14 research outputs found
Hubungan Antara Ruang Dan Manusia Dalam Museum Peradaban Islam
Dalam beberapa tahun terakhir orang barat dilanda Islamophobia. Islamophobia adalah ketakutan yang berlebihan terhadap Islam. Ketakutan tersebut berdasarkan sebuah isu atau kontroversi yang dimunculkan oleh orang-orang yang membenci Islam. Isu itu menyebabkan masyarakat muslim dicap sebagai seorang pribadi yang menakutkan, kejam, dsb. Berawal dari masalah islamophobia yang muncul di beberapa negara barat. Muncul pertanyaan mendasar bagaimana arsitektur dapat menghapus islamophobia? Dalam konteksnya, penderita islamophobia adalah orang-orang yang belum mengenal Islam sepenuhnya karena tidak adanya wadah yang bisa dijadikan alat untuk mengenal Islam secara mendalam. Dengan adanya desain museum peradaban Islam, masyarakat islamophobic New York diharapkan mampu melihat lebih dalam tentang agama Islam beserta peradaban yang dibawanya di dunia. Peradaban mencakup kondisi masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Untuk dapat membuat masyarakat New York bisa memahami Islam dengan baik di butuhkan sekuen dan perjalanan ruang yang mencakup tiga aspek tersebut. Oleh karena itu, dalam museum ini perjalanan desain berpacu pada tiga aspek tersebut untuk mencapai goal atau tujuan yang diharapkan
Penerapan Konsep Ambiguitas Dalam Merekayasa Persepsi Manusia Melalui Arsitektur
Persepsi merupakan cara manusia melihat suatu hal yang dipengaruhi oleh konteks dan situasi sosial sehingga masing-masing orang dapat melihat suatu hal yang sama dengan cara yang berbeda dimana persepsi akan muncul sesuai pengalaman sensoris tiap individunya melalui penstimulasian panca inderanya. Persepsi menjadi penting karena membantu individunya untuk mengerti dan memahami apa yang dilakukannya sehingga menjadi bermakna. Dengan penerapan konsep ambiguitas pada arsitektur seperti pengolahan ruang dimana fungsi maupun sirkulasinya dibuat memiliki tidak hanya satu fungsi, penghadiran warna dan cahaya membuat suasana ruang menjadi ambigu karena pengguna tidak mengetahui kondisi sebenarnya akan tetapi di sisi lain dapat membuat pengguna menyadari kondisi sebenarnya secara tidak langsung dimana penerapannya disesuaikan dengan aktifitas yang diwadahi, serta pemilihan material yang mendukung pengaplikasian konsep ambiguitas pada pengolahan elemen lainnya sehingga elemen arsitektural tersebut tidak hanya dilihat memiliki satu fungsi/arti saja dan dapat mempengaruhi mood dari manusianya dimana juga akan berpengaruh dalam merekayasa persepsi manusianya
The Role of Infill Building in the Sustainable Conservation Casestudy : Surabaya Downtown
Most of the building in the conservation area in Surabaya are facing such dillematic situation. One side the heritage buildings should keep the architectural, historical, aesthetical as well as social values but in the other side they must be developed based on the real market demand. Infill building should be the solution in making respectful contemporary contribution to the conservation area. The result of this paper is to formulate a framework requirements of the development and suggest the role in form of model of infill building based on the sustainable conservation approach, so the development is not only solving the physical problems but also non-physical
Arsitektur Dan Teori Multiple Intelligences Sebagai Pemicu Kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan manusia sehari-hari, terutama demi kelangsungan hidup yang lebih maksimal. Tidak hanya aktivitas atau pekerjaan yang berhubungan dengan seni saja yang membutuhkannya, namun seluruh aktivitas yang ada, jika didasari dengan kreativitas akan membuahkan hasil yang lebih maksimal. Menumbuhkan dan memelihata kreativitas dalam diri seseorang sangatlah penting, mulai dari usia dini hingga usia lanjut. Upaya dalam meningkatkan kreativitas dapat dilakukan dengan banyak cara, yaitu dari faktor internal dan juga faktor eksternal. Peranan arsitektur pada dasarnya adalah memfasilitasi dan mengakomodasi kebutuhan dan aktivitas manusia. Melalui peranan arsitektur, dengan pendekatan teori Multiple Intelligences, karya yang berupa rancangan sekolah ini adalah upaya merancang arsitektur yang dapat mempengaruhi perkembangan kreativitas dari faktor eksternal, terhadap penggunanya. Teori Multiple Intelligences tersebut akan diterapkan pada penataan massa dan sirkulasi
From Present to the Past: the Different Way of Thinking About Conservation (a Case From Design Idea for Siola Building, Surabaya)
The relation between architecture and the era is always arguable. There are two conditions which describe this relation, at first architecture as a reflection of an era and architecture reflects the timelessness. The later condition commonly becomes a standard of value to judge the architecture is irrelevant with an era by forgetting the first condition. Siola is experiencing both of conditions. A lot of proposals to ‘regain\u27 its golden time by put intention into heroism or historical background are offered. Many of those efforts focus on how to get the building back like its origin and it\u27s to be used. Analysis concentrates on‘re-functioning\u27 which means not to take the function back as its origin but to give the new role by considering the contemporary context? Nostalgic and Romantic aspect has critically seen as the opportunity to take appropriate manner toward better improvement of urban living quality. Siola itself is a landmark which escalating the socio-cultural and economic in Tunjungan corridor. According to historical timeline, many functions are implemented in Siola building before. This historical fact leads the vision that function is changeable within less-changing physical appearance. Furthermore, the main task is to encourage the spirit of people by design strategy and to put it within the building. To trigger the spirit of people evoke the spirit of place
Invisible Playground: Konstruksi Hubungan Ruang-pergerakan-kejadian
Tulisan ini menginvestigasi terciptanya ruang bermain tak kasat mata dan bagaimana elemen pada ruang tak kasat mata tersebut terkonstruksi. Secara khusus tulisan ini membahas hubungan ruang-pergerakan-kejadian berlandaskan teori yang dikemukakan oleh Bernard Tschumi. Melalui observasi dan analisis terhadap aktivitas anak-anak di kampung Keputran Pasar Surabaya, studi difokuskan terhadap area ruang sirkulasi kampung kota yang selama ini multi fungsi: selain sebagai jalur penghubung namun juga sebagai ruang sosial masyarakat. Analisis dilakukan terhadap pembentukan ruang bermain yang kemudian mengungkapkan kehadiran ruang tak kasat mata. Tulisan ini kemudian menempatkan elemen-elemen konstruksi ruang tak kasat mata tersebut dalam hubungan ruang-pergerakan-kejadian
Kesetaraan Program Arsitektur Berdasarkan Aktivitas Manusia
Arsitektur dalam sebuah sistem fungsi sosial seharusnya memikirkan setiap irisan dari segala sistem yang ada dalam lingkungan. Sehingga seharusnya dalam ilmu arsitektur tidak ada hierarki desain dalam rancangan bangunan arsitektur. Dengan pembacaan tersebut permasalahan yang diangkat adalah diferensial lingkungan sosial dalam aspek fisik dan non-fisik pada koridor Tunjungan, Surabaya. Pendekatan Arsitektur dan Perilaku Manusia, menjadi kacamata analisa masalah pada konteks lingkungan dan sosial. Variabel waktu dan kepemilikan ruang di definisikan sebagai acuan dalam menentukan program yang akan dirancang. Sehingga pergerakan penduduk dan non-penduduk Tunjungan dirasa cukup mewakili masalah fisik maupun non-fisik pada konteks, yang kemudian digunakan sebagai dasar olahan formal dan teknis pada rancangan arsitektur. Konsep Equality and No-Segmentation menjadi konsep besar yang digunakan dalam rancangan arsitektur. Memberikan kesetaraan pada subjek penduduk dan non-penduduk Tunjungan dalam kepemilikan ruang di konteks rancang. Sehingga tidak ada lagi kesenjangan desain dalam program arsitektur antara manusia, yaitu penduduk dan non-penduduk di Koridor Tunjungan, Surabaya