17 research outputs found

    Pengaruh Curah Hujan Terhadap Produksi dan Produktivitas Padi di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

    Get PDF
    Salah satu unsur iklim yang dapat digunakan sebagai indikator terhadap produksi dan produktivitas padi adalah curah hujan. Oleh karena itu penting untuk menganalisis korelasi curah hujan terhadap produksi dan produktivitas padi di Kecamatan Percut Sei Tuan, yang merupakan salah satu sentra produksi beras di Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh curah hujan terhadap produksi dan produktivitas padi di Kecamatan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara pada tahun 2017–2021. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa curah hujan, yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika Sampali dan data Produksi dan Produktivitas padi serta data pendukung lainnya seperti luas lahan sawah irigasi dan non irigasi; luas tanam dan luas panen; musim tanam dan varietas padi yang ditanam di Kecamatan Percut Sei Tuan. Metode penelitian menggunakan analisis korelasi. Hasil analisis menunjukkan ada pengaruh nyata antara curah hujan dengan produksi dan produktivitas padi di Kecamatan Percut Sei Tuan. Semakin tinggi curah hujan maka produksi dan produktivitas padi semakin menurun. Hal ini terjadi tahun 2020 dan 2021, dimana jumlah curah yang tinggi (358,75 mm/bulan dan 238,75 mm/bulan) melebihi curah hujan normal akibatnya terjadi banjir, sehingga tanaman padi terendam air dan berdampak terhadap penurunan produksi dan produktivitas padi. Hal ini didukung dengan topologi di Kecamatan Percut Sei Tuan terletak di pesisir pantai yang sangat mendukung terjadinya banjir rob jika musim penghujan akibat naiknya air di permukaan laut

    Potensi gen-gen ketahanan cekaman biotik dan abiotik pada padi lokal Indonesia: A Review

    Get PDF
    Padi lokal merupakan plasma nutfah yang memiliki potensial sebagai sumber gen-gen yang mengendalikan sifat-sifat  penting pada tanaman padi. Padi lokal memiliki keunggulan tertentu karena telah dibudidayakan secara turun-temurun dan telah beradaptasi baik dengan berbagai kondisi iklim dan lahan spesifik. Keragaman genetik yang tinggi pada padi lokal dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan padi. Salah satu upaya sistematis yang harus dilakukan adalah menginventarisasi padi-padi lokal yang masih eksis untuk mendapatkan varietas-varietas yang memiliki potensi mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan biotik yang kurang menguntungkan terutama terhadap hama dan penyakit dan lingkungan abiotik seperti suhu rendah, salinitas, lahan masam, kekeringan, dan kondisi lingkungan suboptimal lainnya. Tujuan dari inventarisasi terhadap padi-padi lokal adalah untuk memperoleh donor gen dalam perakitan varietas tahan terhadap cekaman biotik (hama dan penyakit) maupun cekaman abiotik (kekeringan, salinitas tinggi, suhu rendah), yang sangat diperlukan dalam program pemuliaan padi. Koleksi varietas lokal yang memiliki gen-gen ketahanan harus dilestarikan dan ditingkatkan untuk menjadi varietas yang lebih unggul dalam rangka mendukung program ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan, serta percepatan swasembada pangan pokok dan lumbung pangan dunia 2045

    EKSPLORASI DAN INTENSIFIKASI PADI LOKAL MELALUI MODIFIKASI SISTEM BUDIDAYA DI LAHAN KERING DATARAN RENDAH KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA

    Get PDF
    Penelitian bertujuan untuk memperoleh keragaman genotipe padi lokal di Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara, yang memiliki karakter unggul, resisten terhadap cekaman kekeringan dan naungan, berpotensi dikembangkan menjadi varietas unggul lokal yang dapat dibudidayakan di lahan kering dataran rendah di Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara, sebagai tanaman sela di antara barisan tanaman pisang. Penelitian ini dimulai bulan September 2019 dan berakhir Juni 2021. Hasil eksplorasi keragaman genetik padi lokal di Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara, ditemukan 24 genotipe padi lokal yang berasal dari 23 desa di 13 kecamatan. Hasil karakteristik morfologi secara ex-situ diperoleh karakter unggul di antaranya : diameter batang tebal dengan indikasi sosok batang tahan rebah, kebiasaan tumbuh batang terbuka yang cocok dibudidayakan di habitat teduh atau ternaungi, jumlah anakan produktif tinggi, ukuran malai panjang, bentuk dan warna beras yang beragam. Hasil identifikasi genotipe padi lokal Deli Serdang, pada kondisi cekaman kekeringan dengan PEG 6000 (20%), diperoleh enam genotipe padi lokal resisten terhadap kekeringan berdasarkan indeks toleransi, probabilitas tahan kekeringan, pada variabel daya perkecambahan, panjang dan jumlah akar tembus lilin, bobot kering tanaman dan kandungan Proline. Keenam genotipe tersebut adalah Gemuruh, Ramos Merah, Arias, Sialus, Silayur, dan Sirabut. Selanjutnya genotipe-genotipe tersebut diuji dengan perlakuan cekaman kekeringan ketersediaan air 1/3 KL dan 2/3 KL dan diuji resistensinya terhadap naungan dengan menggunakan paranet 70%. Hasil uji kedua perlakuan diperoleh dua genotipe padi ladang yaitu Silayur dan Sirabut yang lebih resisten terhadap cekaman kekeringan maupun naungan. Selanjutnya genotipe Silayur dan Sirabut dibudidayakan di antara barisan tanaman pisang sebagai tanaman sela dengan menggunakan dua sistem tanam (tegel dan jajar legowo 2:1) dan dua kombinasi pemupukan (pupuk organik + NPK dan pupuk organik + Urea, SP36 an KCl). Diperoleh rata-rata produktivitas gabah per plot tertinggi, terdapat pada Silayur dengan sistem tegel yaitu 401,86 g/plot (2,01 ton/ha). Rata-rata produktivitas gabah per plot tertinggi terdapat pada Sirabut yaitu 596,09 g/plot (2,98 ton/ha) dengan pemberian pupuk organik 10 ton/ha + Urea 200 kg/ha, SP36 100 kg/ha dan KCl 100 kg/ha. Kata kunci: cekaman kekeringan, cekaman naungan, Deli Serdang, padi lokal, padi ladan

    Keragaan Kuantitatif dan Kualitatif Beberapa Varietas Jagung Manis (Zea mays saccharata) dengan Sistem Tanam Konvensional dan Jajar Legowo

    Get PDF
    Berbagai jenis jagung yang dibudidayakan di Indonesia, salah satu diantaranya adalah jagung manis (Zea mays saccharata), atau sering disebut sweet corn. Banyak faktor yang mempengaruhi produktifitas tanaman jagung manis, selain faktor  genetik, iklim dan kesuburan tanah juga di pengaruhi oleh teknik budidaya tanaman, salah satunya adalah sistem tanam. Sistem tanam yang sering digunakan petani adalah sistem konvensional sementara sistem tanam jajar legowo jarang di gunakan oleh para petani pada tanaman jagung manis. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Kelompok Tani Madani, Jalan Kelapa 3, Komplek Rispa IV, Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian Tempat ±25 meter dpl, dengan topografi datar. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi keragaan kuantitatif dan kualitatif beberapa varietas jagung manis yang di tanam dengan sistem tanam konvensional dan jajar legowo. Rancangan yang digunakan adalah rancangan petak terbagi faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu petak utama yang terdiri dari 3 taraf yaitu P1 (sistem tanam konvensional), P2 (sistem tanam jajar legowo 2:1) dan P3 (sistem tanam jajar legowo 3:1) kemudian anak petak yang terdiri dari V1 (Zm 866), V2 (Baruna), V3 (Bonanza) dan V4 (Exsotic). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan sistem tanam dan varietas serta kombinasi kedua perlakuan berpengaruh terhadap beberapa keragaan kuantitatif dan keragaan kualitatif

    Pengaruh Dosis Pupuk NPK Grower dan POC TOP G2 Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Pulut Hibrida F1 Fictoria (Zea mays Ceratina)

    Get PDF
    Penelitian ini di laksanakan di lahan kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Asahan, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara, dengan topografi datar, ketinggian tempat 22 mdpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari  hingga Maret 2019. Alat – alat yang di gunakan dalam penelitian ini adalah ember, sekop, cangkul, kalkulator, timbangan, papan plot penelitian, papan judul penelitian, patok sample, rol, buku, pensil, pulpen, gembor, dan alat – alat lainnya yang dapat membantu dan mendukung dalam penelitian. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: benih tanaman jagung pulut hibrida FI Victoria, dengan pupuk : ( NPK Grower dan POC TOP G2), media tanam adalah tanah, air, fungisida, pupuk kandang dan bahan – bahan lain yang dapat membantu dan mendukung dalam penelitian. Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah pupuk NPK Grower (N) dengan 4 taraf yaitu N0 = 0 g/plot, N1 = 75 g/plot, N2 =  150 g/plot, N3 = 225 g/plot. Faktor kedua adalah POC TOP G2 dengan 3 taraf, yaitu P0 = 0 ml/liter air, P1 = 1 ml/liter air, dan P2 = 2 ml/liter air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK Grower secara tunggal dengan konsentrasi 225 g/plot, menghasilkan tinggi tanaman hingga 148,83 cm, jumlah daun  10,83 helai, produksi tongkol berkelobot per tanaman 169,12 g, produksi tongkol tanpa kelobot per tanaman 171,42 g, produksi tongkol tanpa kelobot per plot 1,20 kg. Pemberian POC TOP G2 secara tunggal dengan konsentrasi 2 ml/liter air/plot, menghasilkan tinggi tanaman hingga 146,77 cm, jumlah daun  10,96 helai, produksi tongkol berkelobot per tanaman 156,87 g, produksi tongkol tanpa kelobot per tanaman 147,13 g, produksi tongkol berkelobot per plot 1,45 kg dan produksi tongkol tanpa kelobot per plot 1,14 kg. Interaksi antara pemberian pupuk NPK Grower dan POC TOP G2 menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap parameter amatan

    RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DAN FERMENTASI URIN SAPI

    Get PDF
    Penelitian dilaksanakan di Desa Lubuk Cuik Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 11 m di atas permukaan laut dengan topografi datar. Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada Maret sampai Mei 2016. Rancangan penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 16 kombinasi perlakuan, dengan masing-masing 4 taraf pemberian dosis pupuk kandang sapi (S) yaitu S0 : Kontrol S1 : 10 ton/ha (1,5 kg/plot), S2 : 15 ton/ha (2,25 kg/plot), S3 : 20 ton/ha (3 kg/plot) serta 3 taraf pemberian Fermetasi UrinSapi (lamanya fermentasi) (F) yaitu F0 : Kontrol, F1 : Fermentasi 10 hari, F2: Fermentasi 20 hari, F3 : Fermentasi 30 hari. Pemberian dosis pupuk kandang sapi berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat buah pertanaman, dan berat produksi per plot. Dosis pupuk kandang sapi terbaik 3 kg/ Plot. Pemberian fermentasi urine sapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat buah pertanaman, dan berat produksi per plot. Lamanya fermentasi urine sapi terbaik yaitu selama 30 hari. Interaksi perlakuan pupuk kandang sapi dan fermentasi urine sapi menunjukkan pengaruhtidak nyata terhadap tinggi tanaman pada semua parameter yang di amati

    PENGARUH JENIS BAHAN ORGANIK DAN LAMANYA PROSES PENGOMPOSAN TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS VERMIKOMPOS

    Get PDF
    Vermikompos berasal dari bahasa latin vermis yang berarti cacing, dan kompos. Vermicompos berarti pupuk kompos dari sampah biodegradable menjadi pupuk dengan mutu tinggi dengan bantuan cacing tanah (Lumbricus rubellus). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuantitas (bobot vermikompos) dan kualitas (kandungan N, P, K, C/N Ratio, pH, Kadar Air) vermikopos yang dihasilkan dari beberapa jenis bahan organik dan waktu lamanya pengomposan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai  Mei di Dusun Karya Baru, Desa Secanggang, Kec. Secanggang, Kota Stabat. Kab. Langkat, Provinsi Sumatera Utara pada ketinggian tempat 1 m dpl. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 faktor yang  diteliti yaitu jenis bahan organik terdiri dari 3 taraf yaitu  V1 (Kotoran Sapi), V2 (Jerami), V3 (Sampah Kota), dan faktor kedua yaitu lamanya proses pengomposan terdiri atas 3 taraf yatu W1 (4 Minggu), W2 (6 Minggu), W3 (8 Minggu). Setiap perlakuan diulang 3 kali. Percobaan menggunakan keranjang berukuran 60 x 30 cm. Parameter yang diamati, berat vermikompos yang dihasilkan (kg), pertambahan bobot cacing (g), jumlah kokon, berat cacing dari kokon yang telah menetas (g), analisis kandungan vermikompos (N, P, K, C/N rasio, C/N Organik, Kadar air, dan pH). Hasil penelitian menunjukkan berat vermikompos tertinggi terdapat pada kotoran sapi; pertumbuhan cacing tanah terdapat pada jerami padi; kandungan  air pada semua bahan organik masih tergolong tinggi, pH vermikompos pada semua bahan organik dinyatakan nertal yaitu sekitar 6,5 – 7,48 sedangkan C/N rasio dari semua bahan organik masih tergolong tinggi karena melebihi batas maksimum C/N rasio normal, dan untuk N, P, K  dinyatakan tinggi karena melebihi dari batas minimum standar SNI (Standar Nasional Indonesia). Pengaruh lamanya waktu peroses pengomposan terhadap berat vermikompos tertinggi terdapat pada umur 8 minggu waktu  pengomposan, berat cacing tertinggi terdapat pada umur 4 minggu waktu pengomposan. Interaksi antara jenis bahan organik dan lamanya waktu proses pengomposan berpengaruh terhadap berat vermikompos dan pertambahan bobot cacing. Vermikompos tertinggi terdapat pada perlakuan kotoran sapi dengan lamanya waktu pengomposan 4 minggu, pertambahan bobot cacing tertinggi terdapat pada perlakuan jerami dan lamanya waktu pengomposan 8 minggu

    produktivitas padi gogo (Oryza sativa ) yang ditumpangsarikan dengan palawija pada sistem tanam legowo

    Get PDF
    Budidaya padi gogo pada lahan kering merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi padi di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai April 2019. Metode penelitian menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) faktorial dengan 2 faktor yang diteliti yaitu.Faktor petak utama adalah sistem tanam legowo dengan 3 taraf yaitu: L1 (Sistem tanam legowo 2:1) L2 (sistem tanam legowo 3:1) L3 Sistem tanam legowo 4:1 Faktor anak petak adalah tumpang sari palawija dengan 3 taraf yaitu : T0 = Kontrol (tidak ada tumpang sari) T1 = Tanaman kedelai T2 = Tanaman kacang hijau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan sistem tanam legowo berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo sigambiri merah, sistem legowo yang paling tepat adalah legowo 4:1. Pola tanam tumpang sari tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tetapi berpengaruh terhadap produksi padi gogo sigambiri merah. Padi gogo yang tidak ditumpang sarikan dengan tanaman palawija (kontrol) memberikan produksi yang tertinggi. Interaksi terhadap sistem tanam legowo dan tumpang sari tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi

    RESPON BERBAGAI JENIS MULSA DAN PUPUK ORGANIK CAIR BATANG PISANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.)

    Get PDF
    Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor untuk faktor pertama dengan 3 level perlakuan, untuk faktor yang kedua 4 level perlakuan. Faktor pertama adalah perlakuan berbagai jenis mulsa dengan 3 taraf yaitu M0 = tanpa mulsa, M1 = mulsa jerami dan M2 = mulsa plastik hitam perak. Faktor kedua adalah perlakuan pupuk oraganik batang pisang dengan 4 taraf yaitu P0 = (kontrol), P1 = 4 ml/larutan/plot, P2 = 8 ml/larutan/plot dan P3 = 12 ml/larutan/plot. Hasil penelitian bahwa perlakuan berbagai jenis mulsa menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 2, 3 dan 4 minggu setelah tanam, diameter buah, produksi pertanaman dan produksi per plot tanaman mentimun. Perlakuan penggunaan mulsa terbaik adalah perlakuan M2 (mulsa plastik hitam perak). Perlakuan pupuk organik cair batang pisang menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 minggu setelah tanam, 3 minggu setelah tanam dan diameter buah, serta berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 4 minggu setelah tanam, produksi per tanaman dan produksi per plot tanaman mentimun. Perlakuan pupuk organik cair batang pisang terbaik adalah perlakuan P3 (12 ml/1liter larutan/plot). Dan pengaruh interaksi perlakuan berbagaijenis mulsa dan pupuk organik cair batang pisang menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 4 minggu setelah tanam, dan produksi per tanaman, serta berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 3 minggu setelah tanam, diameter buah dan produksi per plot dan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 minggu setelah tanam tanaman mentimun
    corecore