32 research outputs found
電子ドープ型銅酸化物高温超伝導体のオーバードープ領域における電子状態の研究
要約のみTohoku University小池洋二課
Sintesis dan Karakterisasi Kalsium Ferit Menggunakan Pasir Besi dan Batu Kapur
Sintesis Kalsium Ferit telah dilakukan dengan metode pencampuran basah menggunakan Fe2O3 hasil sintesis dari pasir besi dan CaCO3 dari batu kapur alam. Dalam penelitian ini digunakan variasi suhu sinter, variasi waktu sinter dan variasi perbandingan mol Fe3+/Ca2+. Hasil sintesis dikarakterisasi dengan DTA/GTA, XRD dan SEM-EDX. Sampel dengan perbandingan mol Fe3+/Ca2+ 6 pada pemansan 8000C selama 3 jam menghasilkan 100% Ca-Fe-O dengan 28,81% CaFe4O7, 24,57% Ca2Fe9O13, dan 46,62% Ca4Fe14O25. Pada sampel variasi suhu sinter dan variasi waktu sinter sampel dengan perbandingan mol Fe3+/Ca2+ 12 tidak mengalami perubahan yang signifikan. Namun, hasil perbandingan dari ketiga variasi menunjukkan terbentuknya Fe2O3 tertinggi pada suhu sinter 9000C
Structural and Morphological Studies of Lava Rock from Mount Gamalama Ternate for Possible Functional Materials Applications
A large eruption of Mount Gamalama happened nearly 350 years ago has left the frozen lava rocks that are now spread in the form of black stone located in the North-East coast of the island of Ternate, called batu angus (Angus stone). This paper reports the basic analysis including the phase content, crystal structure and particle morphology of the frozen lava rock, Angus stone, briefly. Based on the XRD pattern, Angus stone contains up to 20% of magnetic phases. The analysis of XRF and XRD data reveals that there are dominantly non-magnetic phases (silicate phases) in the Angus stone with the combination of Si-Al-K-Ca-O elements. Elemental distribution map from SEM/EDX image shows that there is a clear separation between non-magnetic and magnetic phases in the crushed powders indicating the easiness to obtain both phases separately. This study proves that Angus stone has potential application as a base material for the preparation of magnetic and non-magnetic functional materials
Pengaruh Temperatur dan Laju Aliran Gas CO2 pada Sintesis Kalsium Karbonat Presipitat dengan Metode Bubbling
Kalsium karbonat presipitat mempunyai tiga jenis bentuk kristal yaitu kalsit, vaterit, dan aragonit. Pengaruh temperatur dan laju aliran gas CO2 terhadap pembentukan fase dan morfologi PCC telah dipelajari. Penelitian ini menggunakan batu kapur alam dan metode bubbling. Pada proses karbonasi variasi temperatur reaksi yang digunakan adalah 300C, 500C, dan 700C sedangkan pada masing-masing variasi temperatur dilakukan variasi laju aliran gas CO2 yaitu 2, 5, dan 7 SCFH. Selama proses karbonasi temperatur dan kecepatan pengadukan dijaga konstan. Endapan yang terbentuk disaring kemudian dikeringkan. Karakterisasi yang dilakukan mengggunakan XRD dan SEM. Dari hasil sintesis dapat disimpulkan bahwa vaterit terbentuk pada temperatur rendah dengan laju aliran gas CO2 tinggi, aragonit terbentuk pada temperatur tinggi dengan laju aliran gas CO2 rendah, sedangkan kalsit tebentuk pada setiap variasi perlakuan yang dilakukan karena kalsit merupakan fase yang paling stabil
Efek Doping Ni dalam Sintesis Material Multiferroik BiFeO3 Berbasis Pasir Besi Dengan Metode Kopresipitasi
Penelitian ini mempelajari efek dari pemanbahan doping Ni dalam material multiferoik BiFeO3. Sintesis multiferoik BiFeO3 didoping Ni telah dilakukan dengan metode kopresipitasi, berbasis pasir besi Blitar yang dikopresipitasi menjadi Fe3O4. Dalam penelitian ini digunakan variasi konsentrasi doping Ni 25% dan 50%; suhu kalsinasi dan holding time. Hasil sintesis dikarakterisasi dengan XRD (X-ray Difraction) dan magnetic susceptibility balance. Fase sekunder seperti Bi2Fe4O9, Bi25FeO40 dan Bi46Fe2O72 sering muncul sabagai impuritas. Dengan Range fraksi volum fase primer yang diperoleh 15,87% - 70.34%, dimana fraksi tertinggi diperoleh pada perlakuan sampel 0% Ni, suhu 500oC dan holding time 1 jam. Ukuran Kristal yang diperoleh berkisar 29 – 54 nm
Pengaruh Penambahan Larutan MgCl2 pada Sintesis Kalsium Karbonat Presipitat Berbahan Dasar Batu Kapur dengan Metode Karbonasi
Kalsium karbonat presipitat telah berhasil disintesis dengan metode karbonasi dengan bahan dasar batu kapur. Pada penelitian ini digunakan metode karbonasi dengan variasi massa Mg yang ditambahkan pada larutan MgCl2 yaitu 1, 2, dan 3 gram. Sintesis dilakukan menggunakan larutan CaCl2 dengan temperatur ruang dan kecepatan karbonasi sebesar 3 SCFH atau 1.41 ltr/mnt. Hasil sintesis dikarakterisasi dengan uji XRD (X-ray Difraction), mikroskop optik dan SEM(Scanning electron Microscopy). Penambahan larutan MgCl2 berpengaruh pada fasa yang terbentuk, morfologi, dan ukuran kristal produk kalsium karbonat presipitat. Sintesis tanpa penambahan MgCl2 menghasilkan fasa tunggal yaitu kalsit dengan ukuran kristal 0.19µm. Sintesis dengan penambahan MgCl2 akan menghasilkan fase kalsit, kalsit magnesian, dan magnesium karbonat. Banyaknya massa Mg yang ditambahkan, pembentukan fase akan semakin mengarah ke kalsit magnesian
Sintesis Multiferoik BiFeO3 Berbasis Pasir Besi dengan Metode Sol Gel
Multiferoik BiFeO3 telah berhasil disintesis dengan metode Sol Gel yang berbasis pasir besi (Pantai Jolosutro, Blitar. Pada penelitian ini digunakan metode Sol Gel dengan variasi suhu kalsinasi antara 250°C - 500°C dengan waktu penahanan selama 1 jam pada tungku tabung yang dialiri gas nitrogen. Hasil sintesis dikarakterisasi dengan uji XRD (X-ray Difraction). Multiferoik BiFeO3 yang disintesis menggunakan metode sol gel memiliki kemurnian 93,13%. Ukuran kristal yang dihasilkan pada rentang suhu kalsinasi tersebut antara 7,2 nm – 62,4 nm. Nilai susebtibilitas bahan semakin meningkat yang mengidentifikasikan bahan bersifat feromagnetik
Sintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO3 Didoping Pb
Sintesis multiferoik BiFeO3 didoping Pb telah dilakukan dengan metode Pencampuran basah (liquid mixing), menggunakan Fe murni dan Fe2O3 hasil sintesis dari pasir besi. Dalam penelitian ini digunakan variasi konsentrasi doping Pb x=0,25; x=0,5; variasi suhu kalsinasi dan variasi holding time. Sample dikarakterisasi dengan XRD (X-ray Difraction) dan magnetic susceptibility balance. Sampel variasi konsentrasi doping Pb x=0,25 ditemukan fasa pengotor BFO sekunder sedangkan sampel x=0,5 ditemukan fasa pengotor BFO sekunder dan fasa bahan penyusun. Dekomposisi fasa BiFeO3 menjadi fasa sekunder BFO meningkat dengan meningkatnya suhu kalsinasi dan holding time. Doping Pb memperbesar kemungkinan terbentuknya fasa BiFeO3. Konsentrasi doping Pb x=0,5 dapat meningkatkan prosentase fraksi volume BiFeO3 sebesar ~7% dan dapat menurunkan prosentase fraksi volume fasa BFO sekunder sebesar ~15%, namun dekomposisi fasa menjadi fasa bahan penyusun meningkat ~43%. Ukuran kristal BiFeO3 sebesar ~29 nm sampai ~112 nm. Sampel memiliki nilai χ berkisar 1,69x10-7
Development of PVA/Fe3O4 as Smart Magnetic Hydrogels for Biomedical Applications
Polyvinyl alcohol (PVA)/Fe3O4 magnetic hydrogels had been fabricated by freezing-thawing (F-T) cycle technique, employing natural iron sand as the raw material for the magnetic micro- and nano-sized fillers. An exploration of the durability and magnetoelasticity as well as PVA hydrogel applications in the assessment of human brain tumor was also intensively conducted. The performance of the PVA and magnetic hydrogels mainly depends on the structural dynamic properties, such as polymeric crystallization and particle size. The durability of PVA/Fe3O4 magnetic hydrogels affecting the magnetoelasticity is determined by the concentration ratio of PVA and water, number of F-T cycles, and the concentration of Fe3O4 particles. By controlling those parameters, it was found that hydrogels had PVA: water ratio of 23:100 and four times F-T cycles possessed good mechanical properties. Due to the biocompatible character, the PVA hydrogel was used in the assessment of the human brain tumor, analyzed from the apparent diffusion coefficient (ADC) value representing the diffusion coefficient of a biological tissue. It was found that the abnormal tissue has a low ADC value compared with the normal one. Moreover, the higher b-value of the diffusion-weighted magnetic resonance imaging (DW-MRI) measurement is more preferred in obtaining a good contrast of the data imaging