33 research outputs found

    Clinical Effectiveness, Safety and Tolerability of Amlodipine/Valsartan in Hypertensive Patients: the Indonesian Subset of the EXCITE Study

    Get PDF
    Aim: to assess the effectiveness, safety and tolerability of amlodipine/valsartan (Aml/Val) single-pill combination (SPC) in hypertensive patients in a real-world setting. Methods: the Indonesian subset of the EXCITE (clinical EXperience of amlodIpine and valsarTan in hypErtension) study, which was a multinational, prospective, observational, open study in hypertensive patients treated with Aml/Val SPC for 26 weeks. Aml/Val SPCs (5/80, 5/160, 10/160 mg) were administered as monotherapy or as add-on therapy to other antihypertensive medications in patients not controlled by prior monotherapy. The effectiveness outcomes were (1) mean decrease in sitting systolic blood pressure and diastolic blood pressure (msSBP and msDBP) from baseline to week 26; (2) proportion of patients achieving BP goal (20/10 mmHg). The safety variables were the incidence of AEs and SAEs, and the incidence of edema. Results: a total of 500 patients from Indonesia received Aml/Val SPC, 487 patients were analyzed for efficacy (by LOCF), and 464 patients completed the study. At study end (week 26), the overall msSBP and msDBP(95% CI) reductions from baseline were -33.7(-35.2, -32.1) mmHg and -14.8 (-15.7, -13.8) mmHg, respectively. Among the 487 patients, 52.4% achieved BP goal and 80.5% were responders (LOCF). Among 464 patients who completed the study, 53.7% achieved BP goal and 84.5% were responders. Aml/Val SPC was effective in decreasing BP in Indonesian patients. AEs, including SAEs, were reported in 11.4% patients, with SAEs in 1% of patients, and death in 0.8% of patients. SAEs and deaths were considered unrelated to the study drug. Edema was reported by 9.4% of patients atbaseline, and in 3.7% patients at end of study. Effectiveness, tolerability and compliance were rated good and very good in 90.8%, 92.2%, and 89.2% of patients, respectively, according to the investigators. Conclusion: Aml/Val SPC was effective for BP reductions and well tolerated in hypertensive patients, not adequately controlled by monotherapy, in a daily clinical setting in Indonesia.Key words: Aml/Val, single-pill combination, daily clinical, EXCITE study

    Profil Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit “X” Daerah Indramayu

    Get PDF
    Hipertensi adalah jenis penyakit kronik yang menyebabkan kematian. Hipertensi dapat menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke, dan gangguan ginjal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi di rumah unit rawat inap rumah sakit “x” Daerah Indramayu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan Pengambilan sampel menggunakan metode non-probability sampling dan teknik yang digunakan adalah purposive sampling. Hasil penggunaan obat antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah golongan calcium channel blockers (CCB) yaitu amlodipine sebesar 46,3%. Karakteristik seperti jenis kelamin memiliki presentase yaitu laki laki sebanyak 46 pasien (48,42%) sedangkan untuk jenis kelamin perempuan sendiri 49 pasien (51,56%). Hipertensi terbanyak terjadi pada rentang usia 46 - 60 tahun dengan jumlah 52 pasien (54,74%) dan diagnosis paling banyak yaitu hipertensi derajat 2 sebanyak 63 pasien (66,31%) dengan kisaran usia 18-45 terdapat 9 pasien (9,47%), untuk usia 46-60 sebanyak 35 pasien dan untuk usia 61-95 sebanyak 20 pasien (21,05%). Kategori tepat pasien di dapatkan hasil 91 pasien (95,7%) dengan kategori tepat indikasi sedangkan 4 pasien tidak tepat indikasi (4,2%), kategori tepat obat pasien yang dinyatakan tepat obat sebanyak 63 pasien (66,31%) dan 32 (33,68%) pasien dinyatakan tidak tepat obat, kategori tepat dosis didapatkan hasil yaitu untuk tepat dosis 91 pasien (95,78%) sedangkan 4 pasien lainnya (4,21%) tidak tepat dosis, dan yang terakhir kategori tepat pasien dimana sebanyak 84 pasien (88,42%) dinyatakan tepat pasien dan yang masuk kategori tidak tepat pasien sedangkan 11 pasien (11,57%)

    Safety and Efficacy of NC120 for Improving Lipid Profile: A Double Blind Randomized Controlled Trial

    Get PDF
    Background: the use of statin to lower blood cholesterol is often associated with bothersome adverse effects such as myopathy and liver dysfunction. NC120 is herbal lipid lowering drug containing red yeast rice (RYR) extract, guggulipid, and chromium picolinate, and expected to have better safety profile. The aim of this study was to evaluate the efficacy and safety profiles of NC120 in lowering blood lipid. Methods: this was a double blind randomized clinical trial comparing NC120 with placebo in subjects with hypercholesterolemia. Two capsules of NC120 or placebo were administered twice a day for 28 days. Blood total-cholesterol, LDL-cholesterol, and triglyceride were measured on day-0, day-7, and day-28. Unpaired t-test was used to compare study parameter between groups, and one-way ANOVA was used to compare within group. Results: 25 subjects received NC120 and 24 subjects received placebo. Significant decrease of total cholesterol and LDL-cholesterol were observed since day-7 in NC120 group, while the changes in placebo group were not significant at all time of observation. No significant decrease of triglyceride was observed in NC120 group and in placebo group. Side effects were minor and comparable between the two groups. Conclusion: NC120 is effective in reducing total cholesterol and LDL-cholesterol, but not triglyceride. This drug shows a good safety profile, and thus can be considered for patients who can not tolerate statin drugs

    Manajemen dalam Pengembangan Proses Bisnis dan Pemasaran Online pada USAha Mikro Tanaman Hydroponi

    Full text link
    Peluang memasarkan produk dan jasa melalui media online untuk kedepannya akan semakin diminati masyarakat. Salah satu upaya untuk pemasaran secara luas serta mengelola proses bisnis USAha mikro, perlu adanya pengembangan keterampilan dan kreativitas di bidang manajemen, bisnis, dan pemasaran online. Manajemen dalam pengembangan proses bisnis yang dilakukan oleh pengusaha mikro tanaman hydroponic Siliwangi Indah Hidroponik dan Adristy Ponic masih menggunakan model sederhana dan konvensional. Pengembangan pemasaran masih terbatas pada lokasi atau tempat produksi dan penjualan. Keterbatasan tersebut menyebabkan rendahnya omset penjualan dan jumlah income atau pendapatan yang mengalami pasang-surut serta jumlah produksi tanaman yang dihasilkan tidak begitu banyak. Sebagai jawaban dari permasalahan tersebut, ditawarkan model pemasaran online, yang tidak mengenal batasan dan waktu dalam pemasarannya. Dengan adanya situs online maka kesempatan pengembangan pemasaran akan semakin besar, karena jumlah pengunjung tidak hanya berasal dari kotaatau daerah sekitar akan tetapi seluruh pengguna internet. Informasi produk baru hingga Perubahan harga dapat dilihat secara langsung dari situs pengusaha mikro. Selain itu untuk meningkatkan dan mengembangkan ketrampilan manajemen dan transaksi bisnis pada USAha mikro mitra, kami telahmelakukan pelatihan / workshop tentang pengetahuan manajemen dan proses bisnis, pemasaran secara komputerisasi serta pengelolaan situs online. Pelatihan yang ditujukan untuk mitra pengusaha mikro tanaman hydroponic ini, dimaksudkan agar kedua mitra dapat mengelola transaksi bisnis dan situsonline dan terus ter-update serta dapat mengatur dan mengembangkan transaksi bisnis tanaman hydroponic secara maksimal. Diharapkan dengan pelatihan ini, kedua mitra juga dapat menularkan kemampuan tersebut kepada pengusaha-pengusaha mikro lainnya sehingga dapat meningkatkanpengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan

    Evaluasi Formatif Bahan Ajar Jarak Jauh pada Bahan Ajar PBIN4101/Linguistik Umum

    Get PDF
    Penelitian evaluasi bahan ajar/buku materi pokok ini merupakan penelitian lanjutan (tahap II) yang tahap I dilakukan pada 2013. Pada tahap I pengumpulan data dilakukan melalui evaluasi formatif modul 1 & 2 oleh pakar dan evaluasi satu-satu oleh mahasiswa sedang, di atas sedang, dan di bawah sedang. Hasil penelitian tahap I menunjukkan bahwa materi pokok modul 1 dan 2 Mata Kuliah Linguistik Umum/PBIN4101 memiliki banyak kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut adalah kekurangan pada petunjuk mempelajari modul pada bagian pendahuluan; banyak kalimat tidak efektif. Hasil analisis pakar menunjukkan: (1) terdapat isi uraian modul yang tidak penting bahkan salah; (2) beberapa pargraf yang tidak baik susunannya atau tidak memenuhi persyaratan sebuah paragraf yang baik; dan data yang paling penting terdapat pada modul 2 yaitu pembahasan dua ilmu linguistic dalam sebuah modul (dua kegiatan belajar). Pakar menyarankan untuk memisahkan dua materi ini dalam dua modul yang berbeda. Hasil analisis data pada penelitian tahap I ditindaklanjuti dengan merevisi modul 1 dan 2. Hasil evaluasi pada tahap II berupa modul hasil revisi modul 1 dan 2. Untuk menjadi sebuah prototipe, modul 1 dan 2 telah melalui beberapa perbaikan dan penambahan di beberapa bagian. Modul 1 telah mendapatkan perbaikan pada contoh fungsi afiks di dalam kata bentukan dan contoh yang berkaitan dengan makna sintaksis dan makna pragmatik. Adapun modul 2 mengalami perbaikan yang semula berisi uraian tentang fonologi dan morfologi menjadi berisi uraian materi tentang fonologi saja. Perbaikan ini didasarkan atas masukan pakar linguistik yang dilakukan pada penelitian tahap 1. Dengan demikian, banyak tambahan pada modul 2 bahan ajar mata kuliah Linguistik Umum ini

    Clinical Comparison of Renogen, a Biosimilar Epoetin-a, with the Originator, Eprex, in Chronic Kidney Disease Anemia in Indonesia: A Preliminary Study

    Get PDF
    Background: treatment of erythropoietin (EPO) is essential in chronic kidney disease (CKD) patients to maintain optimal hemoglobin (Hb) level. Renogen is a biosimilar epoetin-α, and Eprex is the originator epoetin-α. This study aimed to compare the efficacy and tolerance of Renogen with Eprex in CKD anemia. Methods: Renogen and Eprex were compared in a randomized (2:1), open-label study for 8 weeks, proceeded by 4 weeks adjustment (maintenance) phase, in anemic CKD patients undergoing HD in Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta, from June 2017 to October 2018. Results: a total of 45 patients (31 received biosimilar EPO and 14 received originator EPO) were included in the study.  At baseline, mean (SD) Hb levels were 10.9 (0.74) g/dL and 10.9 (0.61) g/dL in biosimilar and originator EPO groups, respectively. At end of study (8 weeks), mean (SD) Hb levels were 10.5 (1.28) g/dL and 11.0 (1.13) g/dL in biosimilar EPO and originator EPO groups, respectively.  The proportion of patients with Hb levels maintained within the target range (>10 g/dL) during 8 weeks randomization phase were 58.1% and 71.4% in biosimilar EPO and originator EPO, respectively (p=0.60; NS). There were no significant difference in epoetin dose between the 2 groups, and there was no drug-related adverse event in either group. Conclusion: Hb level at >10 g/dL could be maintained for 8 weeks of treatment with both originator and biosimilar EPO (more consistent with originator EPO and more fluctuations with biosimilar EPO), with similar epoetin dose and no drug-related adverse event

    Evaluasi Kualitas Bahan Ajar Jarak Jauh pada Bahan Ajar PBIN4101/Linguistik Umum

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi apakah bahan ajar mata kuliah PBIN4101/Linguistik Umum merupakan bahan ajar cetak/modul yang baik untuk digunakan oleh mahasiswa. Baik dan tidaknya kualitas bahan ajar diukur dari terpenuhi atau tidaknya kriteria penyusunan modul sebagai bahan ajar pada pembelajaran jarak jauh. Berdasarkan evaluasi formatif ini diharapkan adanya kumpulan informasi mengenai kelemahan pada bahan ajar sebagai bahan revisi selanjutnya

    QT Interval Prolongation Associated with Amiodarone Use in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta

    Get PDF
    Aim: to evaluate the incidence of QTc interval prolongation associated with the use of amiodarone, as well as factors that influence its occurrence. Methods: this was a descriptive retrospective study conducted from November 2010 until December 2011 using medical record of patients at ICCU Cipto Mangunkusumo Hospital from 2004-2011. Four groups of patients were included: (1) patients receiving amiodarone and other drugs causing which can cause QTc prolongation, (2) patients receiving amiodarone and other drug not causing QTc prolongation, (3) patients receiving drugs which can cause causing QTc prolongation, (4) patients not receiving amiodarone, nor other drugs which can cause causing QTc prolongation (served as control group). Difference of QTc interval within the same group was analyzed with paired t-test or Wilcoxon matched-pairs test. Between groups comparison were performed with Kruskal Wallis test. The influence of other factors (sex, age, heart failure, liver disorder, electrolyte imbalance) on QTc prolongation was analyzed using multiple regression. Results: QTc interval prolongation in groups 1, 2, and 3 were respectively 65.5%, 63.3%, 56.6%, which were significantly different from control group (24.4%); Hypernatremia and hypertension were revealed as significant risk factor for QTc prolongation. Mortality occurred in 3, 4, and 4 patients in group 1, 2, and 3 respectively, and none in group 4. Conclusion: QTc interval prolongation occurred in association with amiodarone and other drugs known to prolong QTc interval. Hypernatremia and hypertension were shown as significant influencing factor of QTc interval prolongation. Key words: amiodarone, antiarrhythmia, QTc interva

    MANAJEMEN DALAM PENGEMBANGAN PROSES BISNIS DAN PEMASARAN ONLINE PADA USAHA MIKRO TANAMAN HYDROPONI

    Get PDF
    Peluang memasarkan produk dan jasa melalui media online untuk kedepannya akan semakin diminati masyarakat. Salah satu upaya untuk pemasaran secara luas serta mengelola proses bisnis usaha mikro, perlu adanya pengembangan keterampilan dan kreativitas di bidang manajemen, bisnis, dan pemasaran online. Manajemen dalam pengembangan proses bisnis yang dilakukan oleh pengusaha mikro tanaman hydroponic Siliwangi Indah Hidroponik dan Adristy Ponic masih menggunakan model sederhana dan konvensional. Pengembangan pemasaran masih terbatas pada lokasi atau tempat produksi dan penjualan. Keterbatasan tersebut menyebabkan rendahnya omset penjualan dan jumlah income atau pendapatan yang mengalami pasang-surut serta jumlah produksi tanaman yang dihasilkan tidak begitu banyak. Sebagai jawaban dari permasalahan tersebut, ditawarkan model pemasaran online, yang tidak mengenal batasan dan waktu dalam pemasarannya. Dengan adanya situs online maka kesempatan pengembangan pemasaran akan semakin besar, karena jumlah pengunjung tidak hanya berasal dari kotaatau daerah sekitar akan tetapi seluruh pengguna internet. Informasi produk baru hingga perubahan harga dapat dilihat secara langsung dari situs pengusaha mikro. Selain itu untuk meningkatkan dan mengembangkan ketrampilan manajemen dan transaksi bisnis pada usaha mikro mitra, kami telahmelakukan pelatihan / workshop tentang pengetahuan manajemen dan proses bisnis, pemasaran secara komputerisasi serta pengelolaan situs online. Pelatihan yang ditujukan untuk mitra pengusaha mikro tanaman hydroponic ini, dimaksudkan agar kedua mitra dapat mengelola transaksi bisnis dan situsonline dan terus ter-update serta dapat mengatur dan mengembangkan transaksi bisnis tanaman hydroponic secara maksimal. Diharapkan dengan pelatihan ini, kedua mitra juga dapat menularkan kemampuan tersebut kepada pengusaha-pengusaha mikro lainnya sehingga dapat meningkatkanpengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan.Keywords: Manajemen, Pemasaran online, Proses Bisnis, Usaha Mikro, Tanaman Hydroponi

    Pedoman Kepatuhan dalam Pengelolaan Pasien dengan Angina tidak stabil / Non - STEMI tanpa PCI Prosedur (Registry medis Dikelola)

    Get PDF
    Aim: To document current usage of antiplatelet therapy and the implementation of ACC/AHA 2007 guideline in the clinical management of unstable angina/ non-ST-elevation myocardial infarction (UA/NSTEMI) patients not undergoing PCI procedure in Indonesia (medically managed) and their risks according to Global Registry of Acute Coronary Events (GRACE) score as well as in-hospital mortality.Method: A multicenter observational, prospective disease registry, recruiting patients with UA/NSTEMI. No specific treatment will be recommended in this disease registry. Data will be collected based on Physician’s applicable daily practices without any intervention.Results: A total of 467 eligible patients, 246 patients with UA and 221 with NSTEMI, aged 18 years or older were recruited from 18 hospitals during December 2009 – January 2011. Most recruited patients were at low risk (63.9%) and only 0.9% patients were at high risk according to the GRACE score. Patients were treated with ASA (90.6%) and Clopidogrel (96.6%) when they reached the emergency department. Medical therapy instituted during hospitalization were injectable anticoagulant (91.4%), oral anticoagulant (0.9%), oral nitrate (82.7%), beta blocker (60.8%), ACE inhibitor (49%), angiotensin receptor blocker (20.3%), calcium channel blocker (19.9%), statin (13.1%), and other medications given according the presentation of complications or comorbidities. In-hospital mortality was documented in 3.2% of patients. At discharge ASA was given to 87.6% and clopidogrel to 94.2% patients.Conclusion: The result showed that most of the patients admitted with UA/NSTEMI were at low or moderate risk according to GRACE score. Although treatment with antiplatelet and anticoagulant largely followed the ACC/AHA guidelines, however, this registry documented under treatment of other medications such as ACE-inhibitors and beta blockers. Reinforcement of the guideline compliance and continuous medical education would provide better outcomes for the patients.Tujuan: Registri ini utamanya bertujuan melakukan dokumentasi terhadap pasien yang mendapatkan terapi antiplatelet dan implementasi pedoman tatalaksana klinis dari ACC/AHA bagi pasien angina tidak stabil/infark miokard tanpa elevasi segmen ST yang tidak menjalani terapi reperfusi di Indonesia (Medically Managed Registry). Tujuan tambahan adalah mengetahui tingkat risiko pasien berdasarkan Global Registry of Acute Coronary Events (GRACE) dan tingkat kematian selama perawatan di rumah sakit.Metodologi: Registri prospektif dan multi-senter dengan cakupan pasien yang telah terdiagnosis angina tidak stabil/infark miokard tanpa elevasi segmen ST yang tidak menjalani terapi reperfusi. Registri ini tidak merekomendasikan intervensi apapun. Data dicatat sesuai praktik dokter yang merawat.Hasil: Dari 18 rumah sakit di Indonesia, selama periode Desember 2009 sampai dengan Januari 2011, tercatat 467 pasien yang mempunyai kesesuaian dengan inklusi dan eksklusi, terdiri dari 246 pasien dengan angina tidak stabil dan 221 pasien dengan infark miokard tanpa elevasi segmen ST. Sebagian besar (63,9%) pasien mempunyai risiko rendah dan hanya 0,9% berisiko tinggi sesuai kriteria GRACE. Sebanyak 90,6% pasien mendapat terapi ASA dan 96,6% mendapat terapi clopidogrel saat dirawat di ruang gawat darurat. Terapi medikal yang diberikan selama perawatan rumah sakit adalah sebagai berikut: antikoagulan intravena (91,4%), antikoagulan oral (0,9%), preparat nitrat oral (82,7%), penyekat beta (60,8%), inhibitor ACE (49%), penyekat reseptor angiotensin (20,3%), calcium channel blocker (19,9%), statin (13,1%), dan obat lain sesuai komplikasi dan penyakit penyerta. Dari seluruh pasien, tercatat 3,2% meninggal selama perawatan rumah sakit. Terdapat 6,3% dari pasien dengan diagnosis infark miokard dan 0,4% dari pasien dengan diagnosis angina tidak stabil meninggal selama perawatan rumah sakit. Terapi antiplatelet yang diberikan saat meninggalkan rumah sakit adalah ASA (87,6%) dan clopidogrel (94,2%).Kesimpulan: Sebagian besar pasien mempunyai risiko rendah dan menengah berdasarkan kriteria GRACE. Sebagian besar pasien mendapatkan terapi antiplatelet yang dianjurkan oleh pedoman ACC/AHA. Registri ini mencatat sedikit pasien mendapatkan pengobatan seperti penyekat beta dan inhibitor ACE. Diperlukan usaha meningkatkan ketaatan menggunakan terapi medikal yang dianjurkan oleh pedoman tatalaksana pengobatan melalui pendidikan berkelanjutan
    corecore