13 research outputs found
EFISIENSI PENYERAPAN KULIT BUAH ATAP (Arenga pinnata) MENGIKAT ION-ION LOGAM KROMIUM DALAM LARUTAN
The Adsorption Efficiency of Atap Fruit Shell (Arenga pinnata Merr) on remove Chromium Metal Ions from aSolution Arenga pinnata fruit shell was dried, pulverized, and used for biosorption of Cr(III) and Cr(VI) from a solution. Column experiments were conducted to investigate the affected parameters of pH solution, particle size, chromium metal ion concentration, flow rate and amount of mass biosorbent. The maximum adsorption efficiency of metal ions Cr(III) and Cr(VI), was 47.79% and 41.47% respectively, initial metal ion concentrations of 75-100 mg/L at initial pH of 3 for Cr(VI) and initial pH of 4 for Cr(III) with the particlesize ≤180μm and flow rate of 1-2 mL/min. Adsorption capacity will increase with increasing the number of mass biosorbent, however adsorption efficiency will decrease. An FTIR examination revealed changes between the natural and heavy metals-loaded biomaterial. Scanning electron micrograph (SEM) also revealed changes in the surface morphology of thebiomass as a result of heavy metal adsorption. Based on these results, it could be concluded that the Arenga pinnata was effective in removing heavy metal from aqueous solution and needed consideration for scaled-up apllication.Keywords : Arenga pinnata, heavy metals, biosorption, fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), and scanning electron microscope (SEM) ABSTRAK Kemampuan penyerapan kulit buah atap (Areng pinnata) terhadap ion logam Cr(III) dan Cr(VI) dalam larutan. Metoda kolom digunakan dalam proses biosorpsi dengan parameter yang mempengaruhi efisiensi penyerapan yaitu pH larutan, ukuran partikel, konsentrasi ion logam, laju alir dan massabiosorben. Efisiensipenyerapan maksimum ion logam Cr(III) dan Cr(VI) oleh kulit buah atap masing-masing adalah 47.79% dan 41.47 % dengan konsentrasi ion logam 75-100 mg/L pada pH 3 untuk Cr(VI) dan pH 4 untuk Cr(III), ukuran partikel biosorben ≤180µm serta pada laju alir 1-2 mL/menit.Efisiensi penyerapan akan meningkat dengan penambahan massa biosorben, namunkapasitas penyerapannya akan menurun. Analisis FTIR (Fourier Transform Infra Red)digunakan untuk mengetahui membandingkan biomaterial sebelum dan sesudah berikatan dengan ion-ion logam berat.perubahan gugus fungsi pada kulit buah atap dianalisis dengan FTIR (Fourier Transform Infra Red). Sedangkan untuk melihat perubahan permukaan pada kulit buah atap digunakan SEM (Scanning Electron Microscope).Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bahan biomaterial kulit buah atap efektif dalam menyerap logam berat dalam larutan dan biomaterial ini dapat dipertimbangkan untuk skala yang lebih lanjut.Kata kunci : Buah atap, Arenga pinnata, logam massa, biosorpsi, fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), dan scanning electron microscope (SEM
ALTERNATIF METODE ANALISIS PENETAPAN KADAR ASAM MEFENAMAT DALAM PONSAMIC 500 mg TABLET SALUT SELAPUT
Alternative of analytical methods of assay mefenamic acid in posamic 500 mg film coated tabletThe level of active substance is a requirement that must be met to ensure the quality of medicinal preparations, to carry out the assay of the active drug substance required a method that has been validated. The validity of alternative methods of assay in ponsamic mefenamic acid 500 mg film coated tablet (trade name) has been performed. Mefanat acid assay method using UV spectrophotometry, so that the limited availability of tools that can be resolved HPLC. The validity of alternative methods tested by the parameters of accuracy with standard addition method and parameters accuracy. Based on the results obtained by the value of the linearity was r equal to 0,999 and the percentage difference spectrophotometric method with HPLC method (% difference) at 0,16%. The results showed an alternative method of assay in ponsamic mefenamic acid 500 mg film coated tablet (trade name) using spectrophotometric methods, qualified acceptance in accordance with ISO / IEC 17025.Keywords: Mefenamic acid, validation method, UV spectrophotometryABSTRAK Pemeriksaan kadar zat aktif merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan obat, untuk melakukan penetapan kadar zat aktif obat dibutuhkan suatu metode yang telah divalidasi. Validitas metode alternatif penetapan kadar asam mefenamat dalam ponsamic 500 mg tablet salut selaput (nama dagang) telah dilakukan. Metode penentuan kadar asam mefanat menggunakan spektrofotometri UV, sehingga ketersediaan alat HPLC yang terbatas dapat teratasi. Validitas metode alternatif diuji berdasarkan parameter akurasi dengan metode penambahan baku dan parameter ketelitian. Berdasarkan hasil diperoleh nilai linearitas adalah r sebesar 0,999 dan persentase perbedaan metode spektrofotometri dengan metode HPLC (% Difference) sebesar 0,16%. Hasil penelitian menunjukkan metode alternatif penetapan kadar asam mefenamat dalam ponsamic 500 mg tablet salut selaput (nama dagang) menggunakan metode spektrofotometri, memenuhi syarat untuk diterima sesuai ISO/IEC 17025.Kata kunci : Asam mefenamat, Validasi metode, Spektrofotometri U
KANDUNGAN KIMIA DARI LIMBAH LUMPUR INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM UNTUK BETON GEOPOLIMER DENGAN XRF
Chemical Containt of Waste Water Installation of Drinking Water Treatment for Geopolymer Concrete by XRF Preparation of geopolymer concrete from waste water installation of drinking water treatment (WIDWT) was manufactured in accordance with SNI. Specimen of size 5 x 5 x 5 cm cubes was used for the concretes. The mortar material consisted of binders, activator, aggregate (fine sand) and water (60% of aggregate and 40% of activators and binders). The composition of the activator and binder mixture were 1: 2; 1: 1,5; 1: 1; 1.5: 1; and 2: 1. The results of the comparison of binders A and B were 4.2: 1 and 6.5: 1. The binders were divided into 2 types: A binder (sludge of WIDWT was dried with oven at 105oC for 24 hours) and B Binder (sludge of WIDWT was dried by kiln at 650oC for 6 hours). The highest compressive strength test was 10.00 MPa on binder A with the ratio of activator and binder 1: 1 and Si: Al ratio (4.2: 1). Binder B with a compressive strength of 9.87 MPa with the ratio of activator and binder 1.5: 1 and Si: Al ratio (6.5: 1). Samples of IPAM sludge waste were tested by X-Ray Fluorescence (XRF), compressive strength testing of mortar geopolymer with Toni-Technik compressive strength test. The highest value of compressive strength appropriated to SNI 03-0691-1996 in class D which can be applied for City Park.Keywords: geopolymer, WIDWT, XRF, activator, binder ABSTRAK Pembuatan beton geopolimer dari limbah instalasi pengolahan air minum (IPAM) telah dilakukan. Beton geopolimer dibuat sesuai dengan SNI pembuatan mortar geopolimer dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm. Bahan mortar terdiri dari binder, larutan aktivator dan agregat (pasir halus) serta air dengan perbandingan 60% (agregat) dan 40%(aktivator dan binder). Parameter variasi campuran aktivator dan binder yaitu 1:2; 1:1,5; 1:1; 1,5:1; dan 2:1. Binder dibagi menjadi 2 jenis yaitu Binder A (lumpur IPAM yang dikeringkan dengan oven pada suhu 105oC selama 24 jam) dan Binder B (lumpur IPAM yang dikeringkan dengan tanur pada suhu 650oC selama 6 jam). Hasil perbandingan binder A dan B adalah 4,2:1 dan 6,5:1. Hasil uji kuat tekan tertinggi sebesar 10,00 Mpa pada binder A dengan perbandingan aktivator dan binder 1:1 dengan perbandingan Si:Al (4,2:1). Binder B dengan kuat tekan 9,87 Mpa dengan perbandingan aktivator dan binder 1,5:1 dengan perbandingan Si:Al (6,5:1). Sampel limbah lumpur IPAM diuji dengan X-Ray Flourescene (XRF), pengujian kuat tekan mortar geopolimer dengan alat uji kuat tekan merk Toni-Technik. Nilai kuat tekan tertinggi memasuki persyaratan mutu SNI 03-0691-1996 pada kelas D yang bisa diaplikasikan untuk taman kota.Kata Kunci: geopolimer, IPAM, XRF, aktivator, binde
POTENSI SENYAWAAN NITROGEN DAN FOSFAT PADA PENCEMARAN SUNGAI CILIWUNG HULU KOTA BOGOR
Potential Of Phosphate and Nitrogen Compounds in Pollution of The Upper Ciliwung River in Bogor River is a habitat for various types of aquatic organisms that can provide an overview of the state of the river, such as the quality and quantity of ecological relationships that occur within it. Ciliwung is one of the rivers that flow to Jakarta via Puncak, Bogor Regency, Bogor City, Depok City and empties into the Bay of Jakarta. In 2015, the quality status of the upstream Ciliwung river had moderate polluted status. One parameter for reviewing water quality is nutrient content (phosphate and nitrogen). The presence of high nutrients can stimulate the growth of algae in waters that can harm the aquatic ecosystem. This study shows that there is a relations and positive relations with a correlation coefficient of 0.508 on the nitrogen and phosphate compounds in the upstream Ciliwung river water pollution. The concentration of nitrogen compounds is higher than that of phosphate.Keywords: Ciliwung, Nitrogen, Phosphates, River, Relations. ABSTRAK Sungai merupakan suatu habitat bagi berbagai jenis organisme akuatik yang dapat memberikan gambaran mengenai keadaan sungai, seperti kualitas dan kuantitas dari hubungan ekologis yang terjadi didalamnya. Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang mengalir kearah Jakarta melalui Puncak, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok dan bermuara ke Teluk Jakarta. Pada tahun 2015, status mutu sungai Ciliwung bagian hulu memiliki status tercemar sedang. Salah satu parameter peninjauan kualitas air adalah kandungan zat hara (fosfat dan nitrogen). Keberadaan zat hara yang tinggi dapat menstimulasi ledakkan pertumbuhan algae di perairan yang dapat merugikan ekosistem perairan. Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang sedang dan positif dengan koefisien korelasi sebesar 0,508 terhadap senyawaan nitrogen dan fosfat pada pencemaran air sungai Ciliwung bagian hulu. Konsentrasi senyawaan nitrogen lebih tinggi dibandingkan dengan fosfat.Kata kunci: Ciliwung, Nitrogen, Fosfat, Hubungan, Sungai
KARAKTERISTIK MEMBRAN KOMPOSIT BERBASIS KITOSAN/PVA TERMODIFIKASI LEMPUNG DARI BABAKAN MADANG BOGOR
The use of natural polymers as membranes of DMFC from chitosan was developed because it is more environmentally friendly and has high thermal stability, but the proton conductivity is low. The Clay from Babakan Madang, which contained of SiO2 50% was expected to increase proton conductivity and improve the characteristics of the polymer membrane. Chitosan / PVA based membrane synthesis was carried out by adding clay weight variations of 0.3, 0.6 and 0.9 g. The spectra of membranes investigated by FT-IR confirmed the presence of functional groups from chitosan/PVA/clay. Morphological analysis using SEM showed that there were granules of clay dispersed on the membrane. The determination of membran conductivity using EIS showed the highest proton conductivity value was a membrane with the addition of 0.6 g clay, it was 6.96 x 10-7 S / cm. The membrane water swelling produced on the three membranes tended to be high, with the smallest value of 56.69% on the membrane with the addition of 0.9 grams of clay. The methanol uptake data found that the conductivity of membrane with the addition of 0.6 grams of clay was 346.11%
UJI KANDUNGAN HIDROKSIMETILFURFURAL (HMF) SEBAGAI PARAMETER KUALITAS MADU
Hydroxymethylfurfural Content Test as Parameter Quality of Honey Determination hydroxymethylfurfural (HMF) levels in honey had been done refer to method in SNI 3545:2013. Average of the HMF levels is 64,72 mg/kg whereas SNI decided maximal limit was 50 mg/kg so honey quality is not good enough. To support testing result, calculation of reapeatabily with relative standard deviation (RSD) Horwitz and accuracy with % recovery was done. The result of reapeatabilty showed that analyst reapeatability was good because the relative standard deviation less than 2/3 RSD Horwitz. The result of accuracy was good because both treatment gave recovery 89,28 % and 106,43 %, which in the range of acceptance recovery test for analite concentration about 50 mg/kg.Keywords : HMF, Hydroxymethylfurfural, Honey, Quality of Honey , Reapeatability, Accuracy ABSTRAKPenentuan kadar hidroksimetilfurfural (HMF) pada madu telah dilakukan dengan metode yang mengacu pada SNI 3545:2013. Rata-rata hasil kandungan hidroksimetilfurfural adalah 64,72 mg/kg sedangkan batas maksimal yang ditetapkan SNI adalah 50 mg/kg sehingga kualitas contoh madu tersebut kurang baik. Untuk menunjang hasil pengujian, maka dilakukan perhitungan repeatabilitas dengan menggunakan Standar Baku Relatif (SBR) Horwitz dan perhitungan akurasi menggunakan % perolehan kembali. Hasil perhitungan repeatabilitas menunjukkan bahwa repeatabilitas analisis HMF baik karena nilai simpangan baku lebih kecil dari 2/3 SBR Horwitz. Perhitungan akurasi pun menunjukan hasil yang baik karena kedua perlakuan memberi hasil perolehan kembali sebesar 89,28 % dan 106,43 %, yang masuk kedalam batas keberterimaan uji perolehan kembali untuk konsentrasi analit dalam contoh sekitar 50 mg/kg.Kata Kunci : HMF, Hidroksimetilfurfural, Madu, Kualitas Madu, Reapitabilitas, Akuras
BIJI BUAH BISBUL (Diospyros blancoi) SEBAGAI BIOSORBEN Cr(III)
Velvet Apple Fruit Seeds (Diospyros blancoi) as Biosorbent of Cr(III) Velvet Apple Fruit (Diospyros blancoi) has not been explored more in Indonesia. The purpose of research was to explore the use of Velvet Apple Fruit seeds as adsobent of Cr(III) in waste. Biosorbent of velvet apple fruit seeds in removing Cr (III) metal ions has been investigated using batch method. Several parameters were used to determine absorption optimum conditions such as solution pH, contact time and biosorbent dosage. Langmuir, Freundlich and Temkin isotherm models were used in determining biosorption equilibrium. FTIR and SEM-EDX were used to characterize the velvet apple fruit seeds biosorbent. The equilibrium adsorption isotherms showed the velvet apple fruit seeds biosorbent had a maximum adsorption capacity of 5.592 mg/g. The adsorption efficiency of Cr (III) ion by velvet apple fruit seeds was 81.78%. The results showed that velvet apple fruit seeds potentially as an alternative low-cost biosorbent for removing heavy metal ions in solution.Keywords: biosorption, heavy metals, alternative biosorbent, waste water treatmentABSTRAK Buah bisbul di Indonesia belum tereksplor dengan baik potensinya. Tujuan penelitian adalah untuk megetahui potensi biji buah Bisbul sebagai adsorben logam Cr(III) pada limbah. Biosorben biji buah bisbul (Diospyros blancoi) dalam menyerap ion logam Cr(III) telah diteliti dengan menggunakan metode batch. Beberapa parameter digunakan untuk menentukan kondisi optimum penyerapan seperti pH larutan, waktu kontak dan dosis biosorben. Model isoterm Langmuir, Freundlich dan Temkin dipakai dalam menentukan kesetimbangan biosorpsi. FTIR dan SEM-EDX digunakan dalam mengkarakterisasi biosorben biji buah bisbul. Isoterm adsorpsi kesetimbangan menunjukkan biosorben biji buah bisbul mempunyai kapasitas adsorpsi maksimum 5,592 mg/g. Efisiensi penyerapan ion Cr(III) oleh biji buah bisbul mencapai 81,78%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji buah bisbul berpotensi sebagai alternatif biosorben murah dalam menghilangkan ion logam berat dalam larutan.Kata kunci: biosorpsi, logam berat, alternatif biosorben, pengolahan air limba
Studi perbandingan adsorpsi Rhodamin B menggunakan karpel buah roda teraktivasi asam dan basa
Studi perbandingan adsorpsi Rhodamin B dalam larutan telah dilakukan menggunakan adsorben karpel buah roda teraktivasi asam dan basa. Adsorben diaktivasi menggunakan HNO3 0,01M dan NaOH 1%. Metoda yang digunakan dalam adsorpsi Rhodamin B dengan variasi parameter yang mempengaruhi kapasitas adsorpsi diantaranya, pH larutan, waktu kontak, bobot adsorben, dan konsentrasi larutan yaitu dengan metode batch. Interpretasi data adsorpsi Rhodamin B menggunakan model isoterm Langmuir, Freundlich, Temkin dan Dubinin–Radushkevich. Pengukuran kapasitas adsorpsi dari nilai penurunan konsentrasi Rhodamin B menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 555 nm. Kapasitas adsorpsi maksimum Rhodamin B oleh karpel buah roda teraktivasi asam dan basa masing-masing sebesar 57,80 mg/g dan 48,30 mg/g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorben karpel buah roda merupakan adsorben yang potensial dalam menurunkan konsentrasi Rhodamin B dalam larutan
BIOSORPSI ION LOGAM Cr(III), Cr(VI), Cd(II) dan Zn(II) DALAM LARUTAN MENGGUNAKAN KULIT BUAH ATAP (Arenga pinnata)
Pada saat ini pencemaran berlangsung di mana-mana dengan laju begitu
cepat yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Kecenderungan pencemaran akhirakhir
ini salah satunya mengarah kepada meningkatnya penggunaan bahan
berbahaya beracun (B3) oleh berbagai kegiatan industri dengan pembuangan
limbahnya kelingkungan (Achmad, 2004). Pencemaran perairan oleh logam berat
merupakan isu lingkungan yang mendapat perhatian serius (Vasuderan et al.,
2003).
Berbagai metoda seperti pengendapan secara kimia, elektrodeposisi,
pertukaran ion dan pemisahan dengan menggunakan membran telah digunakan
untuk menyerap logam berat, tetapi harganya relatif mahal. Adsorbsi adalah cara
alternatif yang memberikan prospek yang lebih baik, karena metoda ini efektif
untuk menyerap logam berat dengan konsentrasi yang sangat sedikit dari buangan
limbah. Karena itu beberapa biomaterial dari limbah hasil pertanian atau pun
material biologi lain saat ini sedang diteliti secara intensif. Bahan penyerap yang
terbuat dari limbah hasil pertanian ini sangat efektif dan efisien dengan biaya yang
murah. Kulit Buah Atap (Arenga pinnata) kering dan yang telah digiling halus
digunakan sebagai bahan biosorpsi ion logam Cr(III), Cr(VI), Cd(II) dan Zn(II)
dalam larutannya. Metoda kolom (dinamis) digunakan untuk menentukan
kapasitas penyerapan kulit buah atap dalam menyerap ion logam. Parameter yang
digunakan adalah variasi ukuran partikel, pH larutan, kecepatan laju alir, dan
konsentrasi ion logam serta berat kulit buah atap. Jumlah logam yang terserap
dinyatakan sebagai berat(mg) logam yang terserap per berat(g) adsorben.
Pengukuran ion logam menggunakan Atomic Absorption Spectrofotometer (AAS).
Hasil penelitian memperlihatkan kapasitas penyerapan maksimum untuk
logam Cr(III), Cr(VI), Cd(II) dan Zn (II) terjadi pada pH 3 dan 4. Ukuran partikel
optimum pada ukuran partikel ≤ 180 μm. Konsentrasi optimum untuk ion logam
adalah pada 75 dan 100 mg/L. Laju alir optimum adalah pada 1 mL/menit.
Kapasitas penyerapan akan menurun jika berat biosorben bertambah, sedangkan
efesiensi penyerapannya meningkat. Kapasitas penyerapan maksimum kulit buah
atap (Arenga pinnata) terhadap ion logam Cr(III), Cr(VI), Cd(II) dan Zn(II)
masing-masing 0.751, 0.806, 1.220 dan 1.651 mg/g. Dengan demikian dapat
diambil kesimpulan bahwa kulit buah atap (Arenga pinnata) dapat dijadikan
bahan penyerap ion logam Cr(III), Cr(VI), Cd(II) dan Zn(II) dalam larutan untuk
sekala laboratorium
PRESIPITASI LOGAM BERAT LIMBAH CAIR LABORATORIUM MENGGUNAKAN NATRIUM SULFIDA DARI BELERANG ALAM
Precipitation of Laboratory Wastewater Heavy Metals by Natural Sulphur Sodium Sulfide Sodium sulfide (Na2S) from natural sulfur has been used for heavy metal precipitation from laboratory wastewater. Heavy metals in laboratory wastewater include mercury (Hg), lead (Pb), chromium (Cr) and zinc (Zn). Initial laboratory wastewater testing was performed by measuring the initial pH and the concentration of heavy metals in the wastewater prior to precipitation using the atomic absorption spectrophotometer. Sulphide precipitation phase consists of variations in the concentration of NaOH, time, temperature, and volume of dissolving Na2S. Parameters for the efficiency of Hg, Pb, Zn and Cr heavy metal precipitation were the initial pH, concentration and rate of stirring of the solution. Results showed that the optimum precipitation efficiency for Zn is achieved by using 10 % Na2S solution with an efficiency of 97.93 %. The most significant reduction in Cr and Hg was the use of 20 % Na2S solution with a precipitation efficiency of 99.24 % and 99.76 % respectively. The optimal efficiency for Pb with a 30 % Na2S solution was 99.68 %. Natural sulfur can reduce the levels of heavy metals in laboratory wastewater by precipitation.Key words: Natural sulfur, Heavy metals, Precipitation, Sodium sulfide, ABSTRAKPresipitasi logam berat dari limbah cair laboratorium telah dilakukan dengan menggunakan natrium sulfida (Na2S) dari belerang alam. Logam berat yang terkandung dalam limbah cair laboratorium diantaranya adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), kromium (Cr) dan seng (Zn). Pengujian awal limbah laboratorium dilakukan dengan mengukur pH awal dan kadar logam berat yang terdapat dalam limbah sebelum presipitasi menggunakan pH meter dan spektrofotometer serapan atom. Tahapan presipitasi limbah oleh sulfida meliputi pembuatan variasi konsentrasi NaOH, waktu, suhu, dan volume pelarutan Na2S. Parameter efisiensi presipitasi logam Hg, Pb, Zn, dan Cr meliputi pH, Konsentrasi dan Kecepatan pengadukan. Hasil penelitian menunjukkan efisiensi pengendapan optimal untuk logam Zn terdapat pada penggunaan larutan Na2S 10% dengan efisiensi 97,93%. Larutan Na2S 20% paling banyak menurunkan logam Cr dan Hg dengan efisiensi masing-masing sebesar 99,24% dan99,76%. Efisiensi optimal untuk logam Pb berada pada penggunaan larutan Na2S 30% dengan efisiensi 99,68%. Belerang alam mampu menurunkan kadar logam berat dalam limbah cair laboratorium dengan metode presipitasi.Kata kunci: Belerang alam, Logam berat, Presipitasi, Natrium sulfid