan untuk penyimpanan rekam medis akti
Faktor Yang Berpengaruh Dalam Penggunaan Sistem INA CBGs Di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi
The implementation of the financing system in hospitals using the INA-CBGs system. The INA-CBGs system is a payment made at a package rate covering all components of resources in hospitals used in services, both medical and non-medical services. This research aims to identify the application of the INA-CBGs system and factors influencing the 6M method. The method used in this research is descriptive analysis with a qualitative approach. Descriptive analysis is the process of analyzing, explaining and summarizing events and phenomena from data obtained through interviews and field observations directly regarding the use of the INA-CBGs system. The results showed that the influence factor in the use of the INA-CBGs system can be reviewed from 6M. Man, the influence of humans is the incompatibility of the required crew with officers who do three jobs at once, the incompatibility of the educational background of outpatient coding officers with professional standards and the lack of implementation of special training regarding the INA-CBGs system. Materials, the influence of this factor is the unavailability of ICD-10 and ICD-9-CM books in casemix. Machines, the influence of machine factors, namely sometimes the internet is less stable and the lack of printer machines provided. Methods, the influence of the method factor, namely the unformed SPO from the hospital regarding the use of the INA-CBGs system. Money, the supporting factor is that there is a reward in overtime to encourage officers, while the obstacle is the difference in hospital costs and INA-CBGs packages. Market, supporting influence in the target market, namely inpatient BPJS patients with class 3 selection
TINJAUAN PENGELOLAAN REKAM MEDIS MENGGUNAKAN TEORI HOT-FIT DI RUMAH SAKIT KHUSUS JIWA SOEPRAPTO BENGKULU
Sistem informasi rumah sakit (SIMRS) merupakan suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang berkaitan dengan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian informasi, analisis data dan penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit. Penelitian ini menggunakan metode HOT- Fit yang menempatkan komponen penting dalam SIMRS. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mengevaluasi SIMRS dengan metode Hot-Fit di RSJKO Soeprapto Bengkulu. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan wawancara terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada aspek human(manusia) dibutuhkan SDM pada bidang IT yang lebih banyak. Aspek organization(organisasi) pihak rumah sakit belum melakukan evaluasi dan pengawasan rutin terhadap pengelolaan SIMRS. Aspek technology(teknologi), SIMRS di RSJKO Soeprapto Bengkulu sudah mempunyai keamanan sistem yang terjaga. Pada aspek net benefit(manfaat) petugas mengatakan SIMRS memudahkan pekerjaan dan meningkatkan mutu pelayanan pasien. Simpulan dari pnelitian ini adalah pada ada variabel human (manusia), masih kurangnya jumlah petugas dibidang IT, kemampuan petugas dalam mengoperasikan sistem sudah berjalan baik dengan mengikuti pelatihan, petugas merasakan kepuasan dan manfaat dari SIMRS.Pada variabel organization (organisasi), kekurangan tenaga IT dan pihak rumah sakit belum melakukan evaluasi dan pengawasan oleh petugas IT tehadap SIMRS. Pada variabel technology (teknologi), SIMRS sudah memiliki keamanan sistem yang terjamin. Petugas pendaftaran rawat jalan mengeluhkan bahwa terkadang SIMRS tidak bisa melakukan pengeditan data sehingga data yang dihasilkan tidak akurat.Pada variabel net benefit (manfaat), dengan adanya SIMRS petugas merasakan manfaat yang positif dengan mempermudah pekerjaan
TINJAUAN KETEPATAN KODEFIKASI DIAGNOSA UTAMA RAWAT INAP KASUS DIABETES MELLITUS DI RSUD KOJA
Coding officers must understand their roles and duties in generating accurate codes for reporting data in order to produce useful information. The coding of the diagnosis must be correct, because if it is not correct it will affect the management of clinical data, billing costs, and other matters related to health care care. Based on this, the researchers conducted a study on the accuracy of the diagnosis code at Koja Hospital by taking cases of Diabetes Mellitus inpatients in 2020. The purpose of this study was to get an overview of the accuracy of coding the diagnosis of Diabetes Mellitus cases in 2020 and identify the SOP for Code Giving at Koja Hospital. The research started from October - December 2020. The research method is a descriptive method. Researchers took 60 samples obtained using the Slovin formula. From a total of 60 samples studied, there are 51 (85%) medical record documents that are correct in coding and there are 9 (15%) medical record documents that are not correct in coding. It can be concluded that the coding of the diagnosis of Diabetes Mellitus in Koja Hospital is high. However, there are still some errors in coding. The main factor that becomes an obstacle is the communication factor of the medical record officer in the coding section with the nurse or doctor. It is better for the coding officer to establish more communication if there is a diagnosis that is not understood