5 research outputs found

    Fenologi Perkembangan Bunga dan Polong Ercis (Pisum sativum L.) untuk Penentuan Waktu Panen.

    No full text
    Ercis (Pisum sativum L.) merupakan tanaman penghasil polong yang termasuk ke dalam famili legum dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Polong ercis memiliki kandungan nutrisi yang tinggi yaitu 17–22 gr karbohidrat, 20-50 gr pati, 14-26 gr serat, 6,2- 6,5 gr protein, 0,4 gr lemak, 9-10 mg kalsium, 97 - 99 mg kalium per 100 gr dan kandungan vitamin B1, B2, dan B9. Namun, produksi ercis di Indonesia masih rendah yang ditandai dengan peningkatan nilai impor ercis yang terus meningkat. Produksi ercis yang masih rendah dapat disebabkan oleh praktik manajemen yang belum tepat salah satunya dalam penentuan waktu panen. Penentuan waktu panen polong dapat dilakukan dengan mengamati fenologi perkembangan bunga dan polong ercis. Pengamatan fenologi perkembangan ercis dikombinasikan dengan pengukuran kuantitatif yaitu dengan mengamati perubahan ukuran polong agar dapat ditentukan waktu panen yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan bunga dan polong ercis sebagai dasar informasi dalam menentukan waktu panen polong. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret- Mei 2023 yang berlokasi di Jl. Pringgandani, Kelurahan Tlogomas, Kec. Lowokwaru, Kota Malang. Penelitian ini menggunakan 80 aksesi ercis lokal yang berasal dari koleksi pribadi Dr. Budi Waluyo, S.P.,M.P. dari Karo, Semarang, Batu, Garut, Temanggung, Boyolali, dan Probolinggo dan 2 varietas komersial ercis yaitu Taichung, dan Berastagi. Penanaman ercis di lahan menggunakan rancangan Augmented Design II . Lahan penelitian dibagi menjadi 4 blok, dimana setiap blok diisi dengan 20 aksesi dan 2 varietas cek ditanam di setiap blok sehingga terdapat 82 satuan percobaan. Pengamatan meliputi perkembangan bunga dan perkembangan polong. Analisis data menggunakan statistika deskriptif dengan menghitung nilai rata-rata dan simpangan baku/standar deviasi. Selanjutnya hasil analisis data disajikan dalam bentuk grafik boxplot dan garis yang ditujukan untuk menggambarkan pola perkembangan bunga dan polong setiap genotipe ercis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola perkembangan bunga beragam pada setiap aksesi yang dipengaruhi oleh genetik tanaman yang ditinjau berdasarkan pengamatan terhadap awal muncul kuncup bunga, umur bunga mekar, perilaku waktu bunga mekar, bunga 50%, dan umur akhir pembungaan. Perkembangan polong memiliki pola yang sama tetapi perilaku berbeda yang ditinjau berdasarkan awal muncul polong dan ukuran polong. Penentuan panen polong hijau dilakukan ketika lebar dan tebal polong telah mencapai ukuran maksimum dan awal pematangan polong ketika polong telah mencapai ukuran akhir polong dengan melihat lamanya durasi perkembangan polong. Panen polong hijau ercis dapat dilakukan pada 12 hari setelah bunga mekar. Panen polong hijau dapat dilakukan pada 40 Hst-63 Hst dan durasi lama perkembangan polong 19 hingga 24 hari setelah bunga mekar. Lama waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan polong selama 16-24 hari. Panen polong kering ercis dilakukan ketika seluruh polong pada setiap tanaman telah matang dan kering. Waktu panen polong kering ercis dapat dilakukan pada 58 Hst-87 Hst

    Keragaman Genetik Karakter Morfologi pada Ercis (Pisum sativum L.) Berdasarkan Analisis Komponen Utama

    No full text
    Indonesia memiliki banyak plasma nutfah ercis dengan persebaran wilayah yang mencakup Pulau Jawa dan Sumatera. Evaluasi dan karakterisasi plasma nutfah ercis lokal Indonesia perlu dilakukan untuk menilai keragaman genetik yang ada di dalamnya. Informasi keragaman genetik sangat dibutuhkan dalam pemuliaan tanaman ercis sehingga upaya pengembangan varietas unggul dapat dilaksanakan dengan baik. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mempelajari keragaman genetik pada 82 aksesi ercis berdasarkan karakter morfologi menggunakan analisis komponen utama. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2023 berlokasi di Desa Merjosari, Kota Malang. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu augmented design menggunakan 80 aksesi ercis sebagai genotipe uji dan 2 varietas komersial sebagai genotipe cek. Variabel pengamatan mencakup 18 karakter morfologi kualitatif berdasarkan deskriptor untuk Pisum sativum L. dari The CommunityPlant Variety Office (CPVO) 2020. Keragaman dianalisis menggunakan analisis komponen utama berdasarkan koefisien korelasi Pearson menggunakan XLSTAT 2023. Keragaman aksesi ercis berdasarkan analisis komponen utama dimuat pada 6 komponen utama yang memiliki eigenvalue > 1 dan memberikan kontribusi sebesar 82.71% terhadap keragaman total. Terdapat 14 karakter morfologi penting yang memiliki keragaman tinggi dan berkontribusi secara signifikan terhadap keragaman total yang muncul antar aksesi ercis

    Keragaman Genetik dan Heritabilitas Karakter Komponen Hasil dan Hasil 82 Genotipe Ercis (Pisum sativum L.) di Dataran Menengah

    No full text
    Ercis (Pisum sativum L.) merupakan salah satu komoditas tanaman dari famili fabaceae yang dikenal sebagai tanaman pangan populer di dunia sehingga memiliki nilai ekonomi tinggi. Produksi ercis di Indonesia masih tergolong rendah karena budidaya ercis masih terfokus pada dataran tinggi. Upaya pengembangan dan peningkatan produktivitas ercis dapat dilakukan dengan mengembangkan varietas unggul berdaya hasil tinggi dan adaptif pada dataran medium. Analisis keragaman dan heritabilitas sangat berguna dalam pemuliaan tanaman melalui kegiatan seleksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman genetik dan heritabilitas pada karakter komponen hasil dan hasil 82 genotipe ercis di dataran menengah. Penelitian dilaksanakan di Desa Merjosari, Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur pada bulan Maret 2023 – Juni 2023. Penelitian ini menggunakan metode augmented design dengan perlakuan berupa 80 genotipe ercis lokal sebagai tanaman uji, dua varietas komersial sebagai tanaman cek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman dan heritabilitas pada ercis yang ditanam di dataran menengah memiliki nilai bervariasi. Karakter yang memiliki keragaman genetik tinggi yaitu panjang polong pertama sampai kedua, jumlah cabang, panjang tangkai daun sampai polong pertama, bobot polong per tanaman, bobot biji per tanaman, panjang spur, jumlah polong per tanaman, lebar leaflet, dan jumlah biji per tanaman. Heritabilitas memiliki nilai tinggi pada karakter lebar biji, jumlah maksimum bunga per tangkai, tebal biji, panjang polong, bobot polong per tanaman, jumlah biji per polong, bobot biji per tanaman, jumlah maksimum leaflet, lebar polong, panjang polong pertama sampai kedua, dan panjang stipula. Sehingga dalam seleksi genotipe yang adaptif pada dataran menengah harus berdasarkan karakter tersebut.  

    Pembentukan Koleksi Inti Ercis (Pisum sativum L.) Berdasarkan Identifikasi Pemisahan Aksesi Duplikat Dari Asal Wilayah Berbeda

    No full text
    Ercis (Pisum sativum L.) merupakan tanaman legum yang penting dengan kandungan nutrisi dan nilai ekonomis yang tinggi. Peningkatan produksi ercis melalui kegiatan pemuliaan tanaman menimbulkan masalah berupa pengelolaan aksesi menjadi kurang efisien, membutuhkan biaya yang besar dikarenakan banyaknya jumlah aksesi yang telah dikumpulkan, serta kemungkinan terdapat aksesi yang mirip, sehingga menimbulkan kerugian dalam program pemuliaan tanaman. Konsep koleksi inti yaitu set aksesi terbatas dari keseluruhan koleksi dengan pengulangan minimum dan keragaman genetik maksimum dari suatu spesies. Koleksi inti dapat berperan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan aksesi, mengurangi biaya pemeliharaan aksesi. Tujuan penelitian ini adalah untuk membentuk koleksi inti ercis (Pisum sativum L.) berdasarkan pemisahan aksesi duplikat dari asal wilayah berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Juni 2023 yang berlokasi di Jl. Pringgandani, Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian eksperimen dengan rancangan percobaan berupa augmented design model 2. Bahan genetik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 80 aksesi lokal yang berasal dari Karo, Garut, Semarang, Temanggung, Batu, Probolinggo, dan Boyolali sebagai genotipe uji serta 2 varietas komersial yaitu Taichung 13 dan Berastagi sebagai genotipe cek. analisis data yang digunakan adalah UPGMA untuk membentuk kelompok dan Gower distance untuk mengukur jarak genetik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aksesi duplikat ditemukan di Garut, Semarang, dan Temanggung. Jumlah koleksi inti masing-masing daerah adalah Karo 3 aksesi, Garut 13 aksesi, Semarang 17 aksesi, Temanggung 25 aksesi, Boyolali 6 aksesi, Batu 4 aksesi, dan Probolinggo 4 aksesi

    Respon Fenologi Tanaman Ercis (Pisum sativum L.) Terhadap Kondisi Cuaca di Dataran Menengah

    No full text
    Tanaman ercis (Pisum sativum L.) atau sering disebut dengan kacang kapri merupakan jenis kacang-kacangan yang sering dikonsumsi sebagai sayur. Produksi ercis di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan pasar. Penanaman ercis di dataran menengah dilakukan untuk meningkatkan produksi ercis. Usaha peningkatan produksi ercis dimulai dengan memilih varietas yang sesuai dengan kondisi lingkungan tempat budidaya. Fase-fase pertumbuhan tanaman tidak terlepas dari faktor lingkungannya. Tujuan penelitian untuk mempelajari pengaruh variabel cuaca terhadap respon fenologi tanaman ercis di dataran menengah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2023 yang bertempat bertempat di Desa Merjosari, Kota Malang. Bahan penelitian yaitu 80 aksesi lokal. Rancangan percobaan penelitian yaitu augmented design II. Pengamatan dianalisis menggunakan kode BBCH (Biologische Bundesansalt Bundessortenanmt und Chemische Industrie). Analisis data yang digunakan yaitu analisis nilai rata-rata, median dan uji korelasi variabel cuaca dengan fase pertumbuhan tanaman ercis. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan suhu udara akan menghambat fase muncul daun dan fase muncul batang tanaman ercis. Peningkatan suhu udara akan mempercepat fase muncul bunga pada tanaman ercis. Peningkatan kelembapan udara akan mempercepat fase perkecambahan, fase muncul daun dan fase muncul batang pada tanaman ercis. Peningkatan intensitas cahaya matahari akan mempercepat fase perkecambahan tanaman ercis. Peningkatan intensitas cahaya matahari akan memperlambat fase muncul daun, fase muncul batang dan fase polong matang tanaman ercis.  
    corecore