53 research outputs found
PERFORMA PERTUMBUHANOithona sp. PADA KULTUR MASAL DENGAN PEMBERIAN KOMBINASI PAKAN SEL FITOPLANKTON DAN ORGANIK YANG DIFERMENTASI
Oithona sp. dapat dipakai sebagai pakan penyelang antara rotifer dan Artemia, atau sebagai
substitusi/pengganti Artemia, tetapi sampai saat ini keberadaannya belum dimanfaatkan
secara optimal. Pemberian pakan organik (tepung ampas tahu, bekatul dan tepung ikan)
yang difermentasi dengan menggunakan mikroba probiotik, selain sel fitoplankton
(Chaetoceros calcitrans) bertujuan untuk meningkatkan kandungan C-organik dan Norganik
yang dibutuhkan bakteri, karena Oithona sp membutuhkan bakteri dan partikelpartikel
organik hasil perombakan oleh bakteri sebagai pakannya. Tujuan penelitian ini
untuk mengkaji pengaruh dan dosis kombinasi pakan sel fitoplankton dan organik yang
difermentasi, yang memberikan performa pertumbuhan terbaik pada kultur masal Oithona
sp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kombinasi 50% pakan sel fitoplankton
(C. calcitrans) dan 50% pakan organik yang difermentasi berpengaruh nyata (p<0,05) dan
memberikan performa pertumbuhan Oithona sp. terbaik yaitu kepadatan total mencapai
15,5±0,69 ind./mL; tingkat pertumbuhan spesifik populasi 0,171±0,003 ind./hari dan
produksi telur 14,21±2,62 butir/ind
Pemberian Pakan Buatan Berbentuk Pasta Dengan Dosis Protein Berbeda Terhadap Pertumbuhan, Efisiensi Pemanfaatan Pakan dan Kelulushidupan Benih Sidat (Anguilla bicolor)
Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh dosis protein yang berbeda dalam pakan buatan berbentuk pasta terhadap pertumbuhan spesifik (SGR), rasio efisiensi protein (PER), efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), rasio konversi pakan (FCR) dan kelulushidupan (SR) benih sidat, Anguilla bicolor. Benih sidat dipelihara dalam ember plastik dengan volume air 10 L dan kepadatan 15 ekor dengan rata-rata bobot individu 1,45±0,15 g. Waktu pemeliharaan dilakukan selama 42 hari. Metode eksperimen dan rancangan acak lengkap (RAL) diterapkan pada penelitian ini dengan menggunakan 4 perlakuan dan masing-masing 3 ulangan. Perlakuan itu adalah A, B, C, dan D yang diberikan pakan buatan berbentuk pasta dengan dosis protein masing-masing sebesar 34,30; 38,84; 43,97; dan 49,58 %. Variabel yang diukur adalah SGR, PER, EPP, FCR, dan SR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan buatan berbentuk pasta dengan dosis protein yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata (P0,05) terhadap SR benih sidat. Perlakuan B (38,84%) menunjukkan dosis protein yang terbaik untuk laju pertumbuhan benih sidat daripada perlakuan yang lain.
Kata kunci: Pakan pasta, Protein berbeda, Pertumbuhan, Efisiensi Pakan, A. bicolo
Pemberian Pakan Buatan Berbentuk Pasta Dengan Dosis Protein Berbeda Terhadap Pertumbuhan, Efisiensi Pemanfaatan Pakan dan Kelulushidupan Benih Sidat (Anguilla bicolor)
Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh dosis protein yang berbeda dalam pakan buatan berbentuk pasta terhadap pertumbuhan spesifik (SGR), rasio efisiensi protein (PER), efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), rasio konversi pakan (FCR) dan kelulushidupan (SR) benih sidat, Anguilla bicolor. Benih sidat dipelihara dalam ember plastik dengan volume air 10 L dan kepadatan 15 ekor dengan rata-rata bobot individu 1,45±0,15 g. Waktu pemeliharaan dilakukan selama 42 hari. Metode eksperimen dan rancangan acak lengkap (RAL) diterapkan pada penelitian ini dengan menggunakan 4 perlakuan dan masing-masing 3 ulangan. Perlakuan itu adalah A, B, C, dan D yang diberikan pakan buatan berbentuk pasta dengan dosis protein masing-masing sebesar 34,30; 38,84; 43,97; dan 49,58 %. Variabel yang diukur adalah SGR, PER, EPP, FCR, dan SR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan buatan berbentuk pasta dengan dosis protein yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata (P0,05) terhadap SR benih sidat. Perlakuan B (38,84%) menunjukkan dosis protein yang terbaik untuk laju pertumbuhan benih sidat daripada perlakuan yang lain.
Kata kunci: Pakan pasta, Protein berbeda, Pertumbuhan, Efisiensi Pakan, A. bicolo
Pemanfaatan Limbah Organik Peternakan dan Pertanian Hortikultura Untuk Peningkatan Produksi dan Nilai Nutrisi Pada Budidaya Pakan Alami Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perbedaan sumber bahan organik dalam media budidaya pakan alami cacing tanah (L. rubellus), dan untuk mengetahui sumber bahan organik dalam media budidaya yang memberikan produksi biomassa dan nilai nutrisi pakan alami cacing tanah (L. rubellus) terbaik. Metode eksperimen akan dikembangkan dalam penelitian ini dengan rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap, 4 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu : A. penggunaan 50% kompos organik limbah perkotaan dan 50% kotoran sapi sebagai media budidaya cacing tanah (L. rubellus), B. penggunaan 50% kompos organik limbah perkotaan dan 50% kotoran sapi sebagai media budidaya cacing tanah (L. rubellus) ditambah jus limbah buah busuk sebanyak 3 %, C. penggunaan 50% kompos organik limbah perkotaan dan 50% kotoran sapi sebagai media budidaya cacing tanah (L. rubellus) ditambah Jus limbah sayur busuk sebanyak 3 %, D. penggunaan 50% kompos organik limbah perkotaan dan 50% kotoran sapi sebagai media budidaya cacing tanah (L. rubellus) ditambah jus campuran limbah buah dan sayur busuk sebanyak 3 % dari media. Data yang akan didapatkan adalah variabel-variabel Laju Pertumbuhan Relatif (RGR), Total Produksi Biomassa (TPB), dan Nilai Nutrisi (Protein) Cacing Tanah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan sumber bahan organik yang berbeda kedalam media budidaya pakan alami cacing tanah (L. rubellus) berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap laju pertumbuhan relatif, total produksi biomassa dan nilai/kandungan nutrisi (protein) cacing tanah. Penggunaan 50% kompos organik limbah perkotaan dan 50% kotoran sapi sebagai media budidaya cacing tanah (L. rubellus) ditambah jus limbah buah busuk sebanyak 3 % menunjukkan hasil yang terbaik terhadap laju pertumbuhan relatif, total produksi biomassa dan nilai/kandungan, masing-masing sebesar 2,73±0,12%; 410,00±17,32 g dan 72,26±1,35%. Penambahan jus limbah buah-buah dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cacing tanah, sehingga menjadi rekomendasi untuk diterapkan sebagai pengkayaan media cacing tanah oleh pembudidaya
PEMANFAATAN FERMENTASI LIMBAH ORGANIK AMPAS TAHU, BEKATUL DAN KOTORAN AYAM UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS KULTUR CACING SUTERA (Tubifex sp)
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pengkayaan media kultur dan perbandingan komposisi limbah organik ampas tahu, bekatul dan kotoran ayam yang difermentasi yang memberikan hasil produksi dan kualitas terbaik bagi cacing sutera (Tubifex sp). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Perlakukan yang digunakan adalah pemberian pengkayaan media kultur dengan dosis yang berbeda, yaitu : Perlakuan A: Kotoran Ayam 100% ; Perlakuan B: Kotoran Ayam 50%, Ampas tahu 35% dan bekatul 15%; Perlakuan C: Kotoran Ayam 50%, Ampas tahu 25% dan bekatul 25% dan Perlakuan D: Kotoran Ayam 50%, Ampas tahu 15% dan bekatul 35%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) Pengkayaan media kultur melalui fermentasi limbah organik ampas tahu, bekatul dan kotoran ayam berpengaruh terhadap Pertumbuhan Biomassa Mutlak dan Kandungan Protein namun tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Panjang Mutlak cacing sutera (Tubifex sp), (2) Perbandingan komposisi limbah organik kotoran ayam 50%, ampas tahu 35% dan bekatul 15% dan memberikan hasil produksi dan kualitas terbaik bagi cacing sutera (Tubifex sp).
Kata Kunci : cacing sutera (Tubifex sp), fermentasi, limbah organik, ampas tahu, bekatul, kotoran aya
PEMANFAATAN FERMENTASI LIMBAH ORGANIK AMPAS TAHU, BEKATUL DAN KOTORAN AYAM UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI KULTUR DAN KUALITAS CACING SUTERA (Tubifex sp)
The Effect of enrichment culture media through the combination of fermented tofu waste, rice bran,
chicken manure to increase the production and quality of silk worm, Tubifex sp. was studied in this research.
The experiment method was employed in this research by using complitely randomized design pattern with four
treatments and three replicates, respectively. Those treatments were the combinations of 0% tofu waste, 0% rice
bran, and 100% chicken manure (A), 35% tofu waste, 15% rice bran, and 50% chicken manure (B), 25% tofu
waste, 25% rice bran, and 50% chicken manure (C), and 15% tofu waste, 35% rice bran, and 50% chicken
manure as D treatment.
The results shown that the enrichment culture media through the combination of tofu waste, rice bran,
and chicken manure were siqnificantly effect (p<.05) on the total biomass production and protein content, but no
siqnificantly effect on the total length growth of silk worm, Tubifex sp. However, the combination of 35% tofu
waste, 15 rice bran, and 50% chicken manure was the best production and quality of silk worm, Tubifex sp.
Key word : Tubifex sp., agriculture organic wastes, fermentation, quality, and culture productio
Oral Administration of Hotâwater Extract of Tropical Brown Seaweed, Sargassum cristaefolium, to Enhance Immune Response, Stress Tolerance, and Resistance of White Shrimp, Litopenaeus vannamei, to Vibrio parahaemolyticus
The efficacy of hotâwater extract of tropical brown seaweed, Sargassum cristaefolium (SCE), supplemented in diets on immune response, stress tolerance, and disease resistance of Litopenaeus vannamei to Vibrio parahaemolyticus was evaluated. Shrimp were fed diets containing graded levels of SCE (0, 250, 500, 750, and 1000âmg/kg). The results showed that shrimp fed all diets containing SCE had significantly higher (Pâ<â0.05) immune response in total hemocyte count (THC), differential hemocyte count (granular and hyaline cells), and phagocytic activity than those of shrimp fed the control diet. Similarly, in low dissolved oxygen stress tolerance test and the challenge test with V. parahaemolyticus, survival rates of shrimp fed all diets containing SCE were significantly higher (Pâ<â0.05) (83â93% in stress test and 27â47% in challenge test) than those of shrimp fed the control diet (77 and 3.3%, respectively). These results suggest that oral administration of SCE at 500 and 750âmg/kg can be effectively used to enhance immune response, stress tolerance, and resistance of white shrimp, L. vannamei, against V. parahaemolyticus infection. These findings also confirm that using dietary SCE as immunostimulant is effective at increasing the nonspecific immune system in penaeid shrimp, L. vannamei
Efek penambahan tepung spirulina sp. dalam pakan buatan terhadap kecerahan warna dan performa pertumbuhan ikan cupang halfmoon (Betta splendens)
Ikan cupang halfmoon (Betta splendens) memiliki nilai ekonomis tinggi di pasaran. Variasi warna dan bentuk sirip yang beragam menjadi daya tarik ikan cupang. Warna dalam ikan disebabkan oleh adanya faktor sel kromatofor yang terdapat pada bagian dermis (kulit). Salah satu langkah untuk mendapatkan warna cerah merata dengan memberikan penambahan sumber pigmen kedalam pakan. Salah satu sumber pigmen yaitu tepung spirulina. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh tepung spirulina terhadap warna tubuh ikan cupang halfmoon (Betta splendens). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Karantina Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang pada bulan Agustus â Oktober 2023. Penelitian menggunakan metode eksperimen, rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah penambahan tepung spirulina dalam pakan buatan dengan dosis A (0%), B (2%), C (4%), dan D (6%) dalam pakan. Ikan uji yang digunakan adalah ikan cupang jenis halfmoon dengan ukuran panjang rata-rata 5,19±0,29 cm dengan padat tebar 4 ekor/toples. Pemeliharaan ikan cupang dilakukan selama 40 hari dengan metode pemberian pakan at satiation. Pengukuran kecerahan warna menggunakan software Adobe Photoshop CS6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung spirulina dalam pakan komersial memberikan pengaruh nyata (P0,05) terhadap kelulushidupan. Berdasarkan hasil tersebut didapatkan dosis terbaik penambahan tepung spirulina yaitu pada dosis 6% yang menghasilkan selisih nilai hue sebesar (16±1,03)
Efek pakan buatan yang mengandung tepung daun kangkung air (Ipomoea aquatica) yang telah difermentasi terhadap tingkat konsumsi pakan, efisiensi pakan dan pertumbuhan benih ikan nila merah (Oreochromis sp.)
Ikan nila merah (Oreochromis sp.) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang memiliki prospek baik untuk dikembangkan. Dalam pengembangan budidaya ikan nila merah masih memiliki suatu kendala yaitu efisiensi pemanfaan pakan yang masih rendah. Hal tersebut dapat diatasi dengan cara penambahan fermentasi tepung daun kangkung air yang dapat beperan dalam sintesis protein yang mampu meningkatkan pertumbuhan pada ikan nila merah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penambahan tepung daun kangkung air yang telah difermentasi dalam pakan buatan terhadap total konsumsi pakan, efisiensi pakan dan pertumbuhan benih ikan nila merah (Oreochromis sp.). Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila merah (Oreochromis sp.) dengan berat rata-rata yaitu 1,69±0,30 g/ekor. Ikan uji dipelihara selama 31 hari dengan padat tebar 15 ekor. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL) terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan yaitu perlakuan penambahan fermentasi tepung kangkung air dengan dosis masing-masing sebesar A (0%), B (5%), C (10%), D (15%) dan E (20%). Data yang diamati meliputi total konsumsi pakan (TKP), efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), protein efisiensi rasio (PER), laju pertumbuhan relatif (RGR), kelulushidupan (SR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fermentasi tepung daun kangkung air memberikan pengaruh nyata (P0,05) pada SR. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dosis optimal fermentasi tepung daun kangkung air yang dapat ditambahkan dalam pakan buatan untuk benih ikan nila merah adalah sebesar 14,70â16,14%.Kata kunci: fermentasi, ikan nila merah, kangkung air, pakan, pertumbuha
PENGARUH PERBEDAAN SALINITAS MEDIA KULTUR TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN Oithona sp.
ABSTRAK
Oithona sp. merupakan salah satu jenis copepoda yang berpotensi untuk dikembangkan
sebagai substitusi pakan pengganti Artemia, karena mempunyai kandungan nutrisi yang
lebih baik terutama kandungan HUFA (EPA dan DHA) yang lebih tinggi. Walaupun
demikian keberadaannya belum dimanfaatkan secara optimal karena belum banyak
informasi terkait pengembangan kultur Oithona sp. terutama salinitas media kultur.
Penelitian ini telah dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh perbedaan salinitas
terhadap performa pertumbuhan Oithona sp., dan mengetahui nilai salinitas yang
memberikan performa pertumbuhan Oithona sp. terbaik. Metode eksperimental telah
digunakan dalam penelitian ini melalui desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5
perlakuan dan 3 kali ulangan. Kultur Oithona sp. dilakukan di botol kaca volume 10 ml
dan kepadatan awal 1 ind/ml. Pemeliharaan dilakukan selama 16 hari. Perlakuan dalam
penelitian ini yaitu A (salinitas 15 ppt), B (salinitas 20 ppt), C (salinitas 25 ppt), D
(salinitas 30 ppt), E (salinitas 35 ppt). Fitoplankton yang digunakan yaitu kombinasi
Chaetoceros calcitrans dan Isochrysis galbana, dengan dosis masing â masing 5,1 x 105
sel/ml dan 2,3 x 105 sel/ml per satu individu Oithona sp. Hasil penelitian menunjukkan
perlakuan salinitas yang berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap performa
pertumbuhan Oithona sp. Performa pertumbuhan Oithona sp. terbaik yaitu terjadi pada
media pemeliharaan salinitas 15 ppt. Kepadatan total puncak Oithona sp. pada salinitas 15
ppt mencapai 47,20±1,808 ind/ml, laju pertumbuhan sebesar 0,241±0,002 ind/ml dan laju
produksi telur sebesar 20,163±0,814 telur/ind
- âŠ