16 research outputs found
KARIR ATLET DAN PELATIH PANJAT TEBING DALAM PERSPEKTIF GENDER DI INDONESIA
ABSTRAK
Karir Atlet dan Pelatih Panjat Tebing Dalam Perspektif Gender di Indonesia
〖Mela Aryani〗^1, 〖Berliana Rahely〗^2, 〖Komarudin〗^3, 〖Dede Rohmat Nurjaya〗^4
Pendidikan Olahraga, Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Perempuan sudah cukup lama berpartisipasi dan berkarir dalam olahraga panjat tebing namun belum sebanyak jumlah laki-laki. Jumlah atlet dan pelatih panjat tebing perempuan di Indonesia belum terwakili dari setiap provinsi, namun mampu menjadi atlet yang diperhitungkan di level dunia khususnya pada nomor speed word record. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan data konkrit tentang perkembangan karir atlet dan pelatih panjat tebing perempuan di Indonesia. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif riset dengan metode studi kasus. Teknik penentuan sampel menggunakan snowball sampling, berawal dari satu orang atlet perempuan yang sudah berprestasi internasional dan pelatih perempuan yang sudah mengantarkan atletnya menjadi juara nasional dan internasional yang kemudian berkembang menjadi responden yang lebih banyak yaitu pelatih laki-laki, pelatih kepala, psikolog, orang tua atlet perempuan serta atlet laki-laki dan perempuan yang dilatih oleh pelatih perempuan. Instrumen yang digunakan berupa observasi, wawancara terbuka dan dokumentasi. Data dianalisis dalam lima tahap; mengumpulkan data, menyalin, mengkategorikan, menafsirkan data, dan menggeneralisasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Proses pembinaan olahraga panjat tebing perempuan di Indonesia sudah cukup bagus namun belum sustainable, (2) Penjang karir atlet panjat tebing perempuan Indonesia selalu meningkat dan atlet perempuan Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk berprestasi pada level dunia, (3) Karir pelatih perempuan selalu meningkat serta tidak ada perbedaan antara atlet yang dilatih oleh pelatih perempuan maupun laki-laki yang dilihat adalah kemampuannya dalam melatih, pelatih perempuan biasanya lebih lembut, sabar, detil dan memahami karakteristik atlet seperti seorang ibu, (4) Prestasi atlet laki-laki sama baiknya jika dilatih oleh pelatih laki-laki maupun perempuan.
Kata kunci: Karir, Atlet, Pelatih, Jender, Panjat Tebing
PENGARUH METODE LATIHAN PSIKOLOGIS IMAJERI DAN RILEKSASI TERHADAP KECEMASAN KOGNITIF, KECEMASAN SOMATIS, KEPERCAYAAN DIRI DAN PERFORMA ATLET PANJAT TEBING
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh latihan psikologis imajeri dan rileksasi terhadap kecemasan (kognitif, somatis), kepercayaan diri dan performa atlet panjat tebing. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental design yaitu counterbalanced design. Populasi dan sampel penelitian ini adalah seluruh atlet Eiger Climbing Center (ECC) yang berjumlah 16 orang. Kecemasan dan percaya diri atlet diukur dengan menggunakan angket CSAI-2 dari Martens, Vealeys & Burton (1990) yang telah diuji dan memiliki validitas dan reliabilitas, sedangkan performa atlet dilihat dari hasil pemanjatan speed klasik. Seluruh data diolah dengan menggunakan SPSS 18 for windows menggunakan teknik Multivariat analisis of covariance (MANCOVA). Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa 1) Latihan psikologis imajeri lebih efektif daripada latihan psikologis rileksasi dalam mengatasi kecemasan kognitif atlet panjat tebing. 2) Latihan psikologis imajeri lebih efektif daripada latihan psikologis rileksasi dalam mengatasi kecemasan somatis atlet panjat tebing. 3) Latihan psikologis imajeri lebih efektif daripada latihan psikologis rileksasi dalam meningkatkan kepercayaan diri atlet panjat tebing. 4) Latihan psikologis imajeri lebih efektif daripada latihan psikologis rileksasi dalam meningkatkan performa atlet panjat tebing. 5) Latihan psikologis imajeri lebih efektif daripada latihan psikologis rileksasi dalam mengendalikan kecemasan kognitif, kecemasan somatis, kepercayaan diri dan performa antara atlet panjat tebing. Berdasarkan hasil pengolahan tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa metode psikologis imajeri lebih efektif untuk mengendalikan kecemasan kognitif, somatis, meningkatkan percaya diri dan performa atlet panjat tebing dalam kategori speed klasik.
The purpose of the research is to observe the effect of psychological training methods imagery and relaxation for (cognitive, somatic anxiety), self-confidence and performance of athletes wall climbing. The writer used quasi eksperimental design is counterbalanced design. The populasi and samples of the reserach are 16 atlhletes Eiger Climbing Center (ECC). Anxiety and self confidence is measured by using CSAI-2 scale by Martens, Vealeys dan Burton (1990) that has been tasted and has its validity and realiability, the performance of athletes seen from the classic speed climbing. All data is processed by using SPSS 18 for windows using a technique Multivariat analisis of covariance (MANCOVA). The finding showed 1) psychological imagery exercises more effective than relaxation exercise to control cognitive anxiety athlete wall climbing, 2) psychological imagery exercises more effective than relaxation exercise to control somatic anxiety athlete wall climbing, 3) psychological imagery exercises more effective than relaxation exercise to increase self confidence of athletes climbing. 4) psychological imagery exercises more effective than relaxation on the performance of athletes climbing, 5) psychological imagery exercises more effective than relaxation exercise to control cognitive anxiety, somatic anxiety, to increase self confidence and performance athlete wall climbing. Based on these results it can be concluded that the method of psychological imagery is more effective in controlling cognitive anxiety, somatic anxiety control, increase confidence and improve the performance of athletes classic rock climbing speed category
Indonesian Climbing Coach Careers From A Gender Perspective
Women who have careers in sports coaching still tend to be low, especially in masculine sports such as sport climbing. There were several studies that examined the careers of athletes and coaches, but there was no research that examined the careers of coaches in sport climbing from a gender perspective. The study investigated the career position of Indonesian sport climbing coaches viewed from a gender perspective. This research applied a qualitative research approach with a case study method. The respondent in this study was one female coach who had been a national athlete and had international achievements and had sent her athletes to international competitions. The sample was taken using snowball sampling so that there were more respondents, namely male coaches, head coaches, male athletes and women athletes. Women trained by female coach thus forming a triangulation of respondents. Observation, open interviews, and documentation were used as data collecting tools. The results of this research show that the career of female coaches kept improving, starting from being a sport climbing coach for children at the Pasar festival, then becoming a coach for Denjaka and Kopassus, becoming a DKI junior coach, and now coaching the Papua PON team. Apart from that, the respondent has also been a sport climbing athlete who excelled both nationally and internationally. Due to his achievements as an athlete and trainer, the respondent now works as a functional civil servant at the Ministry of Youth and Sports whose main task is to train sport climbing athletes. To further demonstrate his existence, the respondent has begun to expand into the world of service industry. By establishing the largest indoor sport climbing training center in Indonesia called Indoclimb. The respondent serves as head coach and one of the owners of Indo Climb
The importance of physical fitness for pencak silat athletes: Home-based weight training tabata and circuit can it work?
During the Covid-19 pandemic, pencak silat athletes experienced difficulty improving physical fitness because training could not be done together with a coach, so their physical fitness decreased significantly. This study aimed to test Tabata and Circuit's effectiveness to improve female Pencak silat athletes' physical fitness. This research was quantitative with experimental methods. The subject of this research consisted of Female Pencak silat athletes with low physical fitness levels (n=20). All subjects were randomly allocated to experiment I of the Tabata weight training (TWT) (n = 10) and experiment II of the Circuit weight training (CWT) (n = 10). The results showed that the physical training such as arm muscle strength (t= 11.00; P<0.05), leg muscle strength (t= 7.900; P<0.05), muscle endurance (t= 6.014; P<0.05), flexibility (t= 10.34; P<0.05), endurance VO2max (t= 17.39; P<0.05) and power (t= 19.20; P<0.05), increased significantly due to the intervention of Tabata weight training. A similar increase occurred in Circuit weight training, physical fitness components, such as arm muscle strength (t= 4.910; P<0.05), leg muscle strength (t= 12.230; P<0.05), muscle endurance (t= 4.792; P<0.05), flexibility (t= 6.107; P<0.05), endurance VO2max (t= 5.533; P<0.05) and power (t= 5.982; P<0.05) increased significantly. Home-based weight training between Tabata and Circuit positively improved the physical fitness of female Pencak silat athletes. This research contributes knowledge in coaching so that lecturers and coaches can use it to improve aspects of athlete's physical fitness
Women's Participation in PON XX Papua
In sport, women and men have the same position, opportunities and rights, but in reality women are still underestimated. the participation of women as athletes, coaches, officials and in the organizational structure of sports still tends to be less than that of men. The purpose of this study was to see the extent of women's participation in the XX Papua PON event. The method used in this study is a descriptive method with a quantitative approach. The results of this study are that of the 7,046 athletes who competed in the Papua PON event, only 2,886 (40.1%) were female athletes, while the remaining 4,160 (49.9) were male athletes. There are various factors that cause the participation rate of women to be less than that of men, including that sport is still considered something exclusive and only dominated by men and sport is still considered something masculine. In addition, there is a tendency that men consider women as weak creatures so that they must be protected and do not deserve to play a role in determining sports decisions.Keywords: Gender, Women, PON XX Papua</jats:p
Profil Tingkat Kebugaran Jasmani Mahasiswa Pjkr Universitas Suryakancana
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimanakah profil tingkat kebugaran jasmani mahasiswa PJKR Universitas Suryakancana.. jenis penelitian dengan menggunakan penelitian survey. Subjek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat satu Prodi PJKR Universitas Suryakancana yang berjumlah 68 orang. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Multistage Fitness Test (MFT). Pengambilan data dilakukan satu kali dan diolah menggunakan Mean, Standart deviasi, Varian dan Persentase. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa diperoleh nilai rata-rata (mean) sebesar 32,01, standar deviasi sebesar 4,68 dan varians sebesar 21,96 nilai yang memiliki kebugaran tertinggi sebesar 43,3 dan nilai yang memiliki kebugaran terendah sebesar 24,4. Dari data tersebut diperoleh hasil : terdapat 5 mahasiswa (7,4%) yang memiliki kebugaran jasmani sangat kurang, terdapat 40 mahasiswa (59%) yang memiliki tingkat kebugaran jasmani kurang, 18 mahasiswa (26%) yang memiliki tingkat kebugaran jasmani sedang dan 5 mahasiswa (7,4%) yang memiliki tingat kebugaran jasmani baik.</jats:p
Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Kompensasi terhadap Disiplin Kerja Karyawan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kepemimpina, Motivasu Kerja, Dan Kompensasi Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Pada UPTD Puskesmas Dompu Timur. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dan untuk menguji hipotesis. Populasi adalah karyawan berjumlah 61 karyawan, teknik sampling memakai sampling jenuh. Sampel yang diambil sebanyak 61 karyawan. Untuk memperoleh data peneliti menggunakan kuisioner yang disebarkan kepada karyawan. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Hasil penelitian ini menunjukan Variabel Kepemimpinan tidak pengaruh positif terhadap disiplin kerja dimana ditunjukan dengan nilai(-2.574) dan nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (0.013 > 0.05). Variabel Motivasi kerja pengaruh positif terhadap disiplin kerjadimana ditunjukan dengan nilai 0,695 dan nilai signifikan lebih besar dari 0,05 (0,000<0,05).Variabel Kompensasi pengaruh positif terhadap disiplin kerja dimana ditunjukan dengan nilai 6,037 dan nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (0.000 < 0.05).Variabel kepemimpinan, motivasi kerja, dan kompensasi secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap disiplin kerja ditunjukkan dengan nilai 51.982, signifikan ditunjukkan dengan nilai 0.000 < 0.05
Teaching Personal Social Responsibility Versus Konvensional sebagai Upaya Menciptakan Good Character Mahasiswa Laki-Laki dan Perempuan di Tingkat Universitas
Fenomena saat ini menunjukan karakter mahasiswa terus mengalami penurunan secara signifikan, sehingga menjadi masalah utama di dunia pendidikan jasmani yang harus segera di atasi. Tujuan penelitian ini adalah menguji efek teaching personal social responsibility (TPSR) versus konvensional sebagai upaya meningkatkan good charater mahasiswa laki-laki maupun perempuan di tingkat Universitas. Pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen dan desain factorial 2x2 digunakan dalam penelitian ini. Subjek berasal dari mahasiswa laki-laki dan perempuan tingkat III dari Universitas Suryakancana, Cianjur (Indonesia) yang berusia 19 sampai 21 tahun (n=32, TPSR = laki-laki : 8 dan perempuan : 8, konvensional = laki-laki : 8 dan perempuan : 8). Program intervensi dilakukan seminggu 3 kali dengan durasi 40 menit salama 12 kali pertemuan. Analisis Two Way ANOVA digunakan untuk menguji perbedaan antara kelompok TPSR dan konvensional dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan good character antara mahasiswa yang belajar menggunakan model pembelajaran TPSR dan konvensional, terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran TPSR dan konvensional pada kelompok mahasiswa laki-laki dan perempuan, terdapat suatu interaksi antara model pembelajaran dan gender terhadap peningkatan good character mahasiswa. Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukan bahwa TPSR terbukti menjadi alternatif model pembelajaran yang secara positif mempunyai keunggulan yang lebih baik dari konvensional untuk meningkatkan good character mahasiswa laki-laki dan perempuan di tingkat Universitas